Tulisan ini menceritakan tentang kecerdasan Nabi Sulaiman as. Abu Hurairah sahabat nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis ± 5.374 buah, ia bercerita, bahwa Rasulullah sering menggelar majelis ilmu bersama para sahabat, selain membincang perkara agama (sunnah, wajib, batal, haram), nabi juga bercerita tentang para kekasih Allah terdahulu.
Abu Hurairah bertutur yang terekan dalam beberapa riwayat hadis sahih bahwa Rasulullah seringkali bercerita tentang kisah para nabi untuk dijadikan sebagai pelajaran. Rasullah mendapatkan kisah nabi terdahulu dari perantara Malaikat Jibril.
Suatu ketika Rasulullah pernah menceritakan tentang kisah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang menjadi hakim dua Ibu/kakak adik yang berebut bayi.
Allah Swt. berfirman:
ففهمناها سليمان وكلا اتينا حكما وعلما وسخرنا مع داوود الجبال يسبحن والطير وكنا فاعلين
fahhamnaha sulaiman, wa kullan ataina hukmaw wa ‘ilmaw wa sakhkharna ma’a dawudal-jibala yusabbiḥna wat-tair, wa kunna fa’ilin
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). Dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan kamilah yang melakukannya. (Qs al-Anbiya: 79).
Nabi Sulaiman as. merupakan putra Nabi Daud as. yang keturunan Nabi Ibrahim as. ke-13, jika Nabi Ibrahim yang membangun Masjidil Haram (Ka’bah), maka Nabi Sulaiman yang membangun Masjid al-Aqsa (Palestina), dan Nabi Muhammad saw. membangun Masjid Nabawi.
Satu kisah pada jaman Nabi Daud terdapat dua orang wanita kakak beradik yang masing-masing dari mereka mempunyai seorang bayi. Bayi tersebut sangat mirip karena masih ada ikatan saudara.
Baca juga:Khirqah Asy Syarifah Warisan Nabi untuk Uais Al-Qorni
Singkat cerita, kedua Ibu itu pergi ke sebuah padang rumput untuk mengurus ladang mereka. Saat mengurus ladang, mereka meletakkan bayi di atas batu besar. Namun tiba-tiba seekor serigala datang dan menerkam salah satu anak mereka dan dibawa pergi untuk dimangsa. Betapa tekejutnya mereka ketika menyadari bahwa salah satu bayinya telah dibawa serigala.
Maka, seorang ibu yang lebih tua pun berkata kepada Ibu yg lebih muda “Sesungguhnya serigala tadi telah membawa anakmu, ini adalah anakku”.
“Tidak, ia justru membawa anakmu, ini adalah anakku”, jawab sang ibu yang berusia lebih muda. Ia sungguh yakin bahwa bayi itu adalah anaknya, dia mengenal betul ciri-ciri anaknya.
Namun sang Ibu yang lebih tua terus saja menyangkal dan mengatakan bahwa itu adalah anaknya. Keduanya terus berselisih dan saling berebut bayi yang selamat dari terkaman serigala. Akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke Nabi Daud dan meminta keputusan darinya.
Maka keduanya mendatangi Nabi Daud sambil membawa bayi yang diperebutkan. Mereka pun menceritakan kejadian tersebut kepadanya. Rupanya sang Ibu yang lebih tua mampu menyampaikan argumen dengan sangat baik, Nabi Daud akhirnya memutuskan bahwa bayi itu adalah bayi milik Ibu yang lebih tua.
Betapa bahagianya sang ibu yang lebih tua mendengar keputusan itu, namun Ibu muda masih saja bersikeras bahwa itu adalah anaknya. Sementara Ibu muda pulang sambil menahan kesedihan dan meratapi nasib yang dialaminya.
Rupanya keadaan mereka berdua terlihat oleh Nabi Sulaiman as. Dalam berbagai riwayat ketika itu usia Nabi Sulaiman masih qila (awal baligh ± 13 tahun).
Baca juga: Siti Aisyah, Perawi Hadis dan Mufti Perempuan yang Cerdas
Beliau kemudian bertanya kepada Nabi Daud, “Wahai ayah boleh kah aku menengahi masalah ini”. Dengan bijak Nabi Daud mempersilahkan Nabi Sulaiman memutuskan perkara tersebut. Sejurus kemudian Nabi Sulaiman memanggil dan mengintrogasi kakak beradik tersebut. Mereka kemudian bercerita tentang apa yang terjadi, termasuk apa yang telah diputuskan oleh Nabi Dawud.
Nabi Sulaiman memang dikenal seorang nabi yang memiliki pandangan tajam, diberi hikmah yang mendalam oleh Allah dan diajari bagaimana menjelaskan seruan-Nya.
Dalam hati beliau berpikir, “Yang dapat memutus perkara ini adalah perasaan yang lembut, bukan akal”. Karena itu, aku akan meminta pandangan kedua wanita itu. Siapa yang kecintaannya lebih besar terhadap si anak, maka aku akan berikan anak itu padanya.”
Kemudian, Nabi Sulaiman bertanya kepada mereka, “Masing-masing meyakini bahwa ini adalah anak kalian?” “Betul,” jawab mereka. “Dan kalian mengklaim itu adalah anak kalian?”. “Benar Tuan”. Jawab keduanya.
Di depan Nabi Sulaiman keduanya mengaku sebagai Ibu tersebut dan tidak ada yg mau mengalah. Maka Nabi Sulaiman berkata kepada pelayannya.
“Berikanlah aku sebuah pisau, akan kubelah anak ini menjadi dua agar masing-masing keduanya mendapatkan anak ini”.
Ibu yang lebih tua hanya terdiam mendengar keputusan Nabi Sulaiman. Saat pisau hendak diayunkan ke bayi tersebut, sang Ibu yang lebih muda kemudian menangis sambil memohon kepada Nabi Sulaiman. “Tolong jangan lakukan itu tuanku, Semoga Allah merahmatimu. Itu adalah anaknya (sambil menunjuk ibu yg lebih tua), itu adalah anaknya. Biarkan anak itu menjadi miliknya. Biarkan ibu itu yg mengurus anak ini”, ucap sang Ibu muda sambil menangis.
Karena kasih sayang yang begitu besar kepada bayi di hadapannya, sang Ibu muda ini tak sanggup melihat bayi tersebut mati dibelah dua. Meskipun ia sendiri yakin pemilik bayi itu, biarlah dia mengalah agar anak di hadapannya dapat tetap hidup.
Mendengar ucapan ibu yang lebih muda, Nabi Sulaiman akhirnya mengetahui bahwa bayi di hadapannya adalah milik sang Ibu muda. Karena seorang Ibu sejati tentu saja tak ingin anaknya terluka hanya karena hawa nafsu belaka. Nabi Sulaiman pun akhirnya memberikan bayi tersebut kepada ibu yg lebih muda.
Begitulah Allah telah memberikan keutamaan pada Nabi Sulaiman. Allah memberikan pemahaman kepada Nabi Sulaiman yang tidak diberikan kepada Nabi Daud. Namun bukan berarti Nabi Sulaiman lebih utama dan mulia dibanding Nabi Daud. Karena setiap nabi telah Allah berikan keutamaannya masing-masing.
لقدْ كان في قصصهم عبْرة لأُولي الْأَلْباب ما كان حدِيثًا يفترى
“Sesungguhnya pada kisah² mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yg mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yg dibuat-buat..”
(Qs Yusuf : 111)
Kisah ini ada di dalam hadis riwayat Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ahmad. [MFN]