Sudah mafhum dalam akidah Islam bahwa ketika manusia mati, maka kelak di hari kiamat tubuhnya akan dibangkitkan lagi. Lalu apa yang dibangkitkan ketika mati? Yang hancur apanya? Apakah barangnya (badannya) atau yang lain? Gus Ulil mengatakan ada dua kemungkinan. Pertama, yang mati dari manusia adalah jauhar dan ard-nya sekaligus, dan kedua hanya ard tanpa jauhar.
Seiring peringatan Harlah ke-91, GP Ansor tidak hanya merefleksikan perjalanannya dalam membentuk generasi muda berintegritas, tetapi juga menegaskan komitmennya dalam menghadapi tantangan zaman. Dengan mengusung nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, kebangsaan, dan inovasi, GP Ansor berupaya memastikan bahwa anak muda Indonesia siap menjadi pemimpin masa depan yang tangguh.
Dalam diskusi ekonomi syariah, seringkali muncul pernyataan Out Of The box seperti yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad AshShiddiqy, M.E., bahwa "Ekonomi Syariah memang bid'ah kok, gak ada tuh jaman nabi... Ekonomi Syariah adalah ijtihad para ulama. Udah titik." Pernyataan ini memicu perdebatan, terutama di kalangan akademisi dan praktisi ekonomi syariah.
Ada tiga kelompok yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad Saw. Pertama, adalah kelompok Isawiyah. Satu kelompok di dalam masyarakat Yahudi yang mengingkari kenabian Nabi Muhammad. Mereka mengatakan
Akhlak makruf memainkan peran penting dalam mengapresiasi dan menghargai sesama manusia tanpa memandang keterbatasan. Akhlak makruf meniadakan segala bentuk macam penindasan, intimidasi, dan perlakuan yang tidak baik (stereotip dan stigma negatif) terhadap sesama makhluk khususnya kepada kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.
Ternyata ada hikmah yang besar dibalik kesedihan yang menimpa kita. Salah satunya adalah menaikkan derajat hamba yang sedang ditimpa kesedihan.
Kemajuan teknologi telah mengubah pola komunikasi manusia secara drastis. Media sosial, yang seharusnya menjadi ruang berbagi ilmu dan mempererat silaturahmi, justru sering digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, dan budaya pamer. Dalam kondisi ini, ajaran al-akhlaqu lil banin tentang kejujuran (shidq), menjaga lisan (hifzhul lisan), serta sopan santun (adab) menjadi semakin relevan.
Puasa Ramadan adalah lebih dari sekadar ibadah ritual. Ia adalah sebuah proses transformasi kedirian yang mencakup aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual.