Dalam acara sambangan rutin bulanan wali santri Yanbu’ul Qur’an Boarding School 1 Pati pada hari Ahad 06 Oktober 2019 di Masjid al-Waq YQBS 1 Pati, Abah KH Muhammad Ulil Albab Arwani menyampaikan Mau’idhoh Hasanah kepada para wali santri dan santri-santri YQBS 1 Sukoharjo Wedarijaksa Pati.
Di antara nasihat Abah Ulil Albab untuk orang tua yang sedang memondokkan anaknya adalah:
Pertama, Bukti tanda cinta orang tua kepada anak adalah dengan menyayangi, mendoakan, menafkahi dan membiayai pendidikan anak-anaknya.
Kedua, Jika kita menjadi orang tua, sementara anak kita mondok di Pesantren, mari kita upayakan selalu membayar syahriyyah tepