Pesantren sebagai Wadah Santri Budayakan Akhlakul Karimah

Tidaklah manusia terlahir itu langsung ‘alim, tetapi untuk menjadi orang yang ‘alim itu manusia harus belajar, belajar, dan belajar. Hingga akhirnya menjadi ‘alim dan ‘amil, yakni berilmu dan beramal. Seorang santri yang ingin sukses study dan organisasi haruslah mematuhi seluruh aturan yang diterapkan di pesantren, termasuk kegiatan-kegiatan di pondok pesantren,.

Hal itu dilakukan mengingat kegiatan-kegiatan tersebut mencerminkan akhlak yang mulia sehingga ketika seorang santri sudah lulus dan keluar dari pesantren mampu hidup bermasyarakat dengan cerminan kegiatan-kegiatan yang dulu pernah ia lakukan dan ia ikuti di pondok pesantren. Semua itu dilakukan agar seorang santri bisa menghargai waktu, disiplin mempunyai rasa tanggung jawab sebagai seorang santri supaya menjadi orang yang ‘alim dan akrom, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW “Kun ‘aliman au muta’alliman”.

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang berupaya untuk merubah pola pikir, sikap dan tingkah laku peserta didik (santri) yang negatif menjadi positif. Perubahan tersebut dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, sejauh mana seorang santri mengalami perubahan baik dalam berpikir ataupun dalam berperilaku positif dalam menghadapi problematika kehidupan.

Menumbuhkan karakter yang baik tidak cukup hanya dengan satu atau dua kali saja melakukannya, namun diperlukan pembiasaan. Maka beruntunglah bagi para santri yang tinggal di pesantren. Mengapa? Karena karakter-karakter baik ini sudah ditanamkan sejak mereka masuk ke pesantren melalui begitu banyaknya kegiatan yang ada.

Dengan banyaknya jumlah kegiatan di pondok pesantren tersebut, dari bangun tidur sampai tidur lagi, akan mempengaruhi tingkat kecepatan perubahan pola pikir sikap dan perilaku santri. Satu misal ketika terlibat dengan kegiatan, maka santri akan berpikir keras untuk membagi waktu dan tenaga sehingga bisa menyelesaikan banyak pekerjaan. Hal ini bila terus berlangsung lama, maka santri akan terbiasa berpikir banyak, sehingga memiliki kebiasaan dan kecepatan. Kuat berpikir akan melahirkan kuatnya bersikap.

Baca Juga:  Cerita Kiai Fattah dan Sosok Gus Dur Muda

Contoh lain misalnya dalam peraturan keharusan shalat secara berjamaah. Para santri dididik untuk taat dan patuh pada ajaran agama Islam sekaligus patuh dengan aturan pondok pesantren. Selain ketaatan, karakter disiplin juga akan tertanam dalam diri santri melalui kegiatan ini. Masih banyak kegiatan lain di pesantren yang bisa menumbuhkan karakter-karakter yang baik dalam jiwa seorang santri.

Tujuan Pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya santri yang insan kamil. Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong santri tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang baik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat, santri dan lingkungan pesantren juga ikut serta berperan penting membentuk karakter tersebut.

Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Hal tersebut perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembangunan karakter semestinya dapat mengubah sifat-sifat santri yang masih berjiwa emosi dan kurang kesadaran diri serta kepekaan melalui pesantren.

Pesantren merupakan tempat untuk mengasah, mengasuh, dan menempa diri pada seorang santri. Di lingkungan pesantren ini, mereka dijejali dengan berbagai macam dan jenis tugas yang banyak dan bervariasi. Sehingga hal itu, melalui proses yang alami, akan menempa dan melahirkan pribadi yang tangguh, tahan banting dan tentunya didasari dengan akhlak karimah sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah.

Hanya di lingkungan pesantren, seorang santri akan benar-benar menjadi dirinya sendiri sebagaimana yang telah dikatakan oleh Babul Ilmi sayyidina Ali Karramahallahu Wajhahu, “Laisalfata man qala kana abi, walakinnalfata man qala ha ana dza (Pemuda sejati bukanlah yang mengandalkan orang tuanya, akan tetapi pemuda sejati adalah inilah saya).”

Inilah yang diajarkan di lingkungan pesantren. Mulai dari memenuhi kebutuhan pribadinya, lingkungan dan sosial kehidupannya seorang santri dituntut untuk melakukan, menghadapi dan mencarikan jalan solusinya sendiri.

Baca Juga:  Dinamika Sejarah "Pesantren" Mahasiswa (1)

Saat lapar, dia harus memasak, saat hendak berpakaian bersih, dia harus mencuci dan menyetrika, saat dia tidur, maka dia sendirilah yang mengatur jadwal bangun dan harus melanjutkan aktivitasnya. Ala kulli hal, sangat tepat jika bersekolah di pesantren. Dan benarlah jargon di zaman now ini, “Jadi santri, kamu akan bisa”. []

Bella Setyasmara Putri
Mahasiswi Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini