Harta

Setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk menjadi seorang yang memiliki harta melimpah. Hal tersebut dapat dicapai dari berbagai cara. Bekerja keras, mendapat harta warisan, dan lain sebagainya.

Namun beberapa manusia jika keinginannya sudah tercapai banyak juga orang yang lupa akan akhirat dan lebih mementingkan dunianya. Ada salah satu cerita sahabat nabi yang rela meninggalkan harta dan kehidupan dunianya demi mengejar akhirat yang ia cari lewat berbagai jalan.

Abdullah al Muzani memiliki nama asli Abdul Uzza sebelum saat bertemu Rasulullah SAW saat kecil. Ia lahir dalam keadaan fakir dan yatim. ia lahir di daerah gunung yang indah nan sejuk dan enak dipandang mata. Gunung tersebut dikenal dengan Warqan dekat dengan Yastrib.

Abdul Uzza memiliki paman yang begitu kaya dan memiliki keluasan harta. Pamannya belum memiliki anak yang menghiasi hidupnya. Maka ia begitu senang dengan keponakannya ini dan pamannya menjadikan diri dan hartanya seperti milik bocah tadi. Seolah dianggap sebagai anak sendiri.

Hingga tumbuh dewasa di kawasan pegunungan Wurqan, ia belum pernah mendengar kabar tentang agama yang dibawa Rasulullah Muhammad bin Abdullah SAW. Pada suatu ketika kota Yastrib merayakan hari bergembiranya dengan kedatangan Rasulullah SAW.

Maka mulailah pemuda al Muzani sebutan Abdul Uzza, mencari informasi tentang siapa Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Sehingga ia sering kali berdiam diri sepanjang jalan menuju Madinah agar ia dapat bertanya kepada orang yang menuju kesana atau kepada orang baru dari sana tentang agama Rasulullah dan pengikutnya. Sehingga Allah berkenan melapangkan dadanya yang suci untuk menerima Islam dan membuka hatinya untuk menyerap cahaya iman.

Maka bersaksilah pemuda al Muzani dan masuk kedalam agama Rasulullah SAW. Hal itu terjadi, sebelum matanya melihat langsung dengan Rasulullah SAW dan telinganya mendengarkan sabda-sabda beliau. Pemuda tersebut menjadi orang pertama yang masuk islam di daerah gunung Wurqan.

Baca Juga:  Pengorbanan itu Butuh Nyali dan Langkah (Menjejak 10 Hari Dzulhijjah)

Setelah masuk Islam, pemuda ini menyembunyikan keislamannya dari kaumnya secara umum dan secara khusus dengan pamannya. Setiap ia melaksanakan ibadah, selalu bersembunyi di sebuah lereng yang jauh dari peradaban manusia.

Ia sangat berharap bahwa pamannya akan masuk Islam agar ia dapat mengumumkannya secara terang-terangan, serta dapat menjumpai Rasulullah SAW bersama pamannya sendiri.

Setelah sekian lama pemuda ini memendam kesabaran dan pamannya semakin jauh dari Islam. Dia memberanikan diri untuk memberitahu pamannya. Entah apa yang terjadi nantinya. Pemuda itu berkata kepada pamannya: “Paman, aku sudah lama sekali menantikan agar engkau masuk Islam. Jika engkau berkenan masuk ke dalam Islam maka itu amat baik  engkau lakukan. Jika engkau tidak berkenan, maka izinkanlah aku untuk mengumumkannya di depan manusia”

Mendengar pernyatan keponakannaya tersebut sang paman emosi dan berkata: “ Aku bersumpah demi latta dan uzza, jika engkau masuk Islam maka aku akan mengambil semua yang ada di tanganmu yang pernah aku berikan. Dan aku akan membiarkanmu hidup miskin. Dan aku tidak akan peduli bila kau membutuhkan atau kepalaparan”.

Ancaman ini tidak serta merta menggetarkan pemuda beriman ini. maka serta merta pamannya mengambil seluruh harta yang telah diberikan kepadanya. Dan ia tidak menyisakan apa-apa lagi kecuali pakaian yang menutupi auratnya.

Akhirnya pemuda ini hijrah dan meninggalkan kampung halaman yang membesarkannya. Ia menyusuri langkah menuju madinah dengan kerinduan yang sangat untuk bertemu rasulullah. Ia menuju masjid Rasulullah SAW dan menginap disana pada malam itu.

Fajar telah tiba, begitu salat telah selesai dikerjakan, Nabi SAW melihat pemuda al Muzani tersebut dan bertanya: “Dari suku mana engkau wahai pemuda?” maka pemuda tadi menyebutkan nasabnya. Rasul bertanya kepadanya; “Siapa namamu?” ia menjawab : “Abdul Uzza “. Rasul membalas : “ Ganti dengan Abdullah”.

Baca Juga:  Rahasia Julaibib Jadi Rebutan Bidadari

Kemudian rasul mendekat ke arahnya dan bersabda : “Tinggalah bersama di dekat kami, dan bergabunglah bersama para tamu kami”. Maka sejak itu, semua manusia memanggilnya dengan nama Abdullah al Muzani. Dan para sahabat memberinya gelar Dzul Bijadain setelah mereka melihat bijadaih dan mereka tidak mau menceritakannya. Maka bijadaih ini lebih terkenal dalam sejarah dari pada gelar yang diberikan kepadanya.

Hingga akhirnya pemuda tersebut ikut selama hidupnya bersama Rasulullah SAW hingga mati syahid di medan peperangan.

Dalam cerita tersebut dapat diambil pelajaran bahwa, harta yang diberikan di dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehidupan akhirat dan amal perbuatan kita untuk menjadi bekal mati kita dalam keadaan khusnul khatimah. Wallahu a’lam. [HW]

Disarikan dari buku karya Abdurrahman Raf’at al Basya, Shuwar min hayati shahabah. Jakarta: Darul Adab al Islami, 2008

Muhammad Waliyuddin
Mahasiswa Hukum Pidana Islam di UIN Walisongo Semarang dan Pegiat di Komunitas Ancang Baca Semarang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah