Tahapan Belajar Fiqih Syafi'i, ala Syeikh Abdul Aziz Asyahawi

Maulana al-Alim al-Allamah al-Faqih Syeikh Abdul Aziz Syahawi Asyafi’i al-Azhari semoga Allah selalu menjaganya, beliau adalah salah satu ulama kharismatik yang dikenal dengan kepribadiannya yang sangat agung, alim, tawadhu dan ayom terhadap murid-muridnya.

Beliau pernah menulis di atas secarik kertas terhadap al-Faqir tentang metodenya dalam mengarungi ilmu fiqih Syafi’i dibawah naungan sang paman yaitu Syeikh Abdul Hamid Asyahawi dan juga beberapa murid senior sang paman. Metode ini tidaklah baku, dan setiap ulama mempunyai metode khas dalam menapaki keilmuanya, khususnya fiqih.

Sebelum penyertaan kitab-kitab yang beliau rekomendasikan, terlebih saya cantumkan cara khas beliau dalam belajar, yaitu pemaduan antara hafalan dan pemahaman.

1. Hafalan:

Dalam beberapa tulisan sebelumnya sudah saya paparkan metode hafalan beliau dengan rinci beserta doa untuk menguatkan hafalan, adapun dalam urgensi menghafal beliau dan para ulama pernah dawuh :

من حفظ المتون حاز الفنون

Barang siapa yang menghafal maka ia memperoleh banyak cabang ilmu.

Dan beliau juga dawuh menukil dari Rahbiyah :

فَاحْفَظْ فَكُلُّ حَافِظٍ إِمَامُ

Maka menghafallah, sebab mereka yang hafal akan menjadi seorang Imam.

2. Pemahaman

Memahami terlebih dahulu matan yang ringkas sebelum menaiki tangga selanjutnya. Karena dalam matan yang mukhtashar menyimpan banyak rahasia ilmu dan barokah sang penulis.

Beliau pernah dawuh :

إن فهم سطر واحد من المتون أحسن من فهم عشرة أسطر من الشرح

Sesungguhnya memahami satu baris matan sebuah ilmu lebih baik daripada memahami sepuluh baris dari syarh matan tersebut.

Tentu ini diperuntukkan bagi yang masih baru belajar, adapun bagi yang sudah mutqin dalam ilmunya maka syarh dan hasiyah lebih baik untuk mempertajam pandangan dan memperdalam pemahaman.

Baca Juga:  Belajar dari Sepak Bola

Dan dawuh beliau ini disarikan dari dua bait nadzam hidyatul azkiya’

طالع مرارا متنه قبل الشرو # ح فإنه أولى وأحسن موئلا
ولفهم سطر من متون أحسن # من عشر أسطر من شروح فاقبلا

Lalu beliau juga dawuh: Jika kamu ikhlas dan mutqin fathul qarib, Iqna dan tuhfatutullab in sya Allah, akan futuh dalam kitab-kitab besar lainnya. Karena kitab-kitab ini adalah kuncinya.

Diantara kitab yang beliau anjurkan, untuk memulainya sebagai pembuka :

1. Matan Sittin Mas’alah karya Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Mishri atau yang dikenal dengan Azzahid al-Mishri (w. 819 H). Matan ini sangat ringkas sebanyak tujuh halaman, sebagai pengganti safinatunnaja di madrasah fiqih Syafi’i Mesir.

Lalu untuk memperkuat pemahaman ditambah dengan membaca Syarah Imam Ramli (w. 957 H) terhadap Matan Sittin Mas’alah. Ada beberapa hasiyah terhadap syarah ini diantaranya Hasiyah Syaikh Ahmad al-Mihiy Asyibiniy. Dan Hasiyah Syeikh Addimyathi. Dan beliau lebih memilih Hasiyah Syeikh Mihiy seorang ulama yang mastur dari desa Syibin dekat Thanta.

2. Mukhtasar Abi Syuja’ / Matan Ghayah Wa al-Taqrib karya Imam Ahmad bin al Husain al-Ashfahani (w. 500 H) dawuh beliau: dulu salah satu matan yang pertama aku hafal adalah matan abi syuja’ ini, matan ini sangat berkah, terbukti dengan banyaknya ulama yang menulis syarah terhadapnya dan banyaknya madrasah yang membacanya, sang penulis adalah seorang yang alim nan abid dan pecinta Sayyiduna Rasulullah Saw.

3. Setelah mukhtasar Abi Syuja’ lanjut dengan memahami Syarahnya yang sudah sangat terkenal yaitu Fathul Qarib al-Mujib karya Imam Ibnu Qasim al-Ghazzi (w. 918)

Dan ditambah dengan membaca kitab Annihayah karya Imam Waliyuddin al-Bashri al-Syafi’i. Imbuhan beliau : dulu kitab ini aku baca waktu di jenjang setara (SMP) di Ma’had Qira’at al-Azhar.

Baca Juga:  Batas Nalar Ijtihād Maqāsidī Serial Ngaji Maqāsid Ke-2

Juga ditambah dengan membaca kitab Kifayat al-Akhyar karya Imam Al-Hishni al-Dimasyqi (w. 829 H).

Adapun hasiyah-nya memakai Hasiyah Imam al-Bajuri ala Fathil Qarib karya Syeikh Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H). Dan saya juga dengar dari beliau bahwa beliau sangat suka dengan hasiyah syeikh Nawawi banten terhadap Ibnu Qasim, sampai-sampai setengah hafal karena sering membacanya. Dalam banyak pendapat Syeikh Nawawi banteng memang lebih condong mendukung pandangan fuqoha Mesir, bisa dijumpai dalam setiap karya beliau.

3. Al-Iqna’ merupakan Syarah terhadap matan Abi Syuja karya Imam al-Khatib Syirbini (w. 979 H). Dan dengan membaca hasiyah Al-Bijirmi karya Imam Sulaiman al-Bijirimi al-Syafi’i (w. 1221 H)

4. Tahrir Tanqih Lubab karya Imam Zakariya al Anshari (w. 926 H) merupakan ringkasan dari tanqih allubab karya Imam Iraqi dari al-Lubab Karya Imam al-Mahamili (w. 415 H). Kemudian membaca Syarahnya yaitu Tuhfatutullab Syarah terhadap Tahrir juga karya Imam Zakariya al-Anshari. Ada beberapa hasiyah terhadapnya diantaranya Hasiyah Syaikhul Azhar As Syarqawi (w. 1226) dan Hasiyah Syaikh Syaubari. Adapun beliau lebih memilih Hasiyah Asyarqawi dalam penyertaanya terhadap Tuhfatuttullab.

Barulah setelah membaca kitab-kitab tersebut bisa untuk memasuki Manhajutullab karya Imam Zakariya al Anshari.

5. Manhajuttullab karya Imam Zakariya al-Anshari dibarengi dengan Syarahnya yaitu Fathul Wahhab. Terdapat beberapa Hasiyah terhadap Fathul Wahhab diantaranya Hasiyah al-Jamal, atau Hasiyah al-Bijirimi, juga Hasiyah al-Syaubari. Adapun disini beliau lebih memilih dua Hasiyah yaitu Bijirimi atau al-Jamal. Dan imbuhan beliau “Setiap karya ulama mempunyai kelebihan masing-masing yang saling menyempurnakan satu dengan yang lainnya”.

Adapun hafalan dalam matan dan nadzam beliau sangat menganjurkan untuk menghafal: Mukhtasar Abi Syuja’, Matan Tahrir dan manhaj atau minhaj imam Nawawi.

Dan hafalan beliau dalam nadzam fiqih diantaranya :

  1. Nihayatu Tadrib karya Imam Imrithi 1220 bait.
    Nadzam ini bisa dihafal setelah matan abi Syuja’. Dan bisa memilih antara zubad atau Nihayatuttadrib.
  2. Zubad karya Imam Ibnu Raslan
  3. Al-Bahjah al-Wardiyah karya Imam Ibnu al-Wardi 5290 bait. Sebagai pungkasan untuk mengikat maklumat yang telah didapat, dan beliau sudah hafal ketiganya saat masih berusia belia.
Baca Juga:  Nabi Muhammad saw dan Bocah Santri (1): Ruang Interaksi

Metode ini saya tulis berangkat dari pertanyaan beberapa teman tentang tahapan syaikhina dalam belajar fiqih. Metode ini adalah metode khusus dari Maulana Syeikh Abdul Aziz Syahawi dalam mempelajari fiqih dan madrasah Syahawiyyah secara umum, setiap madrasah mempunyai ciri khas masing-masing, semoga Allah selalu menjaga guru mulia Syeikh Abdul Aziz Syahawi al-Husaini, dan semoga kita selalu mendapatkan keberkahannya dan mencapai apa yang telah beliau berhasil lakukan. Aamiin. []

Ade Rizal
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin al Azhar Kairo Mesir, Pondok Modern Gontor, Tabarukan di Lirboyo,Pondok Kwagean Kediri, Pondok Hamalatul Qur'an Jombang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Ulama