Opini

Respon terhadap Puisi “Paskah”

Saya melihat ini sepintas tadi pagi, barusan ada yang bertanya, awalnya saya berpikir tak penting mengomentari ini, karena isinya jelas bertentangan dengan akidah Islam. Saya pikir masa ada muslim yang imannya tidak menolak bait-bait puisi dalam video itu.

Tidak peduli penulisnya siapa, jelas puisi ini setiap kalimatnya bertentangan dengan firman Allah swt dalam surat al-Nisa ayat 157. Tidak ada teologi agama lain yang dibantah secara eksplisit oleh al-Quran selain, pertama trinitas dan yang kedua peristiwa penyaliban Yesus (Isa Alaihi Salam).
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا ٱلْمَسِيحَ عِيسَى ٱبْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ ٱللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ ۚ مَا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا ٱتِّبَاعَ ٱلظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًۢا
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada senior dan kawan umat Kristiani dalam list pertemanan saya, saya sendiri pernah mengikuti paskah di Yogyakarta, tahun 2015, saya katakan puisi ini sudah melewati batas toleransi yang dibolehkan dalam Islam.

Jika betul video pembacaan puisi oleh santri putra/putri pesantren NU, maka kita sungguh merasa prihatin dengan kualitas pengurus dan mungkin juga pengasuh pesantrennya. Bagaimana mungkin kita merusak akidah putra-putri kita yang membaca puisi itu dan juga yang mendengarnya dari video.

Baca Juga:  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Mencela Sifat Kikir

Saya sudah membaca injil keseluruhan, dari profil paulus sampai perjalanan “dakwahnya” hingga akhir, banyak ayat-ayat yang sama dengan dengan al-Quran dan hadis Nabi, tidak sedikit juga yang bertentangan bahkan dibantah oleh al-Quran, termasuk soal penyaliban Isa al-Masih ini.

Dalam Injil dimuat dalam banyak ayat, dari sebelum perjamuan terakhir, penghianatan Yudas Iskariot dan kebangkitan Isa, semua berita injil soal peristiwa penyaliban dan kebangkitan Isa dibantah oleh al-Quran, dengan dua ayat dalam surat al-Nisa, ayat 157 diatas dan ayat 158. Yang menegaskan Isa tidak disalib melainkan diangkat kelangit, dan kini masih hidup, seperti kita menjadi umat Nabi Muhammad saw.
بَل رَّفَعَهُ ٱللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha.

Al-Quran surat al-Nisa ayat 157-158 adalah ayat muhkamat, qathiyu dilalah, ulama bersepakat mengenai maksudnya tidak ada perselisihan dalam tafsirnya.

Seharusnya ayat dan hadis Nabi yang eksplisit seperti ini menjadi rambu-rambu dan batas bertoleransi. Warga NU jangan hanya semangat berorgasinasi, istigosah dan pawai, tapi harus semangat ngaji.

Ahmad Tsauri
Dosen IAIN Pekalongan, Alumnus UIN Sunan Kalijaga, dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Opini