Maqashid al-'Ibadad: Menuju Kesempurnaan Memaham Agama

Mencermati keseluruhan dari isi buku ini seperti mengantarkan kita pada sebuah pemahaman terhadap agama Islam. Buku ini berupaya menyingkapkan tabir-tabir rahasia tentang esensi ibadah. Selama ini kita terlalu abai sehingga mengabaikan hal itu. Pada gilirannya, ibadah yang memiliki nilai-nilai luhur dan memiliki kedalaman makna tersebut, akibat keteledoran kita, menjadi terlupakan untuk dikaji.

Setiap hamba sejatinya tercipta agar menjadi hamba yang bermartabat, memiliki nilai-nilai luhur dan kesalehan, di samping kasalehan spiritual dan intelektual, juga diharapkan memiliki kesalehan sosial dan emosianal. Keimanan yang baik tatkala seseorang mampu mengembangkan antara kesalehan sosial, emosional, intelektual dan spiritual mampu berjalan maksimal. Sehingga dari keimanan tersebut mampu memberikan rasa aman baik bagi dirinya sendiri dan juga bagi sesamanya.

Nabi Saw, diriwayatkan Imam Abu Dawud, menjelaskan bahwa orang yang berkhianat dan curang itu akan kehilangan agama. Imam Muslim juga meriwayatkan hadits yang menjelaskan bahwa sifat pengkhianat itu merusak iman. Sebab itu dapat dipastikan, bahwa tidaklah beriman seseorang yang tidak mampu memberikan rasa aman kepada orang lain. Keamanan memang bukan segalanya. Tapi, kehilangan rasa aman, orang akan kehilangan segalanya.

Di dalam melabuhkan syari’at Islam–dalam hal ini adalah beribadah kepada Allah–, maka tidaklah cukup seandainya tidak diimbangi dengan pemahaman aspek batiniah (etika-moral). Keduanya (syariat dan akhlak) harus berjalan maksimal. Memahami agama setengah-setengah akan memiliki pemahaman kurang maksimal pula. Pada gilirannya satu sama lain saling menyalahkan.

Di sinilah pentingnya meresapi pesan-pesan Allah yang sarat dengan tata nilai untuk mengatur kehidupan bangsa. Beribadah tidak lagi difahami sekadar sebagai serangkaian kegiatan rutinitas semata, melainkan bagaimana dalam beribadah tersebut dapat menuntun kita dalam menumbuhkan sebuah kemuliaan jiwa, ketentraman batin, kesuksesan hidup, dan kebahagiaan manusia sebagai hamba Allah (hal. 24).

Baca Juga:  Al-Būtī: Dosa Batin Lebih Berbahaya

Ada tiga poin penting yang dihidangkan di dalam buku menarik ini. Pertama, seputar intisari shalat. Kedua, seputar rahasia puasa. Yang terakhir, haji. Ketiga poin ini pada dasarnya dibahas dalam sebuah risalah oleh salah satu ulama kenamaan, yakni Syekh ‘Izzuddin bin Abdus Salam (557-660 H). Buku yang dihimpun kemudian ke dalam buku ini antara lain, Maqashid al-‘Ibadat: ash-Shalat – ash-Shiyam – al-Hajj.

Syekh ‘Izzuddin bin Abdus Salam terkenal memiliki pemahaman mendalam dalam agama. Karya-karya menjernihkan. Tidak heran bila Sultan Malik al-Asyraf amat mengagumi risalah ini. Meski sederhana, tetapi di dalamnya menguraikan esensi (maqashid) ibadah yang luarbiasa, yang sedikit dibahas oleh ulama lain. Karena saking pentingnya kehadiran kitab sejenis ini, kemudian beliau berhasil merangkumnya ke dalam sebuah risalah, yang saat ini sudah diterjemahkan oleh penerbit Qaf Kreativa.

Substansi beribadah menjadi semakin bermakna tatkala kehadirannya mampu dicerna. Kalau kehadiran ibadah kita hanya mampu difahami sebagai serangkaian kegiatan rutinitas, betapa banyak orang yang beribadah tetapi mereka tidak mampu mencerna hakikat ibadah yang substansial tersebut.

Shalat, misalnya, adalah pilar dalam agama Islam. Bila pilarnya kuat, niscaya berpotensi pada penguatan nilai-nilai yang lainnya. Orang yang shalat yang baik dan benar, maka hatinya bersih dan tenang, batinnya tentram, bahagia dan membahagiakan orang lain. Kenapa bisa demikian? Sebab, dalam shalat terdapat hak-hak yang harus terpenuhiterpenuhi.

Hak kepada Allah, kedua hak orang yang shalat. Hak Allah dalam surat al-fatihah misalnya berada pada separuh pertama surat, sementara hak Mushalli terletak pada separuh surat kedua, karena berisi permohonan pertolongan Allah dan merunduk kepada-Nya (hal. 29). Semua umat Islam memohon pertolongan kepada Allah, misalkan jaminan sosial seperti keamanan, lalu kenapa kita merusak keamanan di antara sesama manusia dengan membuat kerusakan di muka bumi?

Baca Juga:  Perselingkuhan Nalar dan Iman dalam Negara (2)

Demikian juga dengan puasa dan haji, bukan hanya sekadar dipahami sebagai ibadah rutinitas semata, melainkan bagaimana keseluruhan ibadah ini bisa menjadi inspirasi semakin dekatnya kita kepada Allah. Tentunya dengan pemahaman agama yang sempurna. Dengan demikian, buku yang diterbitkan oleh penerbit Qaf Kreativa Jakarta ini bukan hanya menarik, tapi juga sangat penting untuk dimiliki. Supaya kita semakin dekat dengan Allah melalui pemahaman agama yang sempurna. []

Peresensi: Ashimuddin Musa
Judul: Maqashid al-‘Ibadah
Penulis: Imam Izzuddin bin Abdus Salam
Penerbit: QAF JAKARTA
Tebal: 192
ISBN: 978-602-5547-24-9

Ashimuddin Musa
Santri PP. Annuqayah dan Pengurus PAC. GP Ansor Pragaan

    Rekomendasi

    neoplatonisme-5
    Opini

    Neoplatonisme (5)

    Para Cendekiawan muslim ketika itu berusaha memasukkan filsafat Yunani sebagai bagian dari metodologi ...

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka