Manuskrip Nazhoman “Partai NU” Berbahasa Sunda Pegon dari Keresek (Garut)

Berikut ini adalah nazhoman (puisi berbait dan berima) berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) yang berisi kampanye dan ajakan kepada masyarakat Muslim Sunda agar memilih Partai Nahdlatul Ulama (NU).

Menariknya, teks nazhoman “Partai NU” ini terhimpun bersama teks-teks lain dalam satu buah naskah (manuskrip) yang memuat himpunan beberapa kajian dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan Islam, seperti ilmu tauhid (teologi), sejarah hidup Nabi Muhammad, serta hukum Islam (fikih) dasar.

Teks nazhoman “Partai NU” sendiri berada “nyempil” sebanyak empat buah halaman, yaitu pada halaman 18 sampai 21 pada manuskrip, dengan jumlah keseluruhan 20 (dua puluh) bait nazhom. Sayangnya, tidak terdapat keterangan yang utuh mengenai siapa pengarang nazhoman ini. Titimangsa penulisan manuskrip nazhoman Partai NU ini diperkirakan pada rentang waktu antara tahun 1955-1970-an. Manuskrip ini sendiri ditemukan keberadaannya sebagai milik salah seorang ajengan di Keresek, Garut.

Manuskrip nazhoman “Partai NU” berbahasa Sunda Pegon ini telah dikaji oleh Hartono sebagai bahan penelitian tesisnya pada Program Pascasarjana pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran Bandung tahun 2014, dengan judul “Naskah Nadoman Kampanye Partai NU: Edisi Teks, Terjemahan dan Kajian Fungsi Teks”.

* * * * *
Tertulis pada pembukaan nazhoman:

بسم الله جدي ووتن # ڽبت جنڠن فڠيران
ݢوستي الله صفة رحمن # نو كݢوڠن كامليئن
ڽكتو دئي ت لفت # مݢي تتف سلام رحمة
كاكڠجڠ نبي محمد # فانوتن سديا ؤمة

(Bismillah jadi wiwitan # Nyebat jenengan pangeran
Gusti Allah sipat Rahman # Nu kagungan kamulyaan
Nya kitu deui teu lepat # Mugi tetep salam rahmat
Ka kangjeng Nabi Muhammad # Panutan sadaya umat)

Artinya:
(Bismillah menjadi permulaan # Menyebut nama Sang Tuhan
Gusti Allah yang memiliki sifat Rahman # Yang memiliki kemuliaan
Begitu juga tidak salah (lepat) # Semoga tetap salam dan rahmat
Untuk kangjeng Nabi Muhammad # Yang menjadi panutan semua umat)

Baca Juga:  Khotbah KH. Hasyim Asy’ari Berbahasa Sunda Pegon dalam Majalah “al-Sya’lah” di Zaman Jepang

Setelah itu, penulis nazhom melanjutkan:

وبعد إي نظمن # ايموتكنن فرا إخوان
كولا ورݢا نهضينا # جڠ سكابيه مسلمين
ڽوندوك وقت مڠسا دتڠ # فلهن أموم منجلڠ
فكن مله وكل ؤراڠ # ڽئن دسر ؤنداڠ٢

(Wa ba’du ieu nadoman # Emutkeuneun para ikhwan
Kulawarga Nahdliyina # jeung sakabeh muslimina
Cunduk waktu mangsa datang # Pilihan umum menjelang
Pikeun milih wakil urang # Nyieun dasar undang-undang)

Artinya:
(Wa ba’du, ini adalah sebuah nazhoman # Untuk menjadi pengingat handai taulan
Keluarga besar Nahdliyyin # Juga seluruh umat Muslimin
Dalam waktu yang akan datang # Pemilihan umum menjelang
Untuk memilih wakil kita # Membuat dasar undang-undang negara)

Selanjutnya, sang pengarang nazhaman menjelaskan tentang tentang seluk beluk Partai NU dan juga lambang partainya. Tertulis di sana:

أينؤ تيه إسلام دسرنا # علماء أنو ممفينا
كتو دئي فرا استري نا # مسلمات اينؤ نمينا
أري سمبول فرتي ؤراڠ # بول دنيا تا مڠمڠ
أنو دي بڠكت كو تمبڠ # سي سنا سلافن بينتڠ

(NU teh Islam dasarna # Ulama anu mingpinna
Kitu deui para istrina # Muslimat NU namina
Ari simbul parte urang # Bola dunia teu mangmang
Anu dibeungkeut ku tambang # Sisina salapan bentang)

