وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” – (QS Al Isra:106)

Al Quran merupakan firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk seluruh umat manusia. Al Quran diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril. Al Quran itu diturunkan tidak sekaligus sebagai kitab, melainkan berangsur-angsur, bagian demi bagian sesuai dengan kebutuhan.

Al Quran terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh, 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy. Perbedaan jumlah ini bisa disebabkan oleh dihitungnya atau tidak dihitungnya sebagai ayat apakah bismillah dan surat yang berawal dengan huruf, misalnya Qaaf, Yaasiin, dsb. Surah-surah dalam Al Quran terbagi atas surah-surah makkiyah (turun di Mekkah) dan madaniyah (turun di Madinah) tergantung tempat penurunan surah tersebut.

Dalam satu riwayat Al Quran diturunkan selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Selama itu Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur, tidak seperti Taurat, Injil dan kitab lainnya yang turun sekaligus. Pertama kali turun Surah Al-Alaq ayat 1-5, dalam juz 30, pada malam 17 Ramadan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad di Gua Hira’ Makkah. Terakhir Surah Al-Maidah ayat 3, pada juz 6, turun pada 9 Zulhijjah di saat Nabi Muhammad saw melaksanakan haji Wada pada tahun 63 tahun kelahirannya, atau tahun 10 H di Arafah, Makkah.

Selama Al Quran diturunkan, semuanya dihafalkan. Rasulullah saw memberi petunjuk untuk mempelajari Al Quran dan menghafalnya. Di antara banyaknya sahabat, ada tujuh orang yang dikenal sebagai penghafal Al Quran di zaman Rasulullah saw, mereka adalah: Utsman bin Affan ra, Ali bin Abu Tholib ra, Zaid bin Tsabit ra, Ubai bin Ka’ab ra, Abu Darda ra, Abdullah bin Mas’ud ra, dan Abu Musa Al-Asy’ari ra. Di antar tujuh sahabat, yang diamanati untuk menulis wahyu Al Quran adalah Zaid bin Tsabit ra, karena dia merupakan sahabat anshar yang cerdas, penulis, penghafal dan mengusai ilmu. Di samping ada sejumlah sahabat yang tidak hafal keseluruhannya. Berkat sahabat penghafal Al Quran, semua ayat Al Quran terselamatkan dan terjaga. Di samping Allah swt sendiri yang menjaganya, sebagaimana firman-Nya , yaitu “Inna nahnu nazzalnadz-dzikra, wainnaa lahuu lahaafidzuun”, yang artinya “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS Al Hijr : 9).

Baca Juga:  Makna Iqra

Ada sejumlah alasan, Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur, di antaranya:

1. Menguatkan, meneguhkan atau memantapkan hati Nabi ketika menyampaikan dakwah. Nabi kerapkali berhadapan dengan para penentang. Maka, turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu merupakan dorongan dakwah. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah, Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqon : 32).
2. Menenangkan hati Nabi ketika turun wahyu. Dalam salah satu firman Allah disebutkan bahwa keagungan dan kehebatan Alquran dapat membuat gunung bersujud karena takut atas firman Allah Swt dalam QS. Al-Hasr: 21, yang artinya “Sekiranya Kami turunkan Al Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” Lalu bagaimana dengan hati Nabi Muhammad saw yang lembut apabila Al Quran diturunkan sekaligus semuanya? Tentu hati Nabi Muhammad saw akan merasakan kegelisahan yang sangat dahsyat dan tak akan mampu menerima Al Quran secara global sebagaimana sifat manusiawi pada umumnya.
3. Menentang dan melemahkan para penentang Al Quran, Nabi Muhammad saw kerapkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang hal-hal batil yang tak masuk akal, seperti hari kiamat yang dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi Muhammad saw. Maka turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu, bahkan menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al Quran. Kemudian ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka hal itu sekaligus merupakan salah satu mukjizat Al Quran.
4. Memudahkan untuk difahami dan dihafal. Nabi Muhammad saw sangat merindukan turunnya wahyu. Karena rindunya, suatu ketika mengikuti bacaan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril sebelum wahyu itu selesai dibacakannya. Berdasarkan kondisi itulah Allah swt berfirman, “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha :114). “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai). Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. Al Qiyamah : 6—9). Di lain pihak, Al Quran pertama kali turun di tengah-tengah masyarakat Arab yang ummi, yakni yang tidak memiliki pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Maka, turunnya wahyu secara berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghafalkannya.
5. Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al Quran turun) dan melakukan pentahapan dalam penetapan akidah yang benar, hukum-hukum syariat, dan akhlak mulia. Hikmah ini diisyaratkan oleh firman Allah, “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. al-Isra’ : 106)
6. Membuktikan dengan pasti bahwa Al Quran turun dari Allah Yang Maha Bijaksana. Walaupun Al Quran turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, tetapi secara keseluruhan, terdapat keserasian di antara satu bagian Al Quran dengan bagian lainnya. Hal ini tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang Maha Bijaksana.

Baca Juga:  Bulan Ramadan, Bulan Suci Penuh dengan Pengampunan Dosa

Demikian uraian singkat yang bisa menambah wawasan kita tentang proses turunnya Al Quran yang berbeda dengan kitab-kitab bisa sebelumnya. Dinamika umat saat itu ikut menentukan ayat-ayat yang diturunkan. Ada ayat-ayat yang nasakh dan mansukh. Ada ayat-ayat muhkamat dan ada yang mutasyabihat, ada ayat-ayat yang berkenaan dengan Ibadah dan muamalah yang sesuai kebutuhan saat itu. Yang jelas bahwa dengan variasi ayat-ayat, diharapkan bisa menjadi pedoman hidup sampai Hari kiamat. Kita bersyukur menjadi generasi sekarang yang tinggal menikmati Al Quran secara utuh. Semoga kita bisa mengambil pelajaran untuk menyempurnakan amaliah kita. Aamiin. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah