Khotbah KH. Hasyim Asy’ari Berbahasa Sunda Pegon

Berikut ini adalah penggalan khotbah Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam versi terjemahan bahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon) yang termuat dalam majalah “al-Sya’lah” edisi 1 Rajab 1363 Hijriah (bertepatan dengan 1 Juli tahun Jepang 2604 atau tahun Masehi 1944), nomor 5 tahun 1.

Majalah “al-Sya’lah” adalah majalah berbahasa Sunda Pegon yang terbit pada zaman pendudukan Jepang yang penerbitannya dikeluarkan oleh “Gunseikanbu Shumubu” (Departemen Agama Pemerintahan Balatentara Jepang). Di halaman terakhir majalah, terdapat keterangan pencetaknya adalah Gun-Kanetsu-Han yang beralamat di Pemandangan, Jakarta.

Khotbah KH. Hasyim Asy’ari dalam bahasa Sunda Pegon ini termuat secara lengkap dalam 3 lembar halaman (hal. 16-18). Tertulis dalam pembukaan khotbah:

بيانتارانا سسفوه اݢوڠ مشيومي
كيائي الحج هاشم أشعري دينا فاتمؤن علما دي ساكولياه/ جاوا تڠاه تڠݢل 25 جوني 2604 دي سؤلؤ

(Biantarana sesepuh agung Masyumi// Kiai Haji Hasyim Asy’ari dina patemon ulama di sakawilayah/ Jawa Tengah tanggal 25 Juni 2604 di Solo [Khotbah sesepuh besar Masyumi Kiiai Haji Hasyim Asy’ari dalam pertemuan ulama seluruh wilayah Jawa Tengah tanggal 25 Juni 22604 di Solo])

Setelah membuka dengan basmalah, hamdalah dan salawat dalam bahasa Arab, Hadratus Syaikh kemudian mengatakan dalam bahasa Sunda:

كلايان أسمانا الله انو ميكا اسيه سرتا ميكاڽاءه. سݢال فوجي ايت كاݢوڠان الله ݢوستي نو موربيڠ عالم. رحمة جڠ كابݢجاءن كاجوڠ جوڠان اورڠ نبي اݢوڠ محمد صلى الله عليه وسلم جڠ كاساكابيه كولاورݢانا سرتا كا فارا صحابة نا

(Kalayan asmana Allah anu mikaasih sarta mikanyaah. Sagala puji eta kagungan Allah Gusti nu murbeng alam. Rahmat jeung kabagjaan ka jungjungan urang Nabi agung Muhammad SAW jeung sakabeh kulawargana sarta ka para sahabatna [Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji milik Allah yang menguasai alam raya. Rahmat dan kebahagiaan tercurah untuk junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW beserta semua keluarga dan para sahabatnya])

Baca Juga:  Kemarahan dan Agama

سيم كوريڠ ڽڠݢاكن كافارا جوراݢان سادايا شوكور سرتا اوچافان ويلوجڠ سومفيڠ تينا كاساتياءن فارا جوراݢان نو فارنتوس سامي كرسا ڠابولكن أونداڠان فيكن ڠاهاضيران ايئي فاتمون

(Sim kuring nyanggakeun ka para juragan sadaya syukur sarta ucapan wilujeng sumping tina kasatiaan para juragan nu parantos sami kersa ngabulkeun ondangan pikeun ngahadiran ieu patemon [Saya menghaturkan kepada para tuan semua rasa syukur (terima kasih) dan ucapan selamat datang atas kesetiaan para tuan yang sudah berkenan memenuhi undangan guna menghadiri pertemuan ini])

Saya menjumpai majalah “al-Sya’lah” edisi nomor 5 tahun 1 di rumah Ajengan Ahmad Muhibbuddin Mu’thi Abdul Mu’ty, keluarga pengasuh pesantren Nurul Fata, Cikondang, Sukabumi.

* * * * *
Teks khotbah berbahasa Sunda di atas sejatinya adalah terjemahan dari teks asli yang ditulis dalam bahasa Arab dan disampaikan dalam rapat pertemuan para ulama Jawa Tengah yang diadakan di kota Solo pada 25 Juni 1944. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari menyampaikan khutbah tersebut dalam kapasitasnya sebagai pucuk pimpinan tertinggi umat Muslim Indonesia.

Teks asli berbahasa Arab khotbah di atas dimuat dalam majalah “Soeara Moeslimin Indonesia” edisi Rajab 1363 Hijri (Juli tahun Jepang 2604 atau 1944 tahun Masehi). “Soeara Moeslimin Indonesia” adalah majalah berbahasa Melayu-Indonesia beraksara Latin (di dalamnya terdapat sisipan bahasa Jepang dan bahasa Arab) yang diterbitkan oleh “Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia” (Masjoemi).

Dalam majalah “Soeara Moeslimin Indonesia”, pidato asli berbahasa Arab Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari tersebut termuat secara lengkap dalam dua halaman (hal 2-3). Tertulis penggalan tiga paragraf pertama pidato tersebut:

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين.

