Haul bertujuan untuk mengenang jasa orang yang sudah tiada dan sebagai pengingat kematian, sebagaimana nasehat ulama: “Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzho”, yang artinya “Cukuplah Kematian Sebagai Pemberi Nasehat”. Banyak kita saksikan orang yang hidup lupa akan kematian, bak hidup 1000 tahun lamanya.

Memperingati Haul atau wafatnya seorang ulama memiliki tujuan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa yang telah diberikan oleh ulama tersebut dalam menyebarkan ilmu dan agama Islam. Selain itu, peringatan Haul juga dapat menjadi ajang untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari kehidupan dan karya-karya ulama yang telah meninggal.

Dengan mengenang dan mempelajari karya-karya mereka, umat Islam dapat lebih memahami ajaran Islam dan memperdalam pemahaman mereka terhadap agama.

Lebih dari itu, haul sejatinya bertujuan pula sebagai pengingat kematian bagi para hadirin yang datang ke acara tersebut. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada kehidupan yang abadi, dunia hanya sementara, hanya Allah SWT yang Maha Kekal.

Pada tanggal 11 September 2024, diselenggarakan Acara Majelis Dzikir Wamaulidurrosul dalam rangka Haul Simbah KH. Maksum Abdurrahman ke-6 di Kedunggudel Ngawi,suatu acara besar yang mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan keimanan komunitas.

Acara Haul ke-6 ini dihadiri oleh ribuan jamaah khususnya santri dari berbagai pondok pesantren, jamaah Al Khidmah Kabupaten Ngawi beserta Masyarakat umum di Kabupaten Ngawi. Alhamdulillah, acara Haul Ke-6 ini bisa dikatakan sangat meriah, penuh Khidmah dan berkah.

Acara ini dihadiri oleh para Kyai/Tokoh agama dan para santri dari berbagai Pondok Pesantren beserta para pengasuh Ponpes diantaranya Gus Noval Al Haydar dan Ning Hj. Lum’atul Khoirot Putra serta Putri dari Pengasuh Pondok Pesantren Syarifatul’Ulum Katerban Kiai Muhammad Anis Al Yatim, Kiai dan Ibu Nyai Anwar sebagai Pengasuh Ponpes Futuhiyyah Ngrambe Ngawi, Kiai M Suroso Abdul Manan Pengasuh Pondok Pesantren Sabilithohirin di Dusun Joso Desa Turi, Magetan, serta dari Ponpes Ma’hadul Muta’allimin. Disamping Itu Juga dari Unsur pemerintah dihadiri oleh Bapak Bupati Ngawi, H. Ony Anwar Harsono, S.T., M.H, Camat hingga Kepala Desa dan perangkatnya sebagai tamu kehormatan.

Baca Juga:  Haul Syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Umar bin Hafidz Berikan Pesan

Kehadiran Bupati dan perangkatnya menunjukkan perhatian pemerintah terhadap pengembangan kehidupan beragama dan sosial masyarakat.
Kesuksesan Acara ini tentu tak lepas dari dukungan seluruh elemen Masyarakat Ngawi khususnya jamaah Al Khidmah Widodaren Kabupaten Ngawi. Hal ini menunjukkan rasa kebersamaan dan semangat dalam menjaga tradisi serta nilai-nilai keagamaan khususnya di Kabupaten Ngawi.

Acara Haul ini diawali dengan Dzikir dan Sholawat Al Khidmah kemudian dilanjutkan dengan pengajian Umum yang diisi oleh Al Mukarrom KH Muhammad Maftuchin dari Blitar. Suasana khidmat terasa sepanjang acara, menambah kekhusyukan majelis dzikir sholawat dalam Haul Tersebut.
Haul merupakan momen untuk mengenang jasa dan perjuangan para masayikh khususnya Simbah KH.Maksum Abdurrahman Kedunggudel Ngawi.

Kegiatan ini diharapkan bisa mempererat tali silaturahmi dan memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara warga. Suasana khidmat dan penuh makna ini juga diwarnai dengan tausiyah yang memberikan pencerahan spiritual kepada para jamaah.

Haul Simbah KH. Maksum Abdurrahman adalah upacara mengenang jasa dan kontribusi Simbah KH. Maksum Abdurrahman, seorang tokoh agama di daerah Ngawi. Acara haul ini dimaksudkan untuk menghormati dan mendoakan arwah beliau serta mengambil teladan dari kehidupan dan perjuangannya.

Acara ini tidak hanya menjadi momen penting dalam acara keagamaan masyarakat Ngawi tetapi juga mempererat hubungan antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam rangka memperkuat nilai-nilai spiritual dan sosial di Ngawi.

Simbah KH Maksum Abdurrahman adalah seorang tokoh agama yang kahrismatik di Ngawi, Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki peran penting dalam pengembangan ajaran Islam di wilayah tersebut.

Kyai H. Maksum Abdurrahman memiliki hubungan historis yang erat dengan Kyai H. Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah. Beliau merupakan salah satu Santri langsung dari Kyai Haji Hasyim Asy’ari adalah salah satu pendiri NU yang berperan penting dalam mengembangkan ajaran Islam tradisional di Indonesia. Kyai Maksum Abdurrahman dikenal sebagai pengikut dan murid dari Kyai H. Hasyim Asy’ari, mengikuti ajaran dan metodologi yang diajarkan dalam NU.

