Pesantren.id – Pergerakan AIS NUSANTARA yang pada tahun ini sudah memasuki acara Kopdarnas Ke-6 yang akan berlangsung di Halaman Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda, Kajen-Pati Jawa Tengah.
AISNU merupakan sebuah komunitas santri dari berbagai pondok pesantren di penjuru Nusantara yang mengembangkan kemajuan informasi dan teknologi di kalangan pesantren. Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara berdiri di Jakarta sejak 03 April 2016 dan komunitas ini atas inisiasi Ahmad Qomaruddin (admin @galerisantri), dan juga didukung penuh oleh Yusuf Haryono (admin @komplek_el) dari proses rembug tersebut tercetus dengan nama Instagram Santri (AIS) Nusantara, kemudian berganti menjadi AISNU (Arus Informasi Santri Nusantara)” ungkap, Mbak Anifatul, selaku Ketua Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara
Komunitas AIS Nusantara dapat dikatakan sebagai produk jurnalistik yang berbasis keislaman dan kepesantrenan yang memiliki visi memperluas jaringan dakwah digital dengan prinsip yang berpegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di masa kekinian.
Sudah berapa kali pagi dan secangkir kopi. Segera bangkit lagi, ini tahun akan berganti. “Hai kaum santri tak terkecuali, peranmu di nanti sekali. Bangun dari ekspektasi, sebab secangkir syair telah meneguk kita dalam titik nadir.
Dengan mensinergikan spirit “DNA Santri, Bangkit Kembali” keseluruh para santri yang datang dari sudut-sudut Kota dan Desa di Nusantara ini, melalui perhelatan Kopdarnas Ke-6 yang diadakan selama dua hari (02-04 Desember) Tahun 2022, di Halaman Ma’had Aly, Pesantren Maslakul Huda, Pati, Jawa Tengah.
Maka acara ini telah menjadi “Vitamin” atau penangkal antibodi bagi generasi muda yang notabene-nya merupakan orang-orang pesantren agar tidak terpapar paham terorisme dan radikalisme.
Pesatnya perkembangan teknologi membuat pesantren-pesantren tidak bisa lagi membendung arus deras masuknya teknologi di dunia Santri.
Generasi muda milenial atau santri masa kini pada dewasa ini selalu saja berlindung dibalik kata “Healing”, ngapunten, punten pisan sedulurku gais/gaisah bukan bermaksud meremehkan frasa Healing-nya. Tetapi katakanlah saat kita ada di situasi “Kamu hilang, Aku Healing”.
Kehadiran AISNU di ruang-ruang digital tidak hanya akan melahirkan talenta-talenta digital saja. Tetapi juga membangun ekosistem digital bagi kaum santri yang sehat wal afiat, serta mengedukasi masyarakat digital yang aktif menggunakan medsos sebagai sarana berinteraksi. Termasuk di kalangan santri.
Adanya buku Literasi Digital Santri Milenial karya Dr. Abdullah Hamid, M.Pd, yang sekaligus penggagas Komunitas Dunia santri ini. Buku tersebut menjadi semacam “Peta Baca” bagi seluruh santri yang ada di pelosok negeri agar tidak “tersesat” di era kemudahan digital.
“Temukan prestasimu, karena setiap Santri itu berprestasi. Termasuk berpartisipasi aktif dalam dunia tulis- menulis (literasi) sebagai jalan tabarukan kaum santri untuk menuangkan ide, atau kesegaran gagasan mengenai berbagai persoalan nasional yang terjadi di Indonesia ini. Barangkali dari tulisan akan mendatangkan cuan (uang). Meskipun hal itu bukan menjadi tujuan. Karena menulis bisa menjadikanmu optimis, romantis dan humanis. (5/11) (Abdul Majid, pegiat AISNU BANTEN). []
[…] membaca masyarakat Indonesia secara keseluruhan ditentukan berdasarkan akses bahan bacaan, artinya seberapa […]