Perjalanan Seorang Murid

Beberapa hari yang lalu ada seorang santri yang pamit boyong, dan izin pindah ngaji ke pondok lain. Bukan santri pertama di tahun ini yang boyong, sudah ada beberapa santri lain yang izin boyong sebelumnya.

Kejadian ini juga bukan suatu fenomena yang aneh, karena memang sudah menjadi kebiasaan disini, atau bahkan di hampir seluruh pondok yang saya ketahui, bahwa disetiap ajaran baru akan ada santri baru yang mendaftar, juga akan ada beberapa santri baru tersebut yang lalu boyong setelahnya. Bisa dalam hitungan hari, atau beberapa bulan kemudian. Alasan boyong atau pindah juga beragam, ada yang karena memang tidak kerasan, atau gagal adaptasi dengan lingkungan baru. Ada juga yang boyong karena tidak cocok dengan sistem pendidikannya.

Di pondok Assalam sendiri, kebanyakan santri yang boyong karena kurang cocok dengan sistem pendidikannya.

Sistem pendidikan di kwagean, adalah sistem pendidikan yang mengedepankan proses. Dimana sistem ini membutuhkan waktu yang panjang, dan kesabaran menjalani. Sedikit demi sedikit. Yang mana dua hal tersebut jarang dimiliki oleh para murid saat ini.

Bapak saya sendiri menerangkan tentang proses perjalanan seorang murid dalam belajar dengan bahasa yang sederhana:”kawitane niku Ilmu, mantun niku amal, hal, karomah, terus haqiqoh (pada awalnya itu ilmu, selanjutnya amal, hal, karomah, lalu hakikat)”.

Lebih lanjut bapak menerangkan:”Ilmu niku diibaratno nduwe winih jagung, terus tandang nandur niku diarani amal. Mangke tanemane berkembang muncul wit e mulai cilik terus tumbuh, niki namine hal. Terus lek pun muncul kembange, niki karomah. Lek pun muncul karomah yo tetep kudu diterusne, lek diibaratne wiridan ki njogone yo kudu diterusne. Kadang wes metu karomah terus rumangsane wes hebat. Gak diterusne ngramute. Yo gogrok tenan gak iso entuk buah e. Hla buah e niki haqiqat (ilmu itu diibaratkan kita mempunyai benih jagung, lalu langkah selanjutnya kita harus menanamnya, yang mana langkah ini dinamakan amal. Apabila dari benih yang ditanam tersebut muncul tumbuhan, dan berkembang sedikit demi sedikit dari kecil hingga besar, ini dinamakan hal. Bila tumbuhan tersebut terus tumbuh dan berkembang, lalu tumbuh bunga darinya, maka ini dinamakan karomah. Namun perlu diperhatikan, meskipun sudah tumbuh bunga atau karomah, proses ilmu juga harus tetap dilanjutkan. Seperti wiridan, harus tetap dilanjutkan menjaga keistiqomahannya. Kadang kala, karena sudah muncul karomah, lalu merasa sudah hebat. Tidak dilanjutkan proses penjagaannya. Maka apabila begitu, sungguh akan rontok bunganya, dan tak akan mendapatkan buah dari pohon ilmu. Nah, buah dari ilmu ini yang dinamakan hakikat)”.

Baca Juga:  The Santri; Menjaga Tradisi Menebar Inovasi

Dari keterangan bapak ini, bisa dijelaskan beberapa titik perjalanan seorang murid:

Yang pertama yaitu ILMU

Kita bisa mendapatkan ilmu dari manapun dan dari siapapun. Semakin banyaknya alat dan tempat yang menawarkan ilmu, maka makin terbuka kesempatan bagi kita untuk mendapatkan ‘benih’. Meskipun mungkin sumbernya tak bernama, atau bahkan tak bernyawa. Teknologi sangat membantu kita hari ini. Meskipun tanpa adanya guru, kita bisa mendapatkan banyak ilmu saat ini.

Yang kedua adalah AMAL

Setelah mendapatkan banyak ilmu dari proses sebelumnya, kita hanya akan mendapatkan kebanggaan, bila ‘benih-benih’ tersebut hanya kita simpan atau bahkan mungkin pamerkan. Tak akan menjelma tumbuhan yang akan menjadi ‘kehormatan’, bila benih tersebut tak kita tanam. Bergerak untuk menanam benih, adalah yang dimaksud dengan amal. Mungkin kita bisa men’contek’ pengamalan ilmu ini dari YouTube, atau dari buku-buku. Meskipun kurang afdhal, namun pen’contek’an ini sangat mungkin untuk bisa menumbuhkan tanaman.

Yang ketiga adalah HAL

Pada proses inilah seorang murid mutlak membutuhkan guru. Tanaman yang tumbuh tanpa guru mungkin akan hidup dan berkembang, namun hidupnya baik atau tidak, pertumbuhannya positif atau negatif, murni butuh bimbingan dan panduan dari guru. Guru akan menata dan mengarahkan proses penjagaan tanaman, dan proses tumbuh kembang dari tanaman tersebut. Bila tumbuh menjadi tanaman yang baik, maka seorang murid akan mendapatkan kehormatan yang pantas.

Yang keempatnya adalah KAROMAH

diibaratkan bunga, yang tumbuh dari tanaman sang murid. Pada titik ini, seorang murid biasanya akan mendapatkan kehormatan yang banyak dan layak. Entah itu berupa materi, atau non materi. Dan karena itu juga, banyak murid yang akhirnya terlena. Merasa sudah berjaya dan selesai dengan perjalanan ilmunya. Bila seorang murid sudah mencapai fase ini, memang akan sangat pantas dihormati. Namun harap diingat, bahwa penghormatan dan segala harum bunga ini adalah aroma surga yang sering melenakan. Dan menggagalkannya mencapai derajat tertinggi.

Baca Juga:  Kewirausahaan Bagi Generasi Santri
Dan derajat itu adalah fase kelima, yaitu HAKIKAT

Bila seorang murid mampu tetap terjaga dan tidak terlena oleh aroma surga, maka dia akan tetap berproses dan menjaga bunga tersebut agar tetap ditempat seharusnya. Tak perlu dipetik dari pohonnya, hanya untuk dibanggakan atau bahkan disombongkan pada dunia, niscaya buah yang didambakan akan dapat dipanen olehnya. Dan hakikat dalam segala hal adalah Tuhan.

Demikian tadi adalah salah satu peta perjalanan murid yang diterangkan oleh bapak berdasarkan keterangan dalam kitab-kitab, mungkin ada juga orang lain yang berproses dengan cara lain, dan juga berhasil. Kita tidak pernah tahu cara mana, atau jalur mana yang menghantarkan seorang musafir sampai pada tujuannya. Namun satu yang pasti, tuhan menitipkan hikmah atau pengetahuanNYA pada para ahli ilmu atau ahli hikmah. Kita bisa asal berjalan, dan berharap keajaiban menemu buah yang baik diperjalanan. Atau kita bisa meniru dan berguru pada para ahli ilmu. Peta dari para guru akan menjadi petunjuk arah, arahan dan bimbingan akan menjadi petunjuk langkah. Dan apabila kita telah melangkah sesuai arah, dan berproses sesuai arahan, maka jaminan akan buah baik akan lebih dekat kita dapatkan.

Sesuai dengan janji tuhan:”mendekatlah padaku dengan berjalan, maka AKU akan menyongsongmu dengan berlarian”(terjemahan bebas dari saya). [HW]

Muhammad Muslim Hanan
Santri Alumnus PIM Kajen dan PP Kwagean Kediri

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah