Tetap berhaji di masa pandemi

Tahun ini sangat berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Sejak kemunculan Covid-19 semua lini kehidupan dipaksa berubah menyesuaikan keadaan dan mengikuti protokol kesehatan; gaya hidup bersih, jaga jarak dan menghindari kerumunan/ kontak fisik. Tentu kondisi seperti ini banyak merubah tata cara beribadah kita yang banyak dilakukan secara berjamaah.

Salah satu yang banyak terdampak pandemi yaitu ibadah haji. Baru- baru ini pemerintah Saudi Arabia mengeluarkan maklumat tentang nasib haji di tahun pandemi ini. Kementerian haji Saudi tetap membuka peluang untuk berhaji namun dengan kuota yang sangat terbatas, itupun hanya untuk warga Saudi dan diaspora berbagai negara yang mukim di Saudi. Tentu banyak jamaah yang terpaksa menelan pahitnya berita ini. Sudah bukan hal yang aneh, terutama di Indonesia, orang menabung puluhan tahun, menjual tanah, perhiasan dan simpanan berharga lainnya untuk bisa menunaikan ibadah haji dan menginjakkan kaki di tanah suci. Belum lagi daftar tunggu di Indonesia yang rata-rata sudah mencapai 20 tahunan, begitu kesempatan sudah di depan mata, semua angan harus ambyar tersapu Covid-19.

Tak banyak yang bisa kita lakukan dalam kondisi seperti ini, kecuali berpasrah kepada-Nya dan mengingat Kembali bahwa haji adalah panggilan ilahi. Sesempurna apapun kita menyiapkan segalanya, jika memang Allah Swt belum memanggil, jalannya akan masih berliku. Pada posisi demikian, kita tidak boleh berkecil hati, apalagi menyalahkan sana-sini sekedar untuk meluapkan kekesalan atas angan yang tidak terpenuhi.

Allah Swt hanya mewajibkan haji bagi orang-orang yang mampu secara fisik, finansial dan terjamin keamanan transportasi dan akomodasi. Di luar itu Islam menyediakan alternatif dan solusi lain yang secara kualitas setara dengan ibadah haji. Ibn Rajab al Hambali berpesan: jika pada suatu waktu keadaan memaksa kalian untuk tidak menunaikan ibadah haji, maka kembalilah pada Jihad al Nafs (mengontrol hawa nafsu). Sebab itu adalah jihad yang paling agung.

Jauh-jauh hari Kanjeng Nabi Muhammad Saw sudah mengajarkan kita mengenai amalan yang kualitas dan pahalanya setara dengan haji, bahkan ada yang lebih, diantaranya:

  1. Pergi ke masjid untuk majelis ilmu
Baca Juga:  1 Syawal 1441 H: Antara Berdamai atau Berdampingan dengan Pandemi Coronavirus?

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ (رواه الطبراني)

Siapa yang pergi ke masjid untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, maka ia berhak mendapat pahala orang berhaji yang sempurna ibadah hajinya (HR. Thabrani)

  1. Pergi ke masjid untuk salat fardu sudah dalam keadaan berwudu

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ (رواه ابو داود)

Siapa yang keluar rumah dalam keadaan berwudu untuk menunaikan salat fardu, maka pahalanya setara dengan pahala orang berhaji yang mengenakan ihram. Dan sesiapa yang keluar untuk menunaikan salat duha, dan hanya bertujuan untuk itu, maka pahalanya setara dengan pahala orang menunaikan umroh. (HR. Abu Dawud)

  1. Salat subuh berjamaah di Masjid dan beriktikaf sampai waktu duha

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ (رواه الترمذي)

Siapa yang salat subuh berjamaah, lalu duduk sambil berzikir hingga matahari terbit, kemudian salat dua rakaat, maka ia berhak mendapat pahala setara dengan pahala haji dan umroh, dengan pahala yang sempurna, sempurna, sempurna (HR Al Turmudzi)

  1. Salat Jumat

الجمعة حج المساكين (رواه الديلمي)

Salat Jumat merupakan ibadah haji bagi orang-orang miskin (HR. Al Dailami)

  1. Berbakti kepada orang tua

عن أنس قال: أتى رجل النبي فقال: إني أشتهي الجهاد ولا أقدر عليه قال: هل بقي من والديك أحد؟ قال: أمي، قال: فأبل الله من برّهما، فإذا فعلت ذلك فأنت حاج ومعتمر ومجاهد (رواه الطبراني)

Baca Juga:  Peran Lembaga Filantropi Islam Selesaikan Perekonomian Indonesia Akibat COVID-19

Diriwayatkan dari Anas bin Malik: ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan berkata: Sungguh aku sangat ingin pergi berjihad, namun apa adanya saya tidak mampu.

Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih ada? Tanya Rasulullah Saw

Ibuku. Jawabnya

Rasulullah Saw: bertakwalah kepada Allah Swt dengan berbakti kepada orang tuamu, jika kamu melakukan itu, niscaya engkau seperti orang berhaji, umrah dan berjihad (HR. Thabrani)

  1. Membaca Takbir, Tasbih dan Tahmid setelah salat Fardu

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: جاء الفقراء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا: ذهب اهل الدثور من الأموال بالدرجات العلى والنعيم المقيم يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ولهم فضل أموال يحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “ألا أحدثكم بأمر لو أخذتم به لحقتم من سبقكم، ولم يدرككم أحد بعدكم، وكنتم خير من أنتم بين ظهرانيه إلا من عمل مثله: تسبحون وتحمدون وتكبرون خلف كل صلاة ثلاثا وثلاثين (رواه البخاري)

Beberapa orang fakir datang menemui Rasulullah Saw: orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal. Mereka bisa salat seperti kita, juga bisa puasa seperti kita. Namun mereka memiliki kelebihan harta bisa menunaikan ibadah haji, Umroh, berjihad dan bersedekah.

Lalu Rasulullah Saw bersabda: maukah kalian aku ajarkan amalan yang bila mengamalkannya, kalian akan mampu menandingi orang yang telah mendahului kalian, kalian tidak akan terkejar oleh orang-orang setelah kalian, bahkan tidak ada yang lebih unggul dibanding kalian, kecuali mereka mengamalkan apa yang kalian amalkan. Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai salat sebanyak tiga puluh tiga kali. (HR. Bukhari)

  1. Membantu memenuhi hajat orang lain
Baca Juga:  Transisi Normal Baru dalam Pendidikan

قال الحسن البصري: مشيك في حاجة أخيك المسلم خير لك من حجة بعد حجة

Hasan Al Basri: Langkahmu untuk membantu memenuhi hajat hidup saudara muslimmu lebih utama dari ibadah haji sunnah (haji kedua dan seterusnya)

  1. Umroh di bulan Ramadan

فات بعض النساء الحج مع النبي صلى الله عليه وسلم فلما قدم سألته عما يجزئ من تلك الحجة قال: “اعتمري في رمضان فإن عمرة في رمضان تعدل حجة أو حجة معي (رواه مسلم)

Beberapa perempuan melewatkan momen haji bersama Rasulullah Saw. Ketika beliau tiba mereka bertanya tentang amalan yang melengkapi haji tersebut.

Rasulullah Saw: tunaikan umrah di bulan Ramadan. Sesungguhnya umrah di bulan Ramadan setara dengan ibadah haji bersamaku (HR. Muslim)

Beberapa Amalan di atas memang nilai pahalanya setara dengan berhaji, namun demikian amalan tersebut tidak bisa menggantikan haji sebagai rukun Islam kelima, pun tidak menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu. Sehingga setelah pandemi berakhir, mereka yang mampu tetap harus melaksanakan ibadah haji seperti biasa. Semoga situasi abnormal seperti ini tidak berlangsung lama. [HW]

Fahim Khasani
Pegiat Dunia Santri Community, Alumni PP Mambaul Ma’arif Denanyar, Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah