Pribadi Pembelajar dan Lingkungan Bertumbuh

Pesantren.id – Minggu kemarin saya diminta teman-teman asrama Al-Azhar untuk menyampaikan sedikit pesan dan mungkin pengalaman untuk teman-teman asrama tersebut yang mau boyong. Saya menolak pada awalanya, seperti biasa. Karena memang saya tidak ahli dalam berpidato. Namun mereka memaksa, dan menjelaskan bahwa ini hanya forum santai untuk saling berbagi saja. Dengan terpaksa, akhirnya saya menerima, dengan memohon kemakluman sebelumnya, kalau-kalau nanti tidak bisa memberikan yang terbaik. Karena saya memang hanya bisa berbagi sedikit, dan dengan penyampaian yang mungkin tak runtut juga nantinya.

Sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya sedikit bertanya-tanya sebelum menjawab permintaan mereka, yaitu dimanakah asrama Al-Azhar ini. Karena asrama di Kwagean yang saya tahu hanya menggunakan huruf tunggal. Asrama A, B, sampai asrama I yang terakhir diresmikan. Kemudian mereka menjelaskan kalau asrama Al-Azhar adalah nama lain dari asrama C. Ooh geh geh, saya hafal kalau asrama C. Karena memang dulu asrama ini adalah salah satu destinasi saya bermain setiap malamnya.

Kenyataan bahwa ada nama lain dari setiap asrama ini, menurut saya adalah bukti bahwa lingkungan di pondok Kwagean ini terus bertumbuh. Sebagaimana eemakin bertambahnya lembaga baru, juga terjadi pembaruan dari semua ekosistem yang ada. Terlepas dari mana yang lebih simple, atau mana yang lebih baik, saya melihat perubahan ini adalah bukti nyata adanya kehidupan dalam sebuah organisasi. Sejalan dengan dawuh yang sering bapak utarakan: “entene perubahan, utawi pergantian niki, buktikaken lek perkumpulan niki urep, kadosto wit-witan niku. Entene rontok godonge, utowo kembange, terus diganti kalian godong lan kembang utawi buah lintune, niku bukti lek wit e niku tumbuh berkembang (adanya perubahan aturan, ataupun pergantian personel seperti ini. Membuktikan bahwa sebuah organisasi ini masih hidup dan berkembang. Sebagaimana pepohonan. Fenomena daun ataupun bunga yang rontok, kemudian digantikan oleh daun, bunga, atau bahkan buah yang lain, adalah bukti nyata bahwa pohon tersebut hidup dan terus tumbuh berkembang)”.

Baca Juga:  Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Paving

Saya sendiri merasa bahwa terwujudnya lingkungan bertumbuh ini bukan tanpa alasan, salah satu hal yang menurut saya sangat menentukan adalah karena efek dari kebebasan yang diberikan oleh bapak kepada pengurus dan para santri sangat terbuka lebar. Bapak adalah pribadi pembelajar, yang suka dan tak gengsi untuk belajar kepada siapa saja. Jadi, alih-alih menolak ide-ide baru yang diusulkan oleh pengurus atau orang lain, bapak selalu menanyakan tentang apa alasan dibaliknya, dan juga kelebihannya dibandingkan ide yang lain. Bila memang dirasa baik, dan tidak melanggar peraturan, maka bapak akan membuka lebar izinnya.

Pun kalau disuatu waktu bapak melihat ada sesuatu yang kurang pas, dan beliau belum tahu cara yang lebih baik untuk melakukannya, maka beliau tak segan untuk bertanya kepada siapapun. Bahkan kepada saya, ataupun kepada anak-anaknya yang lain pun beliau tak malu bertanya, dan bila dirasa baik, mengadopsinya dalam sebuah kebijakan.

Tak hanya masalah pondok, bila ada tamu yang datang dan bercerita tentang keahliannya dibidang pertanian ataupun peternakan, bapak akan antusias bertanya tentang keahlian dan aktivitas keseharian para tamu tersebut. Bila dirasa belum cukup, maka bapak akan meminta izin untuk berkunjung ke rumah mereka di kemudian hari. Dan tak lupa, beliau akan mengajak beberapa santri yang diharapkan untuk menjadi pengelola nantinya, dan diajak belajar bersama kesana.

Saya akhirnya melihat, dan juga meyakini. Bahwa dari kepribadian pembelajar ini, pada akhirnya akan tumbuh lingkungan yang bertumbuh. Dan bila diibaratkan seorang bayi, maka Kwagean adalah bayi yang baru lahir. Sebagaimana yang serin didawuhkan bapak pada kami: “kwagean ki seh trantanan (pondok Kwagean ini, diibaratkan bayi yang masih belajar merangkak)”. Statemen ini adalah wujud dari jiwa pembelajar bapak, juga sebagai pembelajaran pada kami untuk sadar diri. Bahwa semua yang telah ada di Kwagean ini belum apa-apa. Kita masih harus terus belajar dan kemudian bertumbuh.

Baca Juga:  Tingkatkan Kualitas Kebersihan Lingkungan Pondok dan Produktivitas Santri, Mahasiswa UB Latih Santri Kelola Susu Pecah dan Limbah Kulit Kakao Jadi Hand Soap

Bila sudah seperti ini, maka akan semakin semangat saya berusaha memperbaiki semua yang telah ada, dengan kemampuan dan keilmuan yang serba terbatas ini. Tak perlu takut ataupun minder dengan segala keterbatasan, asalkan ada kemauan untuk belajar dan terus manu, maka semua akan tetap baik-baik saja.

Prinsip ini tak hanya untuk menperbaiki sebuah lembaga, untuk memperbaiki diri pun sama. Asalkan kita mau belajar setiap hari, maka dengan sendirinya akan berkembang diri kita. Asalkan tetap maju, maka kita akan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. []

Semoga kita bisa.

#salamKWAGEAN

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah