JOMBANG - Santri NU tidak hanya berpretasi di dalam negeri. Tapi juga di luar negeri. Bahkan di samping menjadi mahasiswa S-2 Universitas Al-Azhar Kairo, dia juga mendirikan lembaga pendidikan dan mengajar di berbagai tempat.
ltu yang dilakukan Nur Chaqiqi. Aslinya Dusun Dempok Desa Grogol Diwek. Dia bungsu empat bersaudara pasangan Hariyono dan Siti Qibtiyah.
Dia alumni Aliyah Pesantren Seblak tahun 2018. Saat itu dia sebenarnya sudah diterima di UIN Sunan Ampel Surabaya. Program studi yang diambil hukum keluarga lslam.
Tapi niatnya yang kuat menjadikannya lolos seleksi di Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir. "S-1 ambil jurusan Syariah Islamiyah," ujarnya saat mengunjungi almamater Aliyah Seblak.
Dia didapuk sebagai narasumber motivasi bagi para murid Tsanawiyah dan Aliyah Pesantren Seblak, Sabtu (12/4). Ia mengaku menunda jadwal balik ke Mesir untuk kegiatan ini.
Dia bersyukur bisa mengenyam pendidikan di dunia pesantren. "Meski dulunya saya beranggapan santri di pondok itu anak-anak nakal, ternyata tidak," imbuhnya.

Sejak 2023, dia melanjutkan ke jenjang magister. "Ambil S-2 jurusan fikih Syafi'i," jelasnya.
Bersama beberapa teman, dia di Kairo mengelola Markaz Tahfidz Maqura. "Itu singkatan dari Majlis Qur'an Abu Amru," imbuhnya.
Maqura sekarang sudah memiliki empat cabang. Ketiga cabangnya khusus santri putri.
Satu cabang lagi berada di belakang masjid Al-Azhar Kairo. "Itu khusus santri putra yang ingin mendalami ilmu al-Qur'an, sebagaimana pusatnya," ujarnya.
Dirinya juga diamanahi salah satu syaikh Mesir untuk mengajar anak-anak kecil di sana. "Tentunya tetap terkait dengan baca tulis al-Qur'an," imbuhnya.
Pria kelahiran 11 November 1999 ini mengaku tidak banyak kendala selama kuliah di sana. "Biaya di sana lebih murah dari di lndonesia sini," jelasnya.
Terlebih dia tinggal satu rumah dengan tujuh temannya sesama mahasiswa S-2. "Ada yang kakak kelas, jadi mudah untuk dimintai bimbingan," ucapnya.
Dia mengaku salah satu tetangganya yang memotivasi lanjut kuliah ke Mesir. "Namanya Pak Ainur Rofiq, guru di Tebuireng, sudah seperti orang tua sendiri," ucapnya dengan bangga.
Dorongan itu terus digenjot saat Chaqiqi kelas akhir aliyah. "Karena memang seleksinya tidak mudah masuk ke Universitas Al-Azhar," imbuhnya.

Dorongan itu membuahkan hasil. Dia sebenarnya sudah direkomendasikan masuk ke Universitas Madinah di Arab Saudi.
"Yang merekomendasikan KH Luthfi Sahal, guru bahasa Arab di Aliyah Seblak yang memang alumni sana," kisahnya.
Namun rekomendasi itu tidak digunakan karena dia memilih fokus masuk ke Universitas Al-Azhar. Sesuai arahan dari Ainur Rofiq.
Ditanya cita-cita, Chaqiqi bermimpi menjadi seorang pendidik. "Meski di Mesir sudah mulai mengamalkan ilmu," tambahnya.
Dia mengaku terobsesi dengan nama besar pendiri NU KH M Hasyim Asy'ari. Namanya besar dan menjadi pahlawan nasional, diakui karena fokus di dunia pesantren.
Ditemui di lokasi acara, Kepala Madrasah Aliyah Pesantren Seblak Budi Santoso mengaku bangga dengan prestasi salah satu alumninya itu. "Bisa dicontoh adik-adik kelasnya," katanya.
Dia mempersilakan Chaqiqi meniti karir sebagai pendidik di lndonesia. "Karena di sini lebih membutuhkan perannya di dunia pendidikan," pungkasnya.
Nur Chaqiqi mengenyam pendidikan di MI Nurul lman Dempok. Melanjutkan ke SMPN 1 Diwek. Saat Aliyah Seblak, dia nyantri di Pesantren Al-Ma'arij Kwaron.
Dia salah satu potret santri dengan segudang prestasi. Meski dari keluarga berlatar ekonomi menengah. Namun semangat tinggi mampu mewujudkan mimpi. (muk)