Subhanallah, Ajib dan Amazing. Karya para ulama ahli Tafsir sejak masa Sahabat hingga saat ini berhasil dihimpun oleh ulama muda dan ulama masa depan yang dimiliki NU, Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi (Katib Syuriah PBNU), Cucu Kiai Ramli Peterongan Jombang. Kitabnya bernama Jam’u al-‘Abir, diterbitkan di Kairo Mesir, sudah masuk ke jajaran Pustaka kitab-kitab berbahasa Arab.
Kitab-kitab Tafsir yang beliau kumpulkan bukan sekedar nama-nama Tafsir, tapi lengkap dengan biografi penafsirnya sekaligus manhaj atau metodologi tafsirannya. Kitab ini ditulis dalam 2 jilid. Pada jilid 1 berisi karya-karya Tafsir mulai abad pertama Hijriyah hingga abad ke 13 Hijriyah.
Khusus pada jilid ke 2, berhasil dihimpun kitab-kitab Tafsir sejak abad ke 14 Hijriyah. Jilid ke 2 inilah yang saya nikmati perlembar untuk dibaca. Ternyata di jilid ke 2 ini banyak pula para ulama di Asia yang menulis Tafsir Al-Qur’an dengan berbagai macam Bahasa. Jika dibandingkan dengan ulama dari negara lain memang berbeda karakteristik penulisan Tafsirnya. Terkhusus bagi ulama Asia kitab Tafsirnya lebih bersifat penjelasan Syarah dari Ayat-ayat Al-Qur’an untuk dipahami oleh masyarakatnya.
Ulama Indonesia
1. Tafsir An-Nawawi (1316 H/ 1898 M), memiliki beberapa nama, diantaranya Marahun Labid dan Tafsir Munir, berbahasa Arab (Hal. 354)
2. Tafsir Kalam al-Malik Ad-Dayyan, Syekh Soleh Darat, Semarang (1321 H/ 1903 M). Tafsir berbahasa Jawa (Hal. 355)
3. Tafsir Raudhah Al-Irfan, Syekh Ahmad Sanusi, 1888-1950. Tafsir berbahasa Sunda (Hal. 385)
4. Tafsir Al-Qur’an Suci Basa Jawa, Syekh Muhammad Adnan Al-Jawi, 1889-1969, dari Surakarta Jawa Tengah. (Hal.425)
5. Tafsir An-Nur, Syekh Muhammad Hasbi As-Siddiqi 1904-1975. Tafsir ini berbahasa Indonesia terdiri dari 10 jilid. Sementara versi Arabnya bernama Tafsir Al-Bayan (Hal. 439-441).
6. Tafsir Al-Ibriz, KH Bisri Musthofa (Ayahanda Gus Mus), 1910-1977. Tafsir berbahasa Jawa, 3 jilid. Kitab Tafsir ini paling banyak dipelajari di pesantren dan masjid-masjid kampung (Hal. 448).
7. Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), 1908-1981. Tafsir berbahasa Indonesia, paling banyak dipelajari di kampus dan universitas di Indonesia (Hal. 461).
8. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Syekh Mahmud Yunus 1899-1982, tafsir dengan Bahasa Indonesia (Hal. 470).
Tafsir Abad ke 15 Hijriyah
9. Tafsir Rahmat, Syekh Umar Bakri 1916-1985. Tafsir berbahasa Indonesia (Hal. 478).
10. Tafsir Harian Al-Qur’an, H Abdullah Abbas Nasution, 1912-1987. Tafsir berbahasa Indonesia (Hal. 482).
11. Jami’ Al-Bayan, Syekh Muhammad bin Sulaiman Solo, 1911-1991. Tafsir berbahasa Arab (Hal. 492).
12. Tafsir Al-Iklil, KH Misbah Musthofa (Paman Gus Mus), 1916-1994. Tafsir berbahasa Jawa, 3 jilid (Hal. 501).
13. Tafsir Al-Huda, Syekh Bakri Syahid, 1918-1994. Tafsir berbahasa Jawa (Hal. 502)
14. Tafsir Al-Munir, Syekh Dawud bin Ismail, 1908-2006, Tafsir berbahasa Bugis 10 jilid (Hal. 531).
15. Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun, Muhammad Amun Hasyim, 1916-2009, berbahasa Sunda (Hal. 537)
16. Tafsir Al-Qur’an Bahasa Bugis, Abdul Muin Yusuf dan Kawan-kawan (Hal. 564).
17. Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraisy Shihab, 1944. Tafsir Kontemporer berbahasa Indonesia, 15 jilid (Hal. 593).
18. Tafsir Al-Ubairiz, Gus Mus, 1944. Tafsir berbahasa Jawa dan Indonesia (Hal. 596).
19. Firdaus An-Naim, KH Toifur Ali Wafa, 1963. Ulama dari Sumenep Madura namun Kitab Tafsirnya berbahasa Arab, 6 jilid (Hal. 620).
Ulama Malaysia
1. Tafsir Nur Al-Ihsan, Syekh Muhammad Said bin Umar, Malaysia. Tafsir berbahasa Melayu (Hal. 371)
2. Tafsir Khulasah Al-Qur’an, Maulana Abdullah Nuh, Kelantan Malaysia, 1905-1947. Tafsir berbahasa Melayu (Hal. 384)
3. Tafsir Anwar Al-Huda, Syekh Utsman Jalaluddin, Kelantan Malaysia, 1880-1952. Syarah Tafsir Jalalain dengan Bahasa Melayu (Hal. 390)
4. Tafsir Pimpinan Ar-Rahman, Syekh Abdullah, 1913-1996. Tafsir berbahasa Melayu (Hal. 509)
Ulama Singapura
1. Pelita Al-Qur’an, Syekh Abdullah Al-Jufri, 1938-2003.
Tafsir berbahasa Melayu (Hal. 523)
2. Tafsir Abr Al-Atsir, Ust Ahmad Sanhaji, 1922-2010, Tafsir berbahasa Melayu (Hal. 547)
Masih tentang keajaiban dalam jilid ke 2, Gus Awis (panggilan keseharian beliau) menghiasi kitab tersebut dengan karya-karya banyak aliran, Sunni sudah pasti yang kebanyakan dari Mesir, Suriah dan lainnya, ada juga dari ulama Syiah, baik Imamiyah, Zaidiyah dan lainnya, bahkan ada pula Tafsir ulama Ibadhi -salah satu aliran dalam Khawarij- dan juga dari kalangan Salafi, yang oleh penulisnya dibahasakan سلفي الاعتقاد.
Satu pesan saya setelah membaca kitab ini: “Jika Anda membaca maka akan mengenal dunia. Jika Anda menulis maka akan dikenal oleh dunia”. [HW]