Baca Juga:  Kitab “Campaka Mulia” (Batavia: 1897) dan Awal Mula Sejarah Percetakan Kitab-Kitab Sunda Pegon

أيها الاخوان العلماء الكرام
أرفع الى حضراتكم جميل الشكر وأطيب التهاني على تلبيتكم الدعوة لحضور هذا الاجتماع. وما دفعكم الى الحضور هنا الا الرغبة الأكيدة للعمل المجدي مع الحكومة العسكرية والارادة القوية لرفع شأن الإسلام والاهتمام بأمر المسلمين كما أمرنا بذلك رسولنا الأعظم محمد صلى الله عليه وسلم (صلعم).

اليوم يجتمع هنا (بمدينة صالو) علماء جاوا الوسطى كما اجتمع من قبل علماء جاوا الشرقية بمدينة سورابيا. ونسأل الله تعالى أن يجعل اجتماعنا هذا اجتماعا مباركا يكون لنا منه خير الدنيا وثواب الآخرة. آمين.

* * * * *
Selain khotbah berbahasa Sunda di atas, saya juga menjumpai tulisan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari lainnya yang berbahasa Sunda (sebagai terjemahan dari teks aslinya yang berbahasa Melayu). Tulisan tersebut termuat dalam majalah “al-Mawaidz (Pangrojong Nahdlatoel Oelama Tasikmalaja)” edisi nomor 4 tahun 1933. “al-Mawaidz” adalah sebuah majalah berbahasa Sunda yang diterbitkan oleh Bestuur (Cabang) Nahdlatul Ulama Tasikmalaya sepanjang tahun 1933 hingga 1935.

Adalah Kang Ajengan Iip D. Yahya Iip Dzulkipli Yahya, penulis dan sejarawan Jawa Barat, yang telah berbaik hati mengirimi saya tulisan KH. Hasyim Asy’ari berbahasa Sunda dalam majalah “al-Mawaidz” tersebut.

Tulisan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana dimaksud di atas berisi surat tanggapan beliau seputar hukum membangun rumah fakir miskin dari harta zakat. Kasus “rumah miskin” ini sempat mencuat sebagai polemik di Tasikmalaya pada saat itu antara sesama ulama tradisionalis. Surat tersebut ditulis di Tebuireng, bertanggal 18 Agustus 1933 Masehi.

Tertulis dalam pengantar surat tulisan KH. Hasyim Asy’ari yang dimaksud:

Dina al-Mawaidz noe ti pajoen parantos didjawab patarosan tina hal Roemah Miskin noe bade ngadeg di oerang Tasik, noemoetkeun pamendak, kenging inchtiar di Tasik bae.

Barang nampi eta patarosan, redaksi henteu mertjantenkeun ka Oelama Nahdloh di Tasikmalaja bae, namoeng enggal njoehoenkeun timbanganana oelama-oelama noe ternama, parantos kasjohor di kalangan Islam Indonesia, sapertos: Kiai Hasjim bin Asj’ari, Rois Hoofsbestuur Nahdlatoel Oelama, adjengan di Teboe Ireng, Djombang; Kiai H. Ahmad Sanoesi Tanah Tinggi Batawi, biasa disebat Adjengan Tjantajan; Kiai Natadilaga Dawoean, Mantri Goeroe pangsioen.

Ieu di handap disanggakeun, satjeplasna timbanganana Adjengan Hasjim Asj’ari, noe geus kapertjanten djadi panoengtoen koe poeloeh-poeloeh reboe kaom Moeslimin henteu ratoes reboe oge

Baca Juga:  Hadratussyeikh Kyai Hasyim Asy’ari: Pentingnya Bermadzhab

(Dalam al-Mawaidz edisi yang lalu, telah dijawab pertanyaan perihal Rumah Miskin yang akan dibangun di Tasik. […?…]

Ketika menerima pertanyaan tersebut, redaksi tidak hanya mempercayakan jawabannya kepada para ulama NU di Tasikmalaya saja, tetapi juga segera meminta pertimbangan dari ulama-ulama yang ternama, yang sudah masyhur di kalangan Islam Indonesia, seperti Kiai Hasyim Asy’ari Rois Hoofbestuur NU, seorang ajengan di Tebu Ireng [Jombang], juga kepada KH. Ahmad Sanusi Tanah Tinggi Batavia, yang biasa disebut Ajengan Canyatan [Sukabumi], juga kepada Kiai Natadilaga di Dawuan [Cikampek, Karawang], seorang mantra guru pension

Di bawah ini dikemukakan sejelas-jelasnya pandangan Ajengan Hasyim Asy’ari, yang sudah terpercaya menjadi panutan oleh puluhan ribu kaum Muslim, jika tidak oleh ratusan ribu). Wallahu A’lam. [HW]

Ahmad Ginanjar Sya'ban
Alumnus Mahasiswa Al Azhar, Dosen UNUSIA Jakarta, dan Peneliti Ulama Islam Nusantara.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Khotbah