Baca Juga:  KAMUS Yaman Kembali Peringati Haul Syekh Mustafa Husein dan Milad PP Mustafawiah yang ke 110 Tahun

KH Wahab Hasbullah adalah tokoh penting lainnya dalam sejarah NU yang dikenal dengan pemikirannya yang mendalam tentang tasawuf dan thoriqoh. Kyai Maksum Abdurrahman juga memiliki hubungan spiritual dan intelektual dengan KH Wahab Hasbullah, terutama dalam hal ajaran thoriqoh dan tasawuf yang mengajarkan pentingnya kedekatan dengan Allah dan pembersihan jiwa.

Simbah Kyai H. Maksum Abdurrahman sangat terinspirasi oleh ajaran Thoriqoh Abdul Qodir Jaelani, seorang sufi besar yang terkenal dengan ajarannya tentang tasawuf dan pembersihan jiwa. Thoriqoh Abdul Qodir Jaelani menekankan pada kedekatan dengan Allah melalui latihan spiritual dan praktik keagamaan yang mendalam. Kyai Maksum Abdurrahman dikenal sebagai pengikut dan penyebar ajaran thoriqoh Abdul Qadir Jaelani.

Thoriqoh ini merupakan salah satu jalur spiritual dalam tasawuf yang menekankan pada pengembangan jiwa dan kedekatan dengan Tuhan melalui berbagai praktik ibadah dan dzikir. Dalam konteks ini, Kyai H Maksum Abdurrahman berperan sebagai pengajar dan penerus ajaran tasawuf Abdul Qadir Jaelani di wilayahnya, mengajarkan cara-cara untuk mencapai kedekatan spiritual dengan Tuhan, dan mengintegrasikan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Simbah Kyai H. Maksum Abdurrahman mengajarkan kepada murid-muridnya tentang pentingnya Iman dan Taqwa (Mengajarkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dan memelihara iman dengan amal sholeh),Pembersihan Jiwa (Fokus pada usaha pembersihan hati dari sifat-sifat negatif dan penanaman akhlak mulia), serta Kedekatan Spiritual (Melalui dzikir, doa, dan meditasi spiritual yang merupakan inti dari ajaran tasawuf).

Kehidupan Simbah Kyai H. Maksum Abdurrahman yang sederhana dan penuh ketulusan dalam beribadah, menjadi teladan dalam mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dan keikhlasan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau dikenal karena keikhlasan dan kesederhaannya serta kecintaan akan silaturahminya.

Baca Juga:  19 April 1953, Masyarakat Berdiri Sepanjang Jalan Surabaya-Jombang Menyambut Jenazah Pak Wahid

Hal ini senada dengan Kesaksian dari Bupati Ngawi, H. Ony Anwar Harsono, S.T., M.H dimana Beliau menyampaikan bahwa Simbah Kyai Maksum adalah seorang ulama yang sederhana dan suka akan silaturahmi dalam keadaan apapun.

Nilai sosial ini menjadi salah satu ajaran penting yang diwariskan dan perlu diteladani oleh para santri maupun kita semua. Konsistensi dalam menjalankan ibadah dan praktik tasawuf yang diajarkan oleh Kyai Maksum menjadi contoh bagi pengikutnya untuk selalu berkomitmen dalam spiritualitas.

Salah satu cerita unik yang terkenal tentang Simbah Kyai H. Maksum adalah sepeda tua yang sering digunakan beliau untuk bepergian. Meskipun sepeda tua tersebut tampak sangat sederhana, namun bagi masyarakat, sepeda tua itu mencerminkan dedikasi Kyai Maksum dalam menjalankan tugasnya sebagai ulama dan pengajar tanpa memperdulikan kemewahan atau kesenangan pribadi.

Kisah sepeda tua ini sering diceritakan sebagai teladan hidup yang mengajarkan pentingnya kesederhanaan dan ketulusan dalam beribadah dan beramal. Kisah tentang sepeda tua Mbah Maksum merupakan bagian dari tradisi dan kebiasaan beliau. Sepeda tua ini bukan hanya alat transportasi, tetapi simbol sederhana dari kesederhanaan dan ketulusan hidup Kyai Maksum.

Beliau sering menggunakan sepeda tersebut untuk berkeliling, baik untuk menghadiri kegiatan keagamaan maupun untuk bersilaturahmi dengan masyarakat. Sepeda tua ini menggambarkan sikap rendah hati dan kesederhanaan yang menjadi bagian dari ajaran hidupnya.

Simbah Kyai H. Maksum Abdurrahman adalah contoh ulama yang memadukan ajaran tasawuf dan thoriqoh dengan kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang beliau ajarkan, seperti kedekatan spiritual, kesederhanaan, dan kepedulian sosial, memberikan inspirasi bagi umat untuk hidup dengan penuh keikhlasan dan dedikasi.

Hubungan historisnya dengan tokoh-tokoh NU serta kontribusinya dalam menyebarkan ajaran tasawuf menunjukkan perannya yang signifikan dalam pengembangan spiritual di wilayah Ngawi dan sekitarnya. Wallohu A’lam Bishowab . (MM)

Redaksi
Redaksi PesantrenID

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Kisah