Hari Kemerdekaan Menurut KH Maimoen Zubair

KH Maimoen Zubair, atau yang akrab disapa Mbah Moen pernah dawuh

“Indonesia itu istimewa, hari kemerdekaannya 17 Agustus/8 Ramadhan, sementara Rasulullah diangkat menjadi Nabi 17 Ramadhan/8 Agustus, kali pertama menerima wahyu.”

Tanggal 17 mengisyaratkan 17 rakaat dan 17 rukun shalat. Bulan Agustus atau bulan ke delapan mengisyaratkan dekatnya seorang hamba dengan Allah, maksudnya manakala dia sujud, ia meletakkan 7 anggota badannya, ditambah 1 hati yang tawajjuh ke hadirat Allah. Inilah posisi terbaik seorang hamba kepada Tuhannya. Hati ini bilamana baik, maka baik pula seluruh amalnya, bila buruk buruk pula semuanya.

Angka 8 menjelaskan sebagai tolaknya neraka dan sebabnya masuk surga. Mbah Maimoen menjelaskan tentang 7 penolak neraka yang ada dalam anggota sujud meliputi: jidat, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki. “Tujuh ini sebagai penolak neraka, karena pintu neraka ada tujuh,” ujarnya.

“Ditambah satu lagi, jika kita ingin masuk surga harus ingat sama Allah. Jadi jumlahnya genap delapan, karena delapan ini merupakan jumlah pintu surga.”

Tahun 45 itu bagaikan 5 jari, yang mana 4 menjadi pilar, dan akan sempurna dengan adanya 5.

Makan bisa saja menggunakan jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking, namun akan sulit jika tidak ada jempolnya.

Angka 45, bahwa setiap orang Islam harus membaca syahadat 4 kali, dan 5 kali. Malam 4 kali, Maghrib dan Isya. Sedangkan siang hari 5 kali, Shubuh, Zhuhur, dan Ashar. “Jadi ini menunjukkan bahwa negara Islam itu tidak ada, yang ada adalah negara mayoritas Islam, yakni Indonesia.”

Ka’bah itu berdiri kokoh di atas 4 pilar. Indonesia pun mempunyai 4 pilar, yaitu PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar).

Dulunya Indonesia terkotak-kotak dengan negara-negara bagian, kini Indonesia bisa bersatu karena 4 hal: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu negara.

Baca Juga:  KH Bisri Syansuri; Inisiator Pendidikan Pesantren Putri

Indonesia akan menjadi baldatun thayyibatun bilamana memenuhi 4 hal, yaitu sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

Yang wajib diikuti itu adalah Rasulullah Saw, ditambah dengan 4 khalifahnya. ‘Alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafa-ir rasyidin.

Pilar Ka’bah ada 4, karenanya khilafah juga ada 4, yaitu: Khulafaurrasyidin (4 sahabat), Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Selebihnya tidak ada khilafah.

Indonesia itu bukan negara Islam, tapi dia disukai banyak non-muslim; begitu juga Rasulullah Saw, beliau Muslim tapi disukai kelahirannya oleh Abu Lahab. Seorang Raja dari Mesir yang non-muslim, karena suka kepada Nabi, ia menghadiahi putri Mesir yang bernama Mariatul Qibtiyah kepada beliau untuk dijadikan sebagai istri.

Rasulullah Saw itu keturunan Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim aslinya bukan orang Makkah. Nabi Ismail ibunya (Hajar) dari Mesir, namun menetap di Makkah. Maka Rasulullah mencintai Arab sebagai negaranya karena beliau orang Arab.

Maka kita orang Indonesia juga wajib mencintai negara kita. Hubbul wathon minal iman. Hal ini seakan terulang kembali, di zaman Sunan Ampel, Ubilai Khan seorang tokoh non-muslim, juga mencintai Islam. Begitu juga Holago Khan. Dan sekarang di Indonesia banyak non-muslim yang mencintai Islam.

Orang Arab itu budaya aslinya adalah jahalah (kebodohan), maskanah (kemiskinan), dan ummiyah (buta huruf), maka kehadiran Rasulullah Saw di tengah-tengah mereka adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Pesan di atas disampaikan Mbah Maimoen Zubair dalam acara malam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 di Ma’had Al-Jami’ah UIN Walisongo Semarang.

Nur Hidayatullah
Alumni PP Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai Kalsel, Penulis Buku KH Idham Khalid Dimensi Spiritual & Negarawan Agamis, Dosen Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama