Ulama Rasionalis-Progresif
Membaca karya-karya Fakhri al-Razi yang membentang luas, berjilid-jilid dan bermacam-macam itu, kita segera saja akan mudah berkomentar bahwa dia seorang ulama rasionalis yang progresif (mungkin sekarang bisa disebut liberalis). Pembacaannya atas teks-teks keagamaan (al-Nushush al-Diniyyah/al-Naqliyyah), selalu dipertanyakan secara rasional, mendalam dan dikritisi satu-satu. Dia seorang aristotalian. Satu isu akan diuraikan dengan menyampai beberapa alternatif. Misalnya dia mengatakan dalam isu ini ada beberapa masalah dan pendapat. Atau dalam ayat ini terdapat sejumlah masalah, bisa sampai 10. Lalu diuraikan satu persatu dengan menyebut orang-orangnya dan seterusnya.
Ibnu Khaldun, sosiolog muslim terkemuka itu, mengomentari orang ini;
“اميل الاستكثار من الادلة والاحتجاج”
Huwa amyal al-istiktsar min al-Adillah wa al-Ihtijaj (kecenderungannya adalah memperbanyak argumen dan mendiskusikannya). Paradigma berpikirnya adalah rasional; akal didahulukan atas naql (annahu yurajjih al-Aql ala al-Naql), sebagaimana yang akan diulas kemudian.
Sebagian orang menolak pandangan ini. Hal ini karena dalam sejumlah tulisannya, dia membela kaum tradisional. Pandangan ini didasarkan pada pernyataan al-Razi tentang kesetiaan/komitmennya pada teks-teks agama: al-Quran dan Hadis Nabi. Katanya suatu saat ; Agamaku adalah mengikuti Nabi Muhammad dan Kitab Suci al-Quran. Aku mencari kebenaran berdasarkan atas keduanya. Wasiat-wasiatnya menjelang kematiannya, oleh sebagian orang, merupakan pertobatan Razi dari rasionalisme. Di samping itu, Al-Razi juga sangat dikenal sebagai pembela mazhab Asyari dalam Kalam dan mazhab Syafi’i dalam Fikih (Hukum).
Oleh karena itu, maka agak sulit bagi sebagian orang untuk memopulerkan al-Razi sebagai seorang rasionalis tulen dan atau seorang filosof. Popularitasnya sebagai Filosof, tidak cukup bisa menandingi Abu Bakar al-Razi (Razes), Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Thufail dan lain-lain. Para analis pikiran-pikirannya sering dibuat bingung menilai pikiran orang ini. Beberapa di antara mereka mengatakan pikiran-pikiran al-Razi ambigu, inkonsisten, kacau (Tanaqudh wa Idhthirab). Akan tetapi sebagian yang lain, seperti Dr. Mahmud Qasim, peneliti karya-karya al-Razi, menilai sebaliknya.
Penjelajahan yang mendalam dan teliti atas pikiran-pikiran al-Razi akan menyimpulkan bahwa pikiran-pikirannya sebenarnya tidaklah saling bertentangan (Anna al-Amr Laisa Tanaqudh). Yang terjadi adalah proses perkembangan pemikiran dan aktivitasnya yang terus bergerak dalam ritme yang dinamis. Keadaan atau kesan pemikiran inkonsisten seperti ini sungguh banyak kita temukan pada banyak pemikir besar yang tak berhenti berpikir dan beraktivitas dalam banyak situasi. Contoh bagi penilaian yang sama juga berlaku, misalnya pada Imam al-Ghazali, atau Gus Dur, untuk zaman ini. Paling tidak, dua orang ini sering dipahami secara paradox.
Karya Imam Fakhr al-Razi
Karya-karya al-Razi meliputi hampir semua disiplin ilmu. Ia telah menulis buku Filsafat, Logika, Ilmu Kalam, Bahasa, Sastra, Tasawuf (mistisisme), Fikih, Ushul Fiqh, Tafsir, Matematika, Ilmu Alam, Sejarah, Kedokteran, Ilmu Sihir, Astrologi dan lain-lain. Beberapa di antaranya :
1. Al-Tafsir al-Kabir atau Mafatih al-Ghaib
2. Tafsir Surah al-Fatihah
3. Al-Arba’in fi Ushul al-Din
4. Asas al-Taqdis
5. Ma’alim Ushul al-Din
6. Lawami’ al-Bayyinat Syarh Asma Allah al-Husna
7. ‘Ishmah al-Anbiya
8. Nihayah al-‘Uqul fi Dirayah al-Ushul
9. Syarh al-Isyarat wa al-Tanbihat Li Ibn Sina
10. Syarh Uyun al-Hikmah li Ibn Sina
11. Al-Mabahits al-Masyriqiyyah
12. Al-Mulakhash fi al-Hikmah wa al-Manthiq
13. Al-Mathaalib al-‘Aliyah min al-Ilm al-Ilahi
14. Al-Burhân fî al-Radd ‘alâ Ahl al-Zaygh wa al-Thughyân,
15. Muhashshal Afkar al-Mutaqaddimin wa al-Mutaakhirin
16. Al-Mahshul fi Ilm al-Ushul
17. Syarh al-Wajiz li al-Ghazali
18. Al-Muharrar fi Haqaiq al-Nahwi
19. Nihayah al-Ijaz fi Nihayah al-I’jaz
20. Manaqib al-Syafi’i
21. Al-Thib wa al-Firasah
22. Syarh al-Qanun fi al-Thib li Ibn Sina
23. Risalah fi Ilm al-Firasah
24. Al-A’lam al-Sasmaiyyah fi al-A’lam al-Samaiyyah
25. Al-Sirr al-Maktum fi Mukhathabah
26. al-Syams wa al-Qamar wa al-Nujum
27. I’tiqadat Firaq al-Muslmin wa al-Musyrikin
28. Jami’ al-Ulum (ensiklopedi ilmu)
29. Munazharat Fakhr al-Din al-Razi fi Ma Wara al-Nahr
Dari karya-karya al-Razi di atas, terutama al-Tafsîr al-Kabîr, (tafsir) al-Mahshûl fî ‘Ilm al-Ushûl (dalam bidang ushul fiqh), Asâs al-Taqdîs dan al-Mathâlib al-‘Âliyah, Muhashshal, para pembaca akan mengetahui bahwa al-Razi adalah juga seorang Aristotelian, seperti al-Ghazali dan Ibn Rusyd. Narasinya dalam semua karya-karya intelektualnya selalu mengambil bentuk dan gaya logika Aristoteles.
Bersambung. [HW]