Prinsip Syariat Islam yang Sebenarnya adalah Kemaslahatan Manusia

Apalah jadinya ketika manusia memandang hanya sebatas klaim kebenaran sepihak yang bertumpu pada teks kitab suci saja, dan mengesampingkan kemaslahatan, maka dengan pasti akan tercipta keributan di mana-mana, inilah yang akan terjadi.

Indonesia yang notabennya berhimpun atas bermacam-macam Agama, golongan, suku, maupun kelompok harus selalu sadar dan kini harus juga berkaca pada Negara Delhi. Melansir dari BBC News Indonesia (3/3/20) bahwa kerusuhan umat beragama di Delhi warga muslim terpaksa mengugsi, warga hindu ketakutan, bentrok antar umat beragama di pinggiran kota utara Delhi, India menyisakan kehancuran. Lebih dari 46 orang meninggal dunia dalam bentrokan tersebut.

Tentu kita sebagai masyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak ingin mengalami hal yang sama buka, oleh sebab itu mari kita terus membangun tali persaudaraan sesama manusia, agar terciptanya kemaslahatan dengan sempurna.

Melansir dari Website Presidenri.go.id (3/10/20) bawa bapak Presiden RI Joko Widodo menyampaikan, kebinekaan dalam masyarakat Indonesia merupakan anugerah dari Allah Swt. Yang harus terus dijaga dan dipertahankan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Di tengah dinamika sosial dan politik global, kemajemukan bangsa, termasuk keberagaman agama, tak menjadi penghalang bagi kita untuk tetap hidup rukun, saling mengayomi, an saling melindungi sebagai saudara sebangsa dan setanah air.

Presiden juga menyampaikan, “tantangan kehidupan beragama kian hari kian berat. Kehadiran media sosial dalam mewarnai kehidupan beragama dewasa ini tidak bisa diabaikan. Tidak jarang media sosial membawa racun seperti hoaks dan ujaran-ujaran kebencian yang justru menimbulkan perpecahan.

Memahami Prinsip Syariat Islam yang Sesebenarnya

Kemaslahatan. ya itulah yang dimaksud. Selama masing-masing umat beragama hanya bertumpu pada klaim kebenaran kitab suci, pasti akan lahir sekat-sekat pemisah antar umat beragama itu, yang barang tentu disebabkan oleh perbedaan-perbedaan konsep iman dan ibadah dalam kitab suci masing-masing. Jangan sampai kita sebagai manusia menjadi korban oleh ajaran agama masing-masing sehingga darinya saling menciptakan kegaduhan yang berdampak pada kehancuran.

Baca Juga:  NU Turut Serta Bangun Peradaban Islam di Kancah Global

Hemat saya, agar tidak terciptanya konflik antar umat beragama ataupun kelompok, maka pertama, yang harus dilakukan adalah mereka harus memahami ajaran agamanya atau aturan/ajaran agamanya masing-masing.

Prof. Dr. Hamka Haq, Ma (2009) menyampaikan bahwa sebuah kekeliruan yang selama ini dilakukan oleh sebagian umat beragama adalah mengidentifikasi teks-teks agama dengan Tuhan, sehingga setiap yang berkaitan dengan kepentingan agama selalu dipandangnya sebagai kepentingan (kebutuhan) bagi Tuhan. Pandangan seperti ini jelas melanggar teologi universal semua agama bahwa Tuhan tidak punya kebutuhan sama sekali pada hamba-Nya dan pada semua ciptaan-Nya, termasuk manusia dan agama.

Sebagaimana teologi Islam telah mengajarkan bahwa Tuhan memiliki sifat qiyam bi nafsih (berdiri atas diri-Nya sendiri), dan ghaniy ‘an al-alamin (tidak butuh terhadap alam ciptaan-Nya). Oleh sebab itu, melaksanakan ajaran agama dalam hal ini Islam sejatinya bukan untuk melayani kebutuhan Allah, melainkan untuk kemaslahatan manusia.

Yang kedua adalah masyarakat tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri maupun selalu menganggap agamanya yang paling benar. Ketiga adalah masyarakat tidak boleh bertindak semaunya tanpa mengikuti kaidah yang ada, barang tentu ini menyangkut kemaslahatan bersama. Itulah kira-kira yang harus tetap dijaga kelestariannya dalam kehidupan.

Maka kan keliru, jika pandangan yang menempatkan manusia sebagai hamba yang harus mengorbankan kemaslahatannya demi kepentingan (kebutuhan) syariat Tuhan. Sebab, pandangan seperti inilah yang mengakibatkan manusia rela berkorban atas jiwanya, membunuh atau dibunuh bahkan bunuh diri atas nama keridhaan Tuhan. Ironisnya, pengorbanan itu kadang terjadi dalam bentuk konfrontasi, yang masing-masing pihak mengaku mengejar keridhaan Tuhan atau mengklaim sebagai jihad membela Tuhan. Padahal, sekali lagi, Tuhan Maha Kuasa tidak butuh pembelaan dari manusia.

Baca Juga:  Kehidupan Sosial di Era Pandemi

Menurut Prof. Hamka (2009) dalam al-Quran telah diisyaratkan bahwa Tuhan sangat benci kepada manusia yang menjadikan agama-Nya sebagai kendaraan untuk sebuah permusuhan. Umat Islam yang melakukan salat pun akan dimasukkan ke neraka, menurut Q.S. al-Ma’un, jika salatnya gagal memenuhi misi kemaslahatan karena hanya dijadikan kendaraan untuk saling bermusuhan; mereka itulah yang disebut dalam al-Quran sebagai yamma ‘un al-ma’un.

Untuk itu, tidak kalah penting untuk menangkal kehancuran dari permusuhan antar umat beragama dibutuhkan figur/ulama dan tokoh-tokoh agama yang mempersatukan bukan memisahkan, merangkul bukan memukul, membangun bukan menghancurkan, serta piawai melunakkan perbedaan pilihan dan pemahaman, agar menjadi kekuatan sehingga umat tidak terjebak pada pandangan-pandangan yang ekstrem dan saling menghancurkan.

Semoga selalu damai Indonesiau. Amiin. []

Rojif Mualim
Aktivis NU, Pengajar dan Peneliti, Peminat Kajian Sosial dan Keislaman, Owner @blackjavaindonesia

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini