Pentingnya Memuliakan Ahli Ilmu “Ngalap Barokah Beliau”

Kenapa sih kita itu harus memuliakan guru? Kalo kita ingin mendapatkan berkahnya , mengapa kita harus mempriotitaskan guru?

Sebagaimana dalam kitab Ta’lim Muta’alim Fashl Mengagungkan ilmu dan ahlinya:

إن طالب العلم لا ينال العلم و لا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله و تعظيم الأستاذ وتوقيره

Artinya: “Sesungguhnya seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan sebuah ilmu dan kemanfaatan suatu ilmu, kecuali dengan mengagungkan ilmu, ahli ilmu, serta harus mengagungkan guru.”

Tentunya, kita semua menginginkan kalau ilmu kita manfaat, kita bisa sukses, barokah segalanya yang telah diperoleh pada edukasinya. Namun, tidak hanya dengan kita belajar bisa sukses. Kita perlu ridho dan doa dari guru kita. Dengan itu cara untuk memperolehnya kita harus mengagungkan atau memuliakan beliau. Caranya gimana sih? Tindak tanduk e? ta’dhim e?

“Guru itu adalah washilah, perantara, beliau lah salah satu jalan pintas kita agar dekat kepada Allah dan Rasulullah.”

Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus

Seperti dawuh beliau, kalau guru aja perantara agar dekat dengan-Nya pantaskah kita tidak hormat, patuh, khidmah terhadap-Nya? Sebab itu pentingnya memuliakan guru-guru kita. Ada cara yang sudah dipaparkan dalam kitab Ta’lim wa Muta’alim:

  1. Tidak berjalan di depannya
  2. Tidak duduk di depannya
  3. Tidak mendahului dalam bertutur kata kecuali atas izinnya
  4. Tidak banyak bertutur kata di hadapannya
  5. Tidak menanyakan sesuatu dalam keadaan jemu dan hendaknya menjaga waktu belajar
  6. Tidak mengetuk pintu rumahnya namun harus bersabar hingga beliau keluar dari rumah.

Ada juga yang diterapkan santri terhadap gurunya:

  1. Membalik sandal gurunya agar gurunya mudah memakai sehabis mengajar
  2. Memberi jamuan guru saat mengajar semisal teh, air putih, dan kopi
  3. Membalik kendaraan guru agar mudah memakai sehabis mengajar
  4. Mendahulukan guru untuk makan sebelum santri makan
  5. Menunduk saat guru lewat
  6. Apabila guru duduk, kita berjalan dengkul di depannya
  7. Peka membantu membawakan barangnya sekiranya itu berat.
Baca Juga:  Ilmu Perbandingan Agama (I): Masa Yunani dan Romawi Kuno

Bagi kita seorang pelajar ataupun santri hendaknya mencari barokah seorang guru dan menjauhi murkanya serta melakukan apa yang beliau perintah selain untuk bermaksiat. Karena tidak ada kepatuhan seorang hamba untuk mendurhakai sang khaliq dan kekasih-Nya.

Termasuk dari memuliakan seorang guru, kita juga harus memuliakan para dzurriyahnya pula dan semua yang ada hubungannya dengan beliau. Kebaikan yang dilakukan santri untuk gurunya, semisal dengan berkhidmah dan ta’dhim pada beliau lantaran itulah Allah akan memberikan kebaikan pada ilmu yang diperoleh dari sisi manfaat dan mudahnya proses belajar. Karena barokah itu rahasia dari Allah dan anugerah-Nya. Banyak contoh yang bisa kita jadikan acuan:

Cerita KH. Hasyim Asyari murid Syeikhona Kholil Bangkalan

Saat Kiai Hasyim nyantri di Bangkalan, Madura suatu ketika beliau melihat ada hal yang nampak aneh di wajah Syeikhona. Kemudian beliau bertanya “ Maaf yai, kalau boleh tau, enten masalah nopo?”

“iya ini cong, cincin bu nyai tejatuh di WC”, Jawab Syaikhona.

Tanpa pikir panjang , beliau langsung turun ke pembuangan akhir tinja mencari cincin bu nyai, sampai akhirnya ketemu. Tak banyak santri yang mau menjalankan dengan hal kotor seperti itu atau bisa disebut giloan/jijik. Namun, dengan modal keyakinan, menjadikan Kiai Hasyim mendapat barokah yang luar biasa. Salah satunya beliau sebagai pendiri organisasi Islam yang diikuti banyak orang dengan jumlah terbesar di dunia.

Cerita KH. Arwani Kudus murid KH.Manshur Klaten

Seperti cerita sebelumnya, namun beliau ini agak berbeda. Suatu hari kiai Arwani berjalan bersama kedua temannya. Lalu bertepatan bertemu dengan Kiai Manshur. Kiai Manshur menyuruh mereka bertiga untuk menguras septictank. Namun yang segera bergegas adalah Kiai Arwani. Kedua temannya tidak mau melaksanakan karena jijik. Berkah sami’na wa atho’na itulah Kiai Arwani menjadi Kiai besar dan mempunyai sanad Al-Quran yang digunakan pelajar Al-Quran di Indonesia.

Baca Juga:  Menjadi Dewasa dengan Ilmu dan Amal
Cerita KH. Abdul Karim murid Syeikhona Kholil

Selama menjadi santri, Kiai Abdul Karim terkenal santri yang masyaqot atau rekoso. Beliau mempunyai pakaian yang terbatas sewaktu nyantri. Kalau beliau mandi, pakaian yang dipakai itu dicuci, lalu segera dikeringkan. Menunggu keringnya pakaian, beliau lalaran Alfiyah Ibnu Malik .

Selain itu, beliau disuruh Syeikhona derep/memanen padi dan memberi makan ayam peliharaan Syeikhona. Mungkin kebanyakan orang berfikir mana ada nyantri malah disuruh kerja nggak disuruh belajar? Namun kiai Karim tidak menolaknya. Beliau melaksanakan agar hasilnya juga untuk bekal ngaji. Dengan khidmah beliau terhadap Syeikhona, beliau menjadi salah satu pendiri pondok terkenal juga di Indonesia yakni Pondok Pesantren Lirboyo. Beliau juga masuk dalam istilah 3 Tokoh Lirboyo.

Dawuh Ustadz Aziz Lirboyo

Namun, memang ada beberapa orang itu meremehkan adanya barokah, karena manfaat atau tidaknya suatu ilmu tergantung si murid itu sendiri, tetapi tidak dibenarkan dalam dalil sabda nabi:

تعلموا العلم و تعلموا للعلم السكينة والوقار وتواضعوا لمن تعلمون منه

Artinya: “Belajarlah kalian semua ilmu, pelajarilah ilmu itu dengan tenang dan khidmat, dan rendah dirilah kamu semua kepada orang yang mengajarimu.

Ilmu tidaklah mampu digapai tanpa adanya rasa ta’dhim atau memuliakan guru. Dengan dalil tersebut kita harus sebanding antara kita mencari ilmu juga tidak lupa dengan mengiringi keta’dhiman kita terhadap beliau.

“(Sungkem) Muliakanlah gurumu, maka akan mulia hidupmu, selamat di akhiratmu, dan diridhoi Tuhanmu”. []

Maulida Nur Fariha
Lulusan MANPK MAN 4 Jombang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah