Press ESC to close

Malam Takbir: Antara Euforia dan Makna Hakiki

Malam takbir selalu membawa suasana yang berbeda. Gema takbir yang berkumandang dari masjid-masjid, suara bedug yang dipukul bertalu-talu, serta kebahagiaan yang terpancar di wajah setiap orang menjadi pemandangan khas yang selalu dinantikan. Malam ini menjadi simbol kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Namun, di balik perayaan ini, ada makna mendalam yang sering kali terlupakan.

Takbir yang kita kumandangkan bukan sekadar lantunan lisan, melainkan sebuah pernyataan kebesaran Allah dan pengakuan bahwa segala sesuatu kembali kepada-Nya. Di malam takbir, kita diajak untuk merenungkan perjalanan ibadah yang telah kita lalui. Apakah puasa kita telah membentuk pribadi yang lebih baik? Apakah ibadah kita benar-benar mendekatkan diri kepada Allah?

Sayangnya, euforia malam takbir terkadang melenceng dari esensinya. Tidak sedikit yang memanfaatkan momen untuk kegiatan negative sehingga sampai melupakan makna sesungguhnya. Malam takbir bukanlah ajang hura-hura, melainkan momen perenungan dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه)  

 “Siapa saja yang banun malam pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati,” (HR. As-Syafi’i dan Ibn Majah). 

Hadis ini menunjukkan keutamaan menghidupkan malam hari raya dengan ibadah, dzikir, dan doa, sehingga hati kita tetap hidup dan terjaga dari kelalaian. Malam takbiran juga dikenal sebagai Lailatul Jaiza , yang berarti malam pembagian hadiah. Pada malam ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan agar memperoleh berkah dan kemuliaan dari Allah Swt. 

Maka dari itu, mari kita jadikan malam takbir sebagai momen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Bertakbir dengan penuh kesadaran, bukan sekadar mengikuti kebiasaan. Menghidupkan malam ini dengan ibadah, bukan dengan kegiatan yang sia-sia. Karena hakikat kemenangan sejati bukanlah pada perayaan yang meriah, tetapi pada hati yang semakin tunduk dan bersyukur kepada-Nya.

Semoga setiap takbir yang kita lantunkan benar-benar menggema di dalam hati dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik, bukan hanya di malam takbir, tetapi juga di hari-hari setelahnya, dan semoga kitab isa bertemu Ramadan ditahun depan Kembali.

Khoirul Adib

CEO Santri Academy dan Ansor University

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

@PesantrenID on Instagram