Sejarah Pengajian Sanganan Masjid Agung Kudus

Pengajian sanganan adalah istilah yang digunakan  untuk menyebut nama sebuah majlis ta’lim di Masjid Agung Kudus. Majlis ta’lim tersebut diprakarsai atau didirikan oleh K.H.R. Asnawi Bendan Kudus (1861-1959), berbentuk pengajian umum, dan diasuh sendiri oleh K.H.R. Asnawi Bendan sampai tiba usia sepuh. Pada awalnya pengajian sanganan bertempat di pendopo kabupaten Kudus atas permintaan bapak Subarkah  selaku bupati Kudus tahun 1945. Pengajian tersebut diselenggarakan sekali setiap tanggal 9 pada bulan kalender hijriyah sesudah shalat isya’. Setelah bapak Subarkah dimutasi ke daerah lain pada tahun 1946 majlis pengajian sanganan dipindahkan oleh K.H.R. Asnawi ke Masjid Agung Kudus yang berada di sebelah barat tidak jauh dari pendopo kabupaten, di kawasan alun-alun.

Selain sebagai sosok yang berjiwa pejuang K.H.R. Asnawi mempunyai jiwa pendidik yang sangat kuat. Masjid, madrasah, pondok pesantren, dan majlis ta’lim menjadi tempat kiprahnya untuk mendidik dan memberdayakan kaum muslimin agar menjadi generasi yang qawwiyul amin. Di pondok Bendan, K.H.R. Asnawi memiliki wiridan pengajian tafsir Jalalain

selama di bulan Ramadhan. Setiap tanggal 29 Rabiul awal K.H.R. Asnawi menyelenggarakan majlis maulid nabi bertempat di pondok Bendan. Majlis sekali dalam setahun ini dirangkai dengan acara khataman al-Qur’an bin nadhar dan bil ghaib yang diasuh oleh putranya, H. Muhammad Zuhri.

Di pondok Bendan, K.H.R. Asnawi juga mengadakan majlis nasihat sekali dalam sebulan yang dinamakan pengajian patbelasan. Majlis ta’lim tersebut diselenggarakan setiap tanggal

14 bulan hijriyah. Majlis tersebut banyak diikuti oleh kaum muslimin muslimat dari berbagai penjuru kota Kudus dan sekitarnya. Di majlis ini K.H.R. Asnawi selain memberikan nasihat agama juga nasihat yang dapat membangkitkan semangat cinta tanah air atau nasionalisme kepada para peserta pengajian. Karena dianggap membahayakan kekuasaan kolonial Jepang, akhirnya majlis tersebut dilarang.

Baca Juga:  Sejarah dan Makna Perintah Jihad dalam Islam

Rangkaian acara dalam susunan majlis ta’lim yang diasuh oleh K.H.R. Asnawi adalah iftitah bil fatihah, qiro’atul qur’an, shalawat, tahlil, ceramah pengasuh, dan do’a. Shalawat yang diciptakan oleh K.H.R. Asnawi yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan shalawat asnawiyyah menjadi satu-satunya shalawat yang selalu digaungkan dalam majlis-majlis ta’lim K.H.R. Asnawi. Gemuruh suara shalawat asnawiyyah dari para peserta pengajian tersebut dapat membangkitkan semangat perjuangan dan mencintai tanah air Indonesia. Salah satu bait dalam shalawat asnawiyyah “aman aman aman Indonesia Raya aman”, yang artinya semoga Negara Indonesia aman selamanya.

Menurut cerita lisan Ibu Hj. Sunaifah Akmal (w. 2017), setiap selesai mengasuh pengajian sanganan K.H.R. Asnawi selalu dijamu di kediaman salah seorang pengurus Masjid Agung Kudus pada waktu, yaitu Kiai Washil. Rumah kediaman Kiai Washil berada di sebelah barat Masjid Agung Kudus. Dalam penjamuan tersebut Kiai Washil selalu menyuguhi makanan kesukaan K.H.R. Asnawi, yaitu sate kambing dan gule buatan Pak Mu’in yang berdagang di sebelah utara masjid. Penjamuan istimewa Kiai Washil tersebut karena K.H.R. Asnawi dianggap sebagai tamu sekaligus ulama atau kiai besar waktu itu yang harus dimuliakan. Terkadang Kiai Washil juga membawakan pulang sate dan gule kepada K.H.R. Asnawi untuk keluarganya di rumah.

Selain mendirikan majlis ta’lim sanganan, K.H.R. Asnawi juga mendirikan majlis ta’lim pitulasan di Majid al-Aqsha Menara Kudus. Kedua majlis ta’lim tersebut sangat melegenda dan dikenang oleh masyarakat Kudus. Setelah K.H.R. Asnawi wafat, ada beberapa kiai besar yang pernah menjadi pengasuh demi keberlangsungan kedua majlis ta’lim tersebut. Di antaranya K.H. Bisri Mustofa, K.H. Yasin Blitar, K.H. Muhammadun Pati, dan masih banyak lagi para kiai yang lain. Namun sayang, majlis ta’lim sanganan saat sekarang sudah tidak aktif lagi. Seingat penulis ketidakaktifan sekitar tahun 1980-an. Sedang pengajian pitulasan yang semula berbentuk pengajian umum bersifat ceramah sudah berganti bentuk menjadi pengajian dialogis atau seminar yang diselenggarakan setiap bulan Ramadhan.

Baca Juga:  Asal Mula Baju Toga dalam Wisuda

Semoga bermanfaat.

Kudus, 1 Muharram 1446 H.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Pustaka