Salah satu istilah yang diintrodusir KH MA Sahal Mahfudh adalah basic need approach (pendekatan kebutuhan dasar). Hal ini dibuktikan Kiai Sahal dalam dakwah bil hal. Lewat BPPM (Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), Kiai Sahal memberdayakan ekonomi umat dengan langkah-langkah sistematis-fungsional sesuai dengan kebutuhan umat.
Penyadaran lewat pencerahan intelektual dilakukan secara gradual. Baru setelah masyarakat sadar akan pentingnya membangun ekonomi, pelatihan skills dilakukan. Jika masyarakat belum sadar dan tergugah akan pentingnya membangun ekonomi, maka pelatihan skills professional tidak banyak manfaatnya.
Dalam dakwah bil hal lewat BPPM, orientasi utama Kiai Sahal adalah memberikan kail sehingga masyarakat berani memulai usaha dengan manajemen professional yang akhirnya meningkatkan pendapatan. Lama-kelamaan langkah ini akan mewujudkan kemandirian ekonomi yang dicita-citakan Kiai Sahal.
Metode Kiai Sahal ini ternyata efektif dalam melakukan transformasi ekonomi umat. Maka, berbagai cemoohan dan celaan yang ditujukan Kiai Sahal pada saat memulai program pemberdayaan ekonomi umat ini berubah menjadi pujian dan apresiasi setelah melihat keberhasilan program ini yang dilakukan secara sungguh-sungguh, konsisten, dan tanpa pamrih.
Bahkan keberhasilan program ini mendapat apresiasi dari banyak kalangan luar, khususnya pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi. Banyak sekali skripsi, tesis, dan disertasi yang mengkaji model pemberdayaan ekonomi yang digerakkan Kiai Sahal.
Uniknya, pendekatan kebutuhan dasar Kiai Sahal ini terinspirasi dari khazanah intelektual Islam yang digeluti Kiai Sahal. Dalam ushul fiqh, pendekatan kebutuhan dasar ini sesuai dengan terminologi hajat (kebutuhan) dalam Islam yang dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
a. Dlaruriyyah (kebutuhan primer)
b. Hajiyah (kebutuhan sekunder)
c. Tahsiniyah-Takmiliyah (komplementer)
Basic need approach ini juga terinspirasi oleh metode penurunan al-Qur’an. ketika khataman kitab malam 17 Ramadan di PP Maslakul Huda Kajen, Kiai Sahal sering menyampaikan latar belakang mengapa Allah menurunkan al-Qur’an. Salah satunya adalah:
1. Pertanyaan para sahabat. Al-Qur’an turun untuk menjawab pertanyaan tersebut. Contohnya banyak sekali. Antara lain: يسألونك عن الخمر والميسر, يسألونك عن اليتامي, يسألونك عن الانفال, dan lain-lain.
2. Peristiwa (haditsah) yang membutuhkan solusi yang tepat. Misalnya, ketika orang-orang Kafir bernegosiasi kepada Nabi supaya Nabi menyembah berhala satu tahun dan orang kafir menyembah Allah satu tahun. Turunlah QS. Al-Kafirun: ُلْ يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ {1} لآَأَعْبُدُ مَاتَعْبُدُونَ {2} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {3} وَلآَأَنَا عَابِدُُ مَّاعَبَدتُّمْ {4} وَلآَأَنتُمْ عَابِدُونَ مَآأَعْبُدُ {5} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ {6}
3. Pertentangan (munaza’at) yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan solusi. Misalnya turunnya al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebohongan orang yang menuduh Aisyah berselingkuh. Turunlah ayat: ان الذين جاؤا بالافك عصبة منهم
Maka, wajar jika banyak kalangan menyebut sumber pembaharuan pemikiran Kiai Sahal yang dikenal dengan fikih sosial iini lahir dari khazanah intelektual yang digeluti Kiai Sahal di pesantren. Khazanah tersebut dikenal dengan nama kitab kuning.
Ini menjadi pelajaran berharga bagi santri untuk serius mengkaji kitab kuning dan mengembangkannya secara kontekstual supaya mampu melahirkan pemikiran-pemikiran cemerlang yang menjadi solusi permasalahan umat dan bangsa.
الي روح شيخنا العالم العلامة الحاج محمد احمد سهل محفوظ ووالديه واساتيذه ومشايخه الفاتحة … امين