Artinya:
(NU adalah partai yang berspiritkan Islam # Yang dipimpin oleh para ulama
Demikian juga para perempuannya # Yang terwadahi dalam Muslimat NU
Adapun simbol partai kita # Adalah bola dunia yang nyata
Yang diikat oleh tali tambang # Di sisinya ada bintang sembilan)

سڠكس كتو فنمبه نا # حرف عراب أكسرانا
نهضة العلماء تيئا # ته ايت كيتو سمبولنا
دولور دولور كدي للي # أفلكن مسيڠ ݢومتي
سمبول اينؤ أنو فستي # نو ݢس دي ترڠكن تدي

(Sanggeus kitu panambahna # Hurup Arab aksarana
Nahdlatul Ulama tea # Tah eta kitu simbulna
Dulur-dulur kade lali # Apalkeun masing gumati
Simbul NU anu pasti # Nu geus diterangkeun tadi)

Artinya:
(Setelah itu yang menjadi penambahnya # Huruf Arab aksaranya
Yaitu “Nahdlatul Ulama” # Nah begitulah ia simbolnya
Saudara-saudara jangan lupa # Harap untuk senantiasa mengingatnya
Lambang NU yang sudah jelas # Yang telah diterangkan tadi)

Baca Juga:  Kitab “Badzl al-Nashîhah” dan Cerita Pertaubatan Tujuh Orang Wahabi Minangkabau

* * * * *
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia. NU yang diresmikan pada tahun 1926 berafiliasi dengan ideologi Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang menjadi ideologi mayoritas umat Muslim di dunia. Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki akar sejarah, pemahaman, tradisi dan sanad keilmuan yang terus berkesambungan dan berkesinambungan selama empat belas abad lamanya sejak zaman Rasulullah SAW hingga masa saat ini tanpa mengalami keterputusan.

Selain itu, NU juga memiliki karakter yang khas, yaitu moderat (tawassuth), toleran (tasâmuh), seimbang (tawâzun), lempang (i’tidâl) serta berselaras dengan spirit kebudayaan dan kebangsaan.

Pada tahun 1952, NU mendeklarasikan sebagai sebuah partai politik, dan mengikuti pemilu tahun 1955. Dalam pemilu tahun tersebut, Partai NU berhasil mendapatkan suara yang cukup besar dengan memperoleh 45 kursi di parlemen. Partai NU pun menjadi salah satu dari empat partai dengan perolehan suara terbesar di Indonesia, yaitu PNI, PKI, Masyumi dan Partai NU. Jumlah suara-kursi yang didulang oleh Partai NU pun terus besar dan signifikan dalam pemilu-pemilu tahun berikutnya.

Pada tahun 1973, atas keputusan pemerintahan Orde Baru masa Soeharto, Partai NU dan seluruh partai yang berlatar belakang Islam lainnya dilebur ke dalam satu buah wadah partai, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Orde Baru hanya mengizinkan keberadaan tiga buah partai politik saja, yaitu PPP, Golkar (Golongan Karya) dan PDI (Partai Demokrasi Indonesia).

* * * * *
Selain nazhoman “Partai NU” berbahasa Sunda Pegon yang kita diskusikan ini, terdapat juga sebuah kitab lain yang ditulis dalam tema yang sama, yaitu kitab “Sya’ir Mustika Jagat” yang ditulis oleh KH. Dhoimuri dari Blora (Jawa Tengah) dalam bahasa Jawa Pegon. Selain itu, terdapat juga karya berjudul “Partai NU dan Aqidahnja” yang ditulis oleh KH. Amak Fadhali, KH. Idham Chalid dkk. pada tahun 1969 dalam bahasa Indonesia aksara Latin. Pada masa itu, KH. Idham Chalid menjabat sebagai Ketua Umum PBNU.

Baca Juga:  Manuskrip Milik Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang Tersimpan di Kampung Syaikh Abdul Karim Banten (Lempuyang) Bertahun 1238 H/1823 M

Seorang ulama Tatar Sunda yang lain, yaitu KH. Abdul Halim Kedung (Leuwimunding, Majalengka), juga menulis sebuah kitab berbahasa Melayu-Indonesia aksara Arab berisi sejarah besar NU dari mulai awal berdirinya hingga tahun 1970. Kitab tersebut berjudul “Sejarah Perjuangan Kiyahi Abdul Wahhab [Chasbullah]). []

Ahmad Ginanjar Sya'ban
Alumnus Mahasiswa Al Azhar, Dosen UNUSIA Jakarta, dan Peneliti Ulama Islam Nusantara.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Pustaka