Lampung adalah sebuah daerah yang terletak berbatasan dengan Banten yang menajdi penghujung pulau Jawa. Sebelum peristiwa meletusnya gunung berapi, dulu Lampung dan Banten adalah satu lanjutan daratan yang mempertemukan antara pulau Jawa dan pulau Sumatera. Selain itu Lampung juga memiliki perbatan yang juga strategis yakni bersandingan dengan Palembang atau yang dulu dikenal sebagai Sriwijaya.
Kondisi yang demikian tentu tidak mengherankan bila Lampung memiliki sentuhan kebudayaan yang erat dengan Jakarta atau lebih khusunya wilayah banten dan juga Palembang. Sejarah tentu mencatat bagaimana dulu Palembang adalah peradaban kemaritiman dan pernah memiliki satu titik puncak kejayaan.
Oleh sebab itu, bila membincang terkait dengan sejarah Islam Nusantara tentu Lampung juga memiliki andil sebagai partikel dari sejarah meskipun sedikit orang yang sudi untuk menuliskan dan yang lebih miris kadang kali orang Lampung sendiri pun tidak memiliki kesadaran itu.
Tulisan saya yang sederhana ini akan coba memperkenalkan seorang ulama dan juga pejuang dari Lampung yang saya pribadi mengatakan dirinya layak disebut sebagai pahlawan Nasional meskipun gelar belum disematkan keapdanya. Dan beliau adalah KH Ahamd Hanafiah, seorang yang berasal dari Lampung Timur tepatnya kecamatan sukadana (kini).
KH Ahamad Hanafiah lahir pada tahun 1905 dan wafat pada tahun 1947 dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan Belanda yang mencoba untuk kembali menjajah Indonesia. Ia adalah putera dari KH Muhammad Nur, pengasuh pondok pesantren Istishodiyah tempat dirinya dilahirkan.
Lahir dari keluarga seorang pengasuh pesantren membuatnya tak jauh-jauh dari dunia yang sama. Di mana dirinya belajar ilmu agama kepada ayahnya khusunya bidang keislaman sebelum nanti dirinya juga tercatat melanjutkan pendidikannya guna memperdalam kesilamannya di Malaysia dan juga Mekah. Dari pengembaran intelektual inilah yang membuat keilmuannya mapan dan matang.
Keilmuannya yang matang membuat dirinya tak hanya menjadi ulama, namun juga pejuang yang tak memiliki rasa takut dan gentar terhadap musuh. Saat membincang soal sejarah perjuangan, KH Ahmad Hanafiah adalah pimpinan Hizbullah wilayah Sukadana dan juga sebagai anggota “Chung Sangi Kai” di Karesidenan Lampung 1945-1947. Dirinya memimpin Hizbullah untuk mempertahankan kemerdekaan Lampung dari Agresi militer Belanda yang juga pada saat itu Lampung memiliki pimpinan Hizbullah di wilayah Pringsewu yang dikenal KH Ghalib yang saat itu pimpinan Hizbullah pusat ditampu oleh Zainul Arifin Pohan atau yang dijuluki panglima santri.
Perjuangannya yang tak kenal menyerah mengalami titik puncak ketika dirinya harus kandas di tangan musuh lalu tertangkap. Ia kemudian dimasukan ke dalam karung lalu di buang ke sungai dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan belanda dari agresi Belanda pada tahun 1947.
Pembuangan dirinya ke sungai membuat KH Ahmad Hanadfiah secara kaca mata sejarah tidak memiliki Maqbarah atau makam yang bisa disambangi oleh generasi setelahnya. Kabar baiknya akhir-akhir ini para cendekiawan dari UIN Raden Intan Lampung masih mengusahakan dirinya untuk dijadikan pahlawan nasional seusai Prof Dr Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D selaku Wakil Rektor III UIN Raden Intan yang secara konsen menelitinya. Dan pihak Lampung timur pun menyambut hangat keseriusan itu dengan kerjasama untuk upaya menjadikan KH Ahamd Hanafiah sebagai pahlawan Nasional.
Terlepas dari KH Ahmad Hanadfiah bila membincang soal Lampung tentu masih banyak sebenarnya tokoh yang lain yang dalam masa hidupnya juga turut memiliki andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan juga turut menjadi penyebar Islam di tanah Lampung. Namun minimnya kesadaran literasi dalam hal khusu yaitu sejarah membuat para pejuang dan pendakwah tidak terdeteksi.
Wallahu A’lam Bi Shawab.
Diolah dari berbagai sumber.