Urgensi Silaturahmi Bagi Orang Beriman

Silaturahmi akan menjadi prioritas bagi orang yang beriman.” Tutur KH. Abdussalam Shohib, pengasuhPondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang tatkala mengajarkan kitab At-Tibyan kepada para santrinya.

Masih hangat di telinga kita banyak orang yang saling menyalahkan, mengklaim kebenaran, bahkan mengkafirkan. Akibatnya putusnya hubungan persaudaraan di antara mereka. Padahal empat belas abad silam Rasulullah Saw sudah mewanti-wanti umat muslim sekalian, beliau bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih patut bagi Allah SWT  untuk menyegerakan balasannyaterhadap pelakunya di dunia, di samping Allah SWT juga menyediakan balasan di akhirat kecuali diperuntukkan untuk orang yang berbuat kezaliman ( zina dan sebagainya ), memutus silaturahmi, khianat, dan berdusta.”

Dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa memutus silaturahmi mempunyai dampak negatif di dunia dan akhirat. Dan hal itu tercantum dalam kitab At-Tibyanfi An-Nahyi An Muqhotoatil Arham walAqoribwal Ikhwan, sebuah kitab yang dikarang oleh ulama terkemuka Indonesia, Hadratussyekh M. Hasyim Asy’ari.

Sekilas tentang Kiai Hasyim, beliau lahir di Desa Gedang, Jombang, pada tanggal 14 Februari 1871 Masehi, bertepatan dengan 24 Zulkaidah 1287 Hijriah. Orang tuanya, Kiai Asy’ari dan Bu Nyai Layyinah memberi nama anak yang baru lahir itu Muhammad Hasyim Asy’ari. Dan pada tanggal 26 Juli 1947 beliau dipanggil ke hadapan Allah SWT, dalam usia 76 tahun dan disemayamkan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Konon, beliau telah menghafal kitab-kitab babon hadis yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim,Sunan Abu Dawud, Sunan At-Turmudzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah, maka dari itu beliau memiliki gelar “hadratussyekh”, yang berarti maha guru.

Kiai Hasyim sendiri juga terkenal sebagai pendiri  sekaligus pemimpin pertama, Rais Akbar Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia. Walaupun begitu beliau juga terkenal karena kitab-kitab karangannya yang banyak. Seperti Kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim, Risalah Ahli As-Sunnahwa Al-Jama’ah, Nurul Mubin fiMahabbatiSayyidi Al-Mursalin, dan masih banyak lagi.

Baca Juga:  Silaturahmi ke PWNU Jatim, Menko PMK Minta Masukan Para Kiai Tangani Covid-19

Adapun kitab At-Tibyan fi An-Nahyi ‘an Muqhotoatil Arham wal Aqorib wal Ikhwan adalah kitab yang isinya menekankan pentingnya bersilaturahmi dengan sesama, serta menjelaskan bahayanya memutus tali silaturahmi. Dalam kitab ini juga memuat Qanun Al-Asasi (Undang-undang dasar) berdirinya Nahdlatul Ulama serta 40 hadis yang berkaitan dengan organisasi Islam tersebut.

Di permulaan kitab, Kiai Hasyim mengajak pembaca untuk merenungi ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi yang berkaitan dengan silaturahmi. Kemudian beliau mulai menjabarkan pengertian silaturahmi disertai hukumnya, juga beliau menyinggung sedikit definisi mahram, dan hukum silaturahmi dengan mahram dan selain mahram.

Salah satu hal yang menarik adalah kepiawaian Rais Akbar Nahdlatul Ulama ini dalam memaparkan dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadis) patut diacungi jempol. Penjabarannya sangat singkat namun bernas. Beliau tidak menyebutkan sanad hadis secara lengkap, dan periwayatnya juga tidak ditulis semua. Kendati demikian, hampir seluruh isi kitab At-Tibyan dipenuhi dengan hadis. Contohnya, “Barang siapa yang menyambung aku (bersilaturahmi) maka Allah Swt akan menyambungnya (memberinya rahmat), begitu juga sebaliknya barang siapa yang memutus aku (tidak mau bersilaturahmi) maka Allah Swt akan memutusnya (menunda rahmat nya).” Beliau tidak mencantumkan perawi dan sanad hadis tersebut.

Kemudian pada pertengahan kitab, Kiai Hasyim menceritakan sekelumit pengalaman pribadinya dengan guru Thariqah Naqsabandiyah yang sempat dikuasai oleh setan. Beliau juga menukil beberapa perkataan para ulama mengenai dosa orang-orang yang memutus silaturahmi.

Di akhir kitab At-Tibyan, Kiai Hasyim menyajikan cerita ulama mazhab, bagaimana mereka berbeda pendapat dalam masalah-masalah furu’iyah (masalah-masalah cabang selain akidah), dan meskipun demikian mereka tetap rukun, tidak ada cibir-cibiran di antara mereka. Dan di sini Kiai Hasyim menekankan kepada seluruh umat Islam agar tidak saling bertengkar hanya lantaran masalah furu’iyah, karena hal itu sangat berbahaya. Beliau juga menasihati kepada kita semua agar tidak berambisi terhadap harta dan kemuliaan. Karena hal itu dapat merusak agama.

Baca Juga:  Kisah Nelayan dan ketakwaannya

Sesaat setelah kitab At-Tibyan rampung beliau tulis, dari uang sakunya sendiri, beliau mencetaknya dalam jumlah yang sangat banyak, dan membagi-bagikan ke kalangan pesantren, tak terkecuali ke kalangan modernis. Melalui kitab itu, Kiai Hasyim mengajak segenap muslim untuk bersatu-padu, menjaga tali persaudaraan sesama muslim.

Tentu, penjelasan kitab ini sangat sesuai dengan zaman sekarang. Meskipun kitab ini begitu tipis, tapi tak bisa dipungkiri bahwa manfaat yang terkandung sangat luar biasa. Pastilah tujuan Kiai Hasyim mengarang At-Tibyan ini agar mudah dikaji, dipahami, dan ditelaah dengan ringkas, padat, dan jelas. Semoga dengan mempelajari kitab ini, kita tidak termasuk golongan orang yang memutus silaturahmi. Aamiin. []

Heikal Alatas
Siswa MANPK MAN 4 Jombang. Aktif di Komunitas Pena PeKa Denanyar Jombang.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka