Nasab terkadang menentukan nasib, di wilayah masyarakat yang menjadikan nasab sebagai penentu nasib. Kemudian nasab dipola sedemikian rupa sehingga ia menjadi urgen dan penting untuk sebuah nasib dan nisab. Tapi, sebaliknya, bagi masyarakat yang nasabnya kurang baik, maka akan berusaha menutupinya dengan menghilangkan nasabnya, agar nasibnya berganti. Dan terkadang minder kalau nasab “dianggap kurang baik”, dan ini perlu diobati, karena nasab bukanlah jalan menuju sorga.
Ada yang tak pernah tahu nasabnya, tapi ia selalu berusaha untuk memperbaikinya, agar kelak nasabnya menjadi sejarah baiknya. Tetapi, sekali lagi nasab tidaklah menentukan kebaikan seseorang, kalau ia tidak pernah memperbaiki hidupnya darah baik nasab yang mengalir dari orang tuanya, kakeknya, dan terus ke atas hanyalah seperti air dipenuhi sampah. Darah nasab itu seperti aliran air sungai, dari hulu ke hilir. Kalau air sungainya bersih jernih, dan sungainya tidak kotor dan tidak ada sampah, maka akan bersih dan jernih. Tapi, kalau dari hulu bersih kemudian bersama sampah, maka airnya kotor dan dipunuhi sampah. Menjijikkan.
Kalau dari hulu tidak baik (entah dari mana memulainya?), Dan dalam perjalanan airnya baik, disaring, suangainya tidak ada sampah, maka kehilir akan baik. Dan kemuliaan manusia itu jelas dalam Al-Qur’an, “Inna akramakum iddawi atqamum. Inilah jaminannya, takwa, bukan Innaakramakum indallahi nasabukum”. Betul Bukan!!!!.
Kebaikan peribadi seseorang memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan hidup seseorang. Meskipun nasab dapat memberikan beberapa keuntungan atau hak istimewa tertentu dalam beberapa konteks masyarakat, pada akhirnya, sikap, tindakan, dan nilai-nilai pribadi seseorang yang menentukan jalan hidup mereka.
Beberapa alasan mengapa kebaikan peribadi lebih penting daripada nasab; sikap yang baik, seperti kejujuran, empati, kerendahan hati, dan integritas, adalah faktor-faktor yang mendasar dalam membangun hubungan yang sehat, baik itu dalam lingkungan pribadi, profesional, maupun sosial. Sikap yang baik juga dapat membantu seseorang mengatasi tantangan hidup dengan bijaksana dan memberikan inspirasi bagi orang lain.
Belum lagi kesuksesan pribadi yang ia raih dengan keringat dan darah. Bukan nasab lo ya! Seperti belajar menjadi orang yang bijak, dan selalu berusaha untuk kerja keras, tekun, dan keterampilan pribadi memiliki peran yang lebih besar dalam mencapai kesuksesan pribadi daripada nasab. Orang yang memiliki komitmen, dedikasi, dan semangat yang tinggi untuk mencapai tujuan mereka umumnya akan meraih hasil yang lebih baik daripada seseorang yang hanya mengandalkan nasab atau keuntungan kedudukan.
Oh ia, ada lagi hubungan Interpersonal yang baik, seperti apa? seperi empati, toleransi, dan pengertian, memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan interpersonal yang baik.
Dan masih banyak lagi, ingat nasab tidak akan merubah nasib seseorang, kalau nasibnya tidak diperbaiki, nasab dalam masyarakat tertentu hanyalah sebagai keuntungan pribadi, itu pun “pun”, dan Al-Qur’an jelas,
.. إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَاۤ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ سُوۤءࣰا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ ….
[Surat Ar-Ra’d: 11]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya.
Maka, yang “dianggap punya nasab baik” jagalah nasabnya dengan kebaikan, dan yang “dianggap tidak punya nasab baik” teruslah menjadi terbaik, karen hanyalah Allah yang memiliki otoritas kebaikan dengan hidayahnya dan taufiqnya.
Salam.
Angkara Turki, 14 Juli 2023