Dalam konteks global saat ini, peran pendidikan pesantren sebagai agen perdamaian sangat penting. Pesantren, sebagai salah satu bentuk tertua dan paling otentik dari pendidikan Islam di Indonesia, memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai individu. Pendidikan di pesantren tidak hanya berfokus pada pengetahuan agama, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral yang tinggi. Pesantren mengajarkan tentang perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap keragaman. Ini adalah nilai-nilai yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat global saat ini, yang seringkali diwarnai oleh konflik dan ketidaksetaraan. Dalam konteks ini, pendidikan pesantren dapat dilihat sebagai kontribusi penting terhadap perdamaian global. Dengan pendidikan yang berfokus pada nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial, pesantren berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang damai dan toleran.
Misalnya, Ketua Umum PBNU, saat itu, KH. Hasyim Muzadi mengajak pemerintah Jerman mengupayakan perdamaian dunia. Menurutnya, Jerman merupakan negara yang diterima oleh seluruh eropa dan timur Tengah. Demikian pula, NU merupakan Islam moderat yang bisa menjembatani konflik. Peran perdamaian Tingkat regional ini telah dilakukan oleh NU sejak puluhan tahun, tidak hanya di Asia Tenggara, tetapi juga di Timur Tengah.[1]
Pendidikan pesantren juga mencakup konsep multikulturalisme. Ini menunjukkan bagaimana pesantren, sebagai institusi pendidikan, beradaptasi dengan perubahan global dan berkontribusi pada perdamaian global. Dengan demikian, genealogi pendidikan pesantren dapat dilihat sebagai jembatan antara tradisi lokal dan perubahan global, yang berkontribusi pada perdamaian global. Namun, tantangan yang dihadapi pesantren adalah bagaimana menjaga warisan ini dalam menghadapi perubahan global yang cepat. Oleh karena itu, perlu ada upaya lebih lanjut untuk memperkuat peran pesantren sebagai agen perdamaian, termasuk melalui peningkatan kapasitas dan sumber daya, serta pengembangan kurikulum dan metode pengajaran yang lebih relevan dengan konteks global saat ini. Pada akhirnya, pendidikan pesantren memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap perdamaian global. Dengan pendekatan pendidikan yang holistik dan berfokus pada nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial, pesantren dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih damai dan harmonis.
Pesantren disamping berperan dalam perdamaian di tingkat lokal dan nasional, juga berperan pada bidang yang lebih luas. Dengan potensi SDM yang semakin kuat akibat kesempatan pendidikan setelah pesantren, menjadikan pesantren “diplomat negara” dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Yakni, mewujudkan kedamaian dunia. Pesantren telah mendapatkan kepercayaan untuk membantu negara-negara tetanggauntuk mengatasi konflik etnis dan negara, serta menyebarkan kesadaran kedamaian melalui dialog antar iman. hal ini dibuktikan dengan beberapa alumni pesantren yang mampu berkiprah pada intelektualisme di dunia global. Misalnya, sebagai jurnalis, akademisi, dan sekaligus guru. Pesantren damai ditebarkan melalui peran-peran sejenis ini. Kegiatan yang mengusung perdamaian internasional baru-baru ini seperti yang dilakukan oleh pondok pesantren salafiyah syafi’iyah situbondo yang bekerjasama dengan ICIS (International conference of Islamic scholars) pada tanggal 29 maret 2014.[2]
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan tradisonal di Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, yang menekankan nilai-nilai moral, spiritual, dan keadilan sosial telah membentuk karakter yang mempromosikan perdamaian, selain itu juga telah berperan dalam menyebarkan Islam yang damai dan toleran, memperkuat toleransi antar agama, dan membangun harmoni antar etnis. Melalui pendidikan pesantren, generasi muda dipersiapkan untuk menjadi agen perdamaian global dengan memahami nilai-nilai keragaman budaya, saling ,menghormati, dan kerjasama lintas budaya. []
[1] abu yasid dkk, paradigma baru pesantren, ( IRCiSoD: 2018 ) hal : 189
[2]Ibid, hlm 188