Alfiyyah Ibnu Malik, Kitab nadzam 1002 bait Nahwu-Sharaf yang ditulis oleh ulama asal Jayyan Andalusia (sekarang Jean Spanyol) pakar gramatika Arab dan Ilmu Qiraat, Syekh Muhammad bin Abdullah bin Abdullah bin Malik, merupakan salah satu Kitab penting yang membahas tentang ilmu gramatika Arab, dan dijadikan pegangan inti pembelajaran Nahwu-Sharaf di berbagai belahan dunia, khususnya di pesantren yang ada di Indonesia. Kitab ini adalah salah satu Kitab yang paling sering dihafalkan dan dikaji, serta memiliki peran yang cukup signifikan dalam membentuk konstruksi “Nalar Nahwu” kaum pesantren.

Sejak ditulis untuk pertama kali oleh Imam Ibnu Malik hingga sekarang, sudah banyak sekali ulama yang menulis syarah penjelasan maupun terjemah atas Alfiyyah Ibnu Malik, antara lain:
Syarah Ibnu ‘Aqil karya Syekh Baha’uddin Abdullah Ibnu ‘Aqil,
Al-Bahjatul Mardhiyyah ‘ala Alfiyyah karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi,
Audhahul Masalik Ila Alfiyyah Ibni Malik karya Imam Ibnu Hisyam,
Manhajus Salik ila Alfiyyah Ibni Malik yang masyhur dengan sebutan Syarah Al-Asymuni karya Syekh Ali Al-Asymuni,
Hasyiyah Khudhari ‘ala Ibni ‘Aqil ‘ala Alfiyyah Ibni Malik, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Alfiyyah Ibnu Malik bisa diterima beragam kalangan dari berbagai kurun dan juga abad, menurut para ulama dikarenakan beberapa hal, yaitu:

Pertama, karena keikhlasan Muallifnya. Ikhlas dalam menulis Alfiyyah, membuat kitab ini tampak atsar berkahnya hingga sekarang.

Kedua, obyektifitas Muallifnya. Meskipun secara Madzhab Nahwu, Imam Ibnu Malik menganut Madzhab Bashrah, namun dalam membahas sebuah persoalan, Imam Ibnu Malik selalu memandang secara obyektif dan menyeluruh.

Ketiga, berusaha memadukan antar Madzhab dalam Ilmu Nahwu, dengan pendekatan eklektik, dimana dalam sebuah persoalan, beragam pendapat Ulama Nahwu (Nuhat) dikumpulkan, kemudian diambil dan dipilih yang terbaik (Manhaj Ikhtiyariy Intiqa’iy).

Keempat, melakukan pembaharuan dalam kajian ilmu Nahwu. Ada beberapa istilah baru yang dimunculkan oleh Imam Ibnu Malik, seperti: “Na’ibul Fa’il” yang mengganti istilah “Al-Maf’ul al-Ladzi Lam Yusamma Fa’iluhu”.

Baca Juga:  Seperti Kamus Berjalan, Mengenal Abah Achmad Zuhdy

Kelima, nadzam yang disusun mudah dihafalkan dan difahami, ringkas, jelas dan padat makna. Tak jarang, makna yang terkandung dalam bait-bait Alfiyyah melampaui makna haqiqi setiap kata, hingga bisa dimaknai dengan bahasa-bahasa metafora, dan dikontekstualisasikan dengan kehidupan nyata, atau dihubungkan dengan ilmu-ilmu yang lain, seperti Tasawuf dan lain sebagainya.

Kitab Alfiyyah Ibnu Malik juga menarik banyak minat Ulama Nusantara untuk melakukan kajian, syarah, terjemah atas kitab ini. Diantara karya-karya ulama Nusantara yang mengkaji, mensyarahi dan menerjemahkan Kitab Alfiyyah adalah:
Awsathul Masalik li Alfiyyah Ibni Malik (Terjemah Pegon Jawa) karya KH Bisyri Mustofa Rembang,
Tarjamah Alfiyyah Ibni Malik (Terjemah Pegon Jawa) karya KH Mishbah Zainal Mustofa Bangilan Tuban adik KH Bisyri Mustofa Rembang,
Tashilul Masalik fi Tarjamah Alfiyyah Ibni Malik (Terjemah Pegon Sunda) karya KH Muhammad Abdullah bin Hasan Caringin Sukabumi,
Tashilul Masalik fi Syarh Alfiyyah Ibni Malik karya KH Abul Fadhol Senori Tuban,
Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik karya KH Muhammad Aniq Muhammadun Tayu Pati.

Kitab yang disebutkan terakhir dari karya Ulama Nusantara atas Alfiyyah Ibnu Malik diatas, yakni “Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik”, ditulis oleh KH Muhammad Aniq Muhammadun, Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Pakis Tayu Pati, yang menjadi Rais Syuriyyah PCNU Kabupaten Pati, yang ahli di bidang Fikih, Ushul Fikih dan Ilmu Nahwu-Sharaf. Kiai Aniq adalah putra KH Muhammadun Pondowan Tayu Pati, seorang ulama pakar Ilmu Nahwu asal Jawa, yang konon dijuluki oleh Sayyid Muhammad Alawi al-Makki sebagai Sibawaih Jawa. Perlu diketahui, bahwa di Pati ada tiga Kiai Muhammadun yang masyhur, yang terkadang banyak orang salah faham dan salah sebut, yaitu: Kiai Muhammadun Pondowan Abah dari Kiai Aniq Muhammadun, Kiai Muhammadun Kajen Abah dari Kiai Junaidi Muhammadun, Kiai Muhammadun Runting Abah dari Kiai Arsyad Muhammadun.

Baca Juga:  Amsilati, Metode Cepat Membaca Kitab Turats

Kepakaran Kiai Aniq Muhammadun di dalam disiplin ilmu Nahwu dapat terbaca melalui karya beliau “Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik”. Di dalam kitab ini, Kiai Aniq berusaha untuk menerjemahkan dan menjelaskan bait-bait alfiyyah secara gamblang, dan melengkapinya dengan catatan-catatan ta’liqat yang bersumber dari kitab-kitab babon Kajian Ilmu Nahwu, seperti:
Syarah Ibnu ‘Aqil karya Syekh Baha’uddin Abdullah Ibnu ‘Aqil,
Hasyiyah Khudhari ‘ala Ibni ‘Aqil ‘ala Alfiyyah Ibni Malik
Hasyiyah Ash-Shabban ‘ala Syarah Al-Asymuni ‘ala Alfiyyah Ibni Malik
Hasyiyah Ibni Hamdun ‘ala Syarah Makudi, dan lain-lain

Kiai Aniq menyebut bahwa Kitab Tashilus Salik ini sebagai Terjemah Alfiyyah Ibnu Malik. Tetapi, penulis berpendapat bahwa Kitab ini sangat pantas untuk disebut sebagai Syarah atas Kitab Alfiyyah Ibnu Malik, bukan sekedar terjemah. Karena, Kitab ini berupaya menjelaskan nadzam-nadzam Alfiyyah secara detail, memberikan contoh-contoh dan catatan-catatan kaki yang bersumber dari referensi inti Kajian Ilmu Nahwu.

Penulisan Kitab Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik oleh Kiai Aniq Muhammadun dengan menggunakan Aksara Pegon, yakni huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa daerah di Nusantara seperti: Jawa, Madura, Sunda, menunjukkan bahwa Kiai Aniq berupaya untuk melestarikan tradisi Ulama Nusantara dalam merawat aksara Pegon. Utamanya, dalam merawat tradisi pemaknaan atas teks-teks keagamaan (an-nushush ad-diniyyah) dengan menggunakan makna pegon atau makna jinggotan. Makna pegon membaca teks bukan sekedar kata per kata, melainkan secara menyeluruh, baik melalui sudut pandang Mu’jamiy (leksikal), Tarkibiy (sintaksis), maupun Siyaqiy (kontekstual). Tidak sekedar memaknai kata berdasarkan makna leksikal saja, tetapi juga memaknai kata sampai pada tataran struktural dan fungsi sebuah kata menjadi apa dalam sebuah kalimat. Apakah itu menjadi Mubtada’ yang melahirkan makna “Utawi”, ataukah Khabar yang melahirkan makna “Iku”, ataukah Fa’il yang melahirkan makna “Sapa atau Apa”, dan yang lain-lain. Bahkan tak jarang pula, pembacaan atas teks bisa sampai pada tataran kontekstual.

Baca Juga:  Berkenalan dengan Kitab Al-Miftah, Metode Cepat Membaca Kitab Kuning

Konstruksi Nalar Nahwu yang terbentuk sedemikian rupa di kalangan santri pesantren-pesantren tradisional, yang masih menggunakan makna pegon sebagai media transmisi keilmuan dan media untuk membaca teks-teks keagamaan, membuat mereka tidak mudah terjebak pada pemahaman literal yang sangat tekstualis, yang hanya mengandalkan pemahaman atas teks Arab berdasarkan terjemah leksikal. Disinilah letak peran penting Kitab Alfiyyah Ibnu Malik yang betul-betul komprehensif dalam mengkaji ragam pendapat para Ulama Nahwu, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa jawa Pegon dan disyarahi oleh Kiai Aniq dalam Tashilus Salik. Bahwa kedua kitab ini menjadi bekal dan alat yang sangat penting bagi para santri dalam menganalisis teks-teks berbahasa Arab dan memahaminya secara mendalam.

Kitab Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik ini selesai ditulis oleh Kiai Aniq Muhammadun pada 11 Sya’ban 1436 H yang bertepatan dengan 28 Mei 2015. Semoga Kiai Aniq Muhammadun senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang. Amin ya rabbal ‘alamin.

يا قارئا في النحو ألفيةً جمعت :: في النحو معظم ما في النحو قد قيلا
إن كنت تفهمها فهما تحوز به :: أسرارها حين تخفى والأقاويلا
في أي بيت بها قد جاء فاعلها :: فعلا ومن فاعلٍ قد جاء مفعولا
(حاشية ابن حمدون على شرح المكودي)

Duhai pembaca Nahwu, Alfiyyah t’lah menghimpun :: Mayoritas bahasan Nahwu sudah dikata
Jika kau mampu memahami dan memiliki :: rahasia Alfiyyah tersimpan dalam kata
Di rumah mana pun, maka telah datang Fa’il-nya :: Dan dari Fa’il pastilah datang Maf’ul-nya
(Hasyiyah Ibni Hamdun ‘Ala Syarah Makudiy, Bahar Basith)

Kepada seluruh ulama yang namanya disebutkan di dalam tulisan ini, al-Fatihah. [IZ]

Sahal Japara
Penulis adalah Pemerhati Ilmu Qiraat, Abdi Ndalem Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an 1 Pati

    Rekomendasi

    1 Comment

    1. […] ilmu nahwu. Sebelum nantinya akan beranjak ke kitab-kitab selanjutnya seperti, Kitab Imrithi dan Kitab Alfiyah Ibnu Malik dan lain […]

    Tinggalkan Komentar

    More in Kitab