Pesantren.id – Lahirnya paham radikalisme tidak selalu dari agama. Kita mengetahui bahwa dalam agama mengajarkan cinta damai dan kasih sayang. Salah satu upaya dalam menangkal radikalisme adalah dengan membumikan moderasi beragama.
“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa,” ungkap Adung Abdurrahman Koordinator Staffsus Kementerian Agama dalam Webinar Nasional “Strategi Mencegah Paham Radikalisme dan Upaya Moderasi Beragama” Universitas Trilogi Jakarta bekerjasama dengan Kodam Jaya. Selasa, (8/3)
Sosok yang akrab disapa Adung juga Sekjen Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) sebagai narasumber utama dalam webinar tersebut menyebutkan indikator moderasi beragama di antaranya komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan tradisi budaya lokal. Dirinya mengatakan, upaya menangkal paham radikalisme melalui beragam strategi.
“Di antaranya penguatan cara pandang moderasi agama, harmoni dalam kehidupan, penyelarasan moderasi agama. Cara lainnya upaya menangkal radikalisme yakni meningkatkan kualitas beragama. Penguatan pemberdayaan masyarakat yang bisa mengurangi pengaruh bujukan kelompok radikal,” jelasnya.
Sementara itu Prof. Misri A Muchsin guru besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam acara diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya seputar radikalisme dalam webinar nasional tersebut.
Prof. Misri mengatakan radikalisme merupakan tantangan dan ancaman kebangsaan, ideologi negara dan kemanusian terlebih di era digital seperti ini, makanya pemerintah bersama masyarakat dan elemen lainnya harus turut serta dalam penanganan dan penanggulangan serius.
“Diantara cara preventif di dunia pendidikan, hendaknya mulai usia dasar perlu memasukkan pendidikan anti radikalisme dalam kurikulum atau minimal RPP di sekolah dan atau RPS di Perguruan tinggi,” paparnya.
Prof Misri yang juga salah seorang penasehat Ansor di Aceh mengatakan cara lainnya dalam mencegah radikalisme dengan melakukan penyegaran metode pembelajaran Pancasila agar bisa meng imbangi P-4 zaman ORLA (Orde Lama). Selanjutnya, metode Kuratif menurut Prof Misri dengan pembersihal radikalisme yang sudah terlanjur di kalangan anak bangsa secara serius dan terprogram.
“Di samping itu, nilai dan program moderasi beragama harus menjadi program unggulan untuk menangkal radikalisme, sebab semua agama tidak ada dalam ajarannya untuk berlaku radikalisme di muka bumi ini,” lanjutnya.
Syariat Islam sendiri jelas melarang melakukan perbuatan radikalisme dan sesuai dengan nama dan arti lughawi dari agama ini adalah cinta damai, sejahtera, rukun dan toleran. Oleh karenanya radikalisme seharus memang tidak mendapat tempat, kesempatan dan wadah dalam Islam.
“Diantara satu upaya yang bisa dilakukan dalam menangkal paham radikalisme adalah melalui pendidikan moderasi agama. Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Al-alamin, menjaga tempat ibadah dari penyebar paham radikal, pembinaan bela negara dan lainnya. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa,” paparnya.
Webinar nasional diikuti ratusan orang dari berbagai kalangan dan daerah di nusantara dengan moderator Risqon Halal Syah Aji tampil sebagai moderator acara itu mengatakan sangat bahagia dan berterima kasih kepada peserta webinar yang sangat antusias mengikutinya hingga selesai.
“Alhamdulillah, acara yang digelar hari ini (8/3) berjalan lancar dan sukses dan sejak awal hingga selesai acara peserta masih bertahan bahkan mencapai angka 570 lebih peserta dari berbagai kalangan,”katanya yang juga Warek I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Trilogi Kalibata Jakarta Selatan.
Risqon menyebutkan Pangdam Jaya Mayjen TNI Budiharto menjadi keynote speech website tersebut dan pembicara lainnya yang mengisi acara tersebut Dody Susanto (Direktur Klinik Pancasila) dan Rekor Universitas Trilogi Prof Mudrajad Kuncoro juga turut hadir. Webinar ini lanjut Risqon turut juga dipilih oleh panitia peserta yang mendaftar doorprize sebanyak 15 peserta dari seluruh peserta yang ikut mulai dari Aceh hingga Papua.
“Hasil seleksi panitia menetapkan 15 peserta doorprize diantaranya Retno dari Universitas Trilogi, Hidayat dari Ansor Marauke, Tgk. Helmi Abu Bakar Ketua Ansor Pidie Jaya, Aan Media (Jurnalis), Fahrudin (Tasikmalaya), Dr. Azhar (Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh), Muhar Zein dari Papua, Prof. Misri dan beberapa peserta lainnya sejumlah 15 peserta,” lanjutnya..
Sementara itu Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Universitas Trilogi, Prof. Arissetyanto Nugroho dalam sambutannya mengatakan pentingnya memperkuat ketahanan dari ancaman radikalisme, salah satu caranya dengan memberikan penguatan pada nilai-nilai Pancasila. memberikan kata sambutannya.
“Mari kita junjung tinggi nilai Pancasila sebagai bagian dari moderasi beragama,” ujar Arissetyanto. Pangdam Jaya Mayjen TNI Untung Budiharto saat menjadi Keynote Speech mengapresiasi Universitas Trilogi dalam menyelenggarakan Webinar tersebut.
Menurutnya, seluruh civitas akademika perlu waspada dan mendeteksi masuk paham radikalisme. Mayjen TNI Untung menambahkan, salah satu upaya untuk mencegah tersebar paham radikalisme adalah sosialisasi nilai-nilai konsensus dasar kebangsaan. Yaitu: Pancasila, UUD 45, bhinneka tunggal Ika, Kesatuan NKRI. []