Progresivitas NU (2): Gus Dur Ikon Progresivitas

Dinamika pemikiran kaum muslimin yang lambat dan cenderung stagnan itu tampaknya juga telah lama menggelisahkan pikiran tokoh besar NU, Abdurrahman Wahid atau yang popular dikenal Gus Dur.

Sejak tampil sebagai pemimpin puncak NU melalui muktamarnya di Situbondo tahun 1984, Gus Dur secara terus menerus membuka keran-keran pikiran yang mampat. Ia dengan tanpa beban cultural terus menerus melancarkan pikiran-pikiran controversial dalam sejumlah masalah. Sebagian besar, kalau tidak seluruhnya, pikiran-pikiran Gus Dur tidak sejalan dengan pikiran mainstream masyarakat muslim sendiri, termasuk juga di kalangan para ulama NU.

Hampir semua orang tahu Gus Dur kemudian mendapat serangan balik yang keras dari banyak kalangan terutama dari kalangan kaum puritan dan fundamentalis. Gus Dur juga pernah “diadili” oleh para ulama ketika hadir di Pondok Pesantren Dar al Tauhid Cirebon. Saya hadir dan menuntun beliau menuju mimbar diskusi dan mendengarkan klarifikasi Gus Dur atas pandangan-pandangannya yang menggelisahkan umat Islam itu.

Menarik sekali bahwa Gus Dur ketika itu dapat menangkis semua kritik yang diajukan. Satu-persatu dari sekian banyak kritik kepadanya, seperti ucapan “Assalamu’alaikum” diganti dengan “Selamat Pagi”, “kunjungannya ke Israel, Keinginannya mencabut TAP MPR No. 25 tahun 1966 dan sebagainya, dijawab dengan cerdas, tangkas, lugas dan penuh pesona, sedemikian rupa sehingga para hadirin tak dapat membantah.

Mereka seperti terhipnotis, tak dapat berkata apa-apa lagi, meski sebelum kehadiran Gus Dur, mereka telah siap dengan menggulung lengan bajunya untuk “menghujat”, “menghakiminya” dan “melawan” beliau.

Berbeda dengan generasi tua NU dan Pesantren, pikiran-pikiran besar Gus Dur tersebut justeru ditanggapi dengan penuh antusias oleh kalangan muda NU yang terbuka dan progresif.

Baca Juga:  Ramai Foto Plang NU Ranting Petamburan, Begini Penjelasan Ketua PCNU Jakpus

Mereka merespon dengan begitu gembira pikiran-pikiran beliau, karena dengan begitu mereka menemukan dasar legitimasi yang kuat dari tokoh kharismatik berikut pengaruhnya yang besar itu. Mereka kemudian banyak yang mengikuti “sunnah”nya ; berfikir progresif. Gus Dur adalah Ikon perubahan besar bagi kaum muda NU. []

Husein Muhammad
Dr (HC) Kajian Tafsir Gender dari UIN Walisongo Semarang, Pengasuh PP Darut Tauhid Arjowinangun Cirebon, Pendiri Yayasan Fahmina Institute

Rekomendasi

Habib Luthfi
Ulama

Habib Luthfi

Waktu itu, menjelang akhir tahun 2000, saya masih mondok di Ponorogo. Salah satu ...

Tinggalkan Komentar

More in Opini