Menjadi orangtua Anak Berbakat (AB) adalah suatu anugerah, sesuatu yang patut disyukuri. Orangtua mana yang tak bersyukur dan bahagia memiliki anak unggul yang bisa menjadi kebanggaan, baik bagi diri sendiri, orangtua, sekolah/kampus, maupun bangsa/negara, apapun status orangtua. Memang tidak semu orangtua AB bisa bersikap dan melayani dengan tepat anaknya yang masuk katagori AB.
Dalam berbagai riset dilaporkan bahwa ada perubahan yang kontsruktif bagi pendidikan dan perkembangan AB. Kehadiran orangtua dan perannya yang aktif di tengah-tengah kehidupan AB sangatlah bagi pertumbuhan dan perkembangan AB. Oleh karena upgrade pengetahuan dan info tentang pendidikan dan pembelajaran sangatlah dibutuhkan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Terman dari Anak yang memiliki kecerdasan di atas 140, maka karakteristik orangtua dan rumahtangganya sebagai berikut, (1) mayoritas pekerjaan ayahnya masuk katagori profesional, (2) penghasilan orangtua masuk katagori atas, hanya beberapa yang masuk katagori bawah, (3) kondisi keluarganya, bersih, longgar rumahnya, dan tingkat pengawasan orangtua baik sekali, (4) stabilitas keluarga terjaga baik, (5) pendidikan orangtua pada tingkat tinggi, hanya beberapa yang pendidikan orangtua rendah, dan (6) teknik pengasuhan anak dilaporkan baik.
Pada prakteknya ada sejumlah tipe orangtua dalam menghadapi AB. Pertama, tipe kooperatif yang diwujudkan dengan terhuka untuk sharing. Kedua, tipe konflik, yang berupa tuntutan orangtua untuk pelayanan bagi anaknya tidak bisa dipenuhi oleh sekolah. Ketiga, tipe interaktif dan interference, yang berupa tawaran program sekolah untuk AB tidak didukung orangtua, malah dikonfrontir orangtua, dan Keempat, tipe natural, interaksi pengembangan yang natural terjadi ketika sekolah dan orang setuju bahwa Kurikulum sekolah yang reguler dapat memenuhi kebutuhan AB.
Bahwa interaksi positif dan kooperatif itu terjadi ketika sekolah memiliki kesadaran berkaitan dengan kebutuhan unik orangtua dalam mengatasi AB, cara sekolah dapat memenuhi kebutuhan orangtua, kontribusi orangtua sebagai individu, dan peranan organisasi orangtua (forum). Menyadari bahwa hubungan antara orangtua dan sekolah itu krusial, maka pendidik dan tenaga kependidikan perlu sisihkan komitmen di hati masing2, sehingga kehadiran tua benar-benar fungsional.
Dalam rangka mengawal pertumbuhan dan perkembangan AB, maka orangtua harus ambil peran penting sebagai partner guru di sekolah. Untuk ikut menangani AB, orangtua dengan sikap tawadlu-nya mengikuti prosedur yang benar. Orangtua perlu melakukan referel untuk mendapat informasi tentang posisi anak, utamanya terkait dengan tingkat IQ atau Tes Bakat dan sebagainya. Selanjutnya orangtua AB, perlu mengawal AB dalam penempatan, baik terkait dengan kecakapan umumnya maupun tingkatan (vertikal) keberbakatan. Demikian juga dukungan orangtua untuk semua keberbakatan yang dimiliki AB. Bahwa kontribusi organisasi orangtua AB sangatlah penting untuk membuat program pendidikan AB dengan segala keragamannya.
Akhirnya bahwa untuk menjadi orangtua AB yang efektif tidaklah mudah. Salah bersikap dan bertindak dalam mengawal perjalanan hidup dan pendidikan AB perlu diupayakan dengan sebaik-baiknya. Dengan keterbatasan orangtua, tidaklah mudah dalam memenuhi kebutuhan menjadi orangtua yang efektif. Semoga setiap orangtua AB, dengan latar belakang apapun memiliki komitmen yang positif dalam menfasilitasi AB di jenis pendidikan apapun dan pada jenjang apapun, sehingga kehidupan FUNGSIONAL.
Yogyakarta, 08/01/23, pk. 21.58