Meneladani Kompetensi Pedagogik Religius Rasulullah Saw

Rasulullah SAW adalah guru sejati yang telah melahirkan generasi terbaik dari umat islam. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Arrasul Al-Mu’allim wa Assalibuhu fit Ta’lim bahwa Beliau adalah sosok sentral yang menjadi panutan dalam Pendidikan. Kepribadian Rasulullah SAW dalam mendidik membina dan mengajar generasi sangat memadukan berbagai unsur penting Pendidikan. Tidak hanya ilmu pengetahuan yang beliau ajarkan tetapi juga aqidah yang benar dan akhlaq mulia. Selain itu beliau sangat selektif memilih waktu, tempat, materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Inilah yang menjadi faktor penting demi tercapainya sasaran proses pengajaran dan pembelajaran, salah satunya dengan meneladani  kompetensi pedagogik religius.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan Pendidikan. Hal ini berkaitan dengan keterampilan guru dalam mengelola  suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.

Berikut beberapa kompetensi Pedagogic religius Rosululllah yang dapat kita teladani dalam kitab Arrosul ‘Al Mu’allim wa Assalibuhu fit ta’lim :

  1. Kemampuan mengelola pembelajaran /active leraning

Kemampuan mengelola pembelajaran menggunakan metode diskusi dan metode tanya jawab. Rasulullah SAW menguji Sebagian sahabat beliau dengan pertanyaan untuk mengetahui kadar kecerdasan dan ketepatan dalam menjawab. Metode seperti ini akan menimbulkan adanya feedback / timbal balik antara guru dan peserta didik. Oleh karena itu, guru tidak hanya ahli dibidang ilmu pengetahuan tetapi juga ahli komunikasi, ahli psikologi, ahli bersosialisasi, ahli menghibur, harus adaptif dan multiskills.

  1. Kemampuan memahami peserta didik

Seorang guru harus memperhatikan perbedaan karakter setiap peserta didik. Diceritakan Ketika Rasulullah SAW didatangi pemuda dan bertanya tentang hukum mencium istri saat berpuasa, kemudian beliau melarangnya. Sementara pada kesempatan lain Rasulullah SAW ditanya oleh lelaki tua tentang hukum mencium istri saat berpuasa maka beliau memperbolehkanya.

Baca Juga:  Kecerdasan Profetik Nabi

Perbedaan jawaban yang diberikan Rasulullah SAW tersebut merupakan bentuk perhatian kepada masing-masing penanya yang sesuai dengan kecenderungan dan kondisi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus menguasai karakteristik peserta didik yang meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan latar belakang sosial budaya.

Syeikh Abdul Fattah menegaskan bahwa termasuk pondasi dalam mengajar yaitu guru harus memperhatikan kadar akal  dan tingkat pemahaman murid, sehingga dapat memberikan materi yang dapat diterima akal dan menghindari materi yang dirasa tidak sesuai.

  1. Kemampuan menggunakan teknologi pembelajaran

Kemampuan Rasulullah SAW sebagai seorang guru dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran tercermin dalam beberapa hal yaitu penggunaan tanah dan debu sebagai media pembelajaran, visualisasi materi yang diajarkan yaitu dengan menunjukkan objek yang sedang diajarkan, serta memanfaatkan fenomena alam untuk menyampaikan pelajaran penting. Seperti pada saat bulan purnama Rasulullah SAW mengajarkan kepada sahabat tentang keadaan orang-orang beriman di surga nanti, bisa melihat Allah SWT dengan jelas sebagaimana mereka melihat bulan purnama, ada yang melihatnya setiap detik, menit, setiap minggu atau satu tahun sekali. Semua terhantung amal masing-masing.

Di era disrupsi yang ditandai dengan adanya perubahan dahsyat, teknologi internet yang membuat hidup seakan serba otomatis. Kondisi demikian menjadi tantangan bagi guru mau tidak mau harus meningkatkan kompetensi agar tidak tertinggal oleh dahsyatnya perubahan. Memanfaatkan teknologi dalam rangka mengembangkan materi pembelajaran yang dapat menarik peserta didik.

Guru tidak boleh gaptek, justru guru wajib memanfaatkan Teknologi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Mengapa ? karena siswa di era disrupsi canggih berteknologi, jika guru hanya menggunakan materi yang monoton, pasti akan ditinggal oleh siswa. Sebaliknya jika guru kreatif  dia akan dapat menyuguhkan materi yang menyenangkan bagi siswa. Bukankah belajar itu akan berhasil jika didukung dengan suasana yang menyenangkan ?

  1. Kemampuan mengembangkan potensi peserta didik

Sebelum menyampaikan materi Rasulullah SAW memulai dengan bertanya terlebih dahulu kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan dalam rangka mengarahkan perhatian peserta didik dan mendorong mereka untuk mendayagunakan pikiran untuk menjawab pertanyaan. Dengan cara inilah potensi peserta didik dapat berkembang.

Baca Juga:  Belajar Keteladanan dari Keluarga Nabi Muhammad Saw Menurut Quraish Shihab (1)

Sesekali Nabi menguji sebagian sahabat. Beliau bertanya kepada sahabat tentang sebagian ilmu untuk mengetahui kadar kecerdasan dan pengetahuanya. Jika dia tepat dalam menjawab, beliau memberikan reward berupa pujian dan menepuk dadanya, sebagai pemberitahuan bahwa dia pantas mendapatkan penghargaan dan kecintaan dari Rasulullah SAW.

Diriwayatkan oleh Muslim, dari Ubay bin Ka’ab julukannya: Abul Mundzir-dia berkata, Rasulullah bersabda:

يا أبا المنذر، أتدري أي أية من كتاب الله معك أعظم ؟ قال : قلت : الله لا إله إلا الله هو الحي القيوم {البقرة 255} قال : فضرب في صدري، وقال : {ليهنك العلم أبا المنذر}.

“Wahai Abu Mundzir, di antara ayat Al-Qur’an yang ada padamu, manakah yang paling utama?” Aku menjawab,”Allah dan Rasul-nya lebih mengetahui.” beliau bersabda lagi, “Wahai Abdul Mundzir, tahukah kamu di antara ayat Al-Qur’an yang ada padamu, manakah yang paling utama?” Aku menjawab, Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menurus mengurus mahluk-nya’. (Al-Baqoroh {2} : 255)”

Maka beliau menepuk dadaku, lalu bersabda, “Semoga dirimu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abdul Mundzir.”

Dalam hal ini, Guru atau pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik. Fungsi guru tidak hanya sebagai pengajar akan tetapi sebagai bapak rohani atau spiritual father. Oleh karenanya, guru dijadikan tolak ukur keberhasilan atau kegagalan Pendidikan. Apabila guru memiliki kepribadian yang baik maka Pendidikan akan berhasil. Disamping itu ada hal lain yang harus dimiliki guru, yaitu professional dalam bidangnya.

Keberhasilan Rasulullah SAW sebagai pendidik didasari oleh bekal kepribadian (personality) yang berkualitas tinggi dan kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial-religius. Kemudian beliau mampu mempertahankan kualitas iman, amal shaleh, berjuang dan bekerja sama dalam kesabaran. Dengan demikian, guru dapat melakukan perannya dengan baik dalam Pendidikan. []

Hikmah Lailatul Kamalia
Masiswi Ipmafa Pati sekarang berdomisili di PSAA Darul Hadlonah Waturoyo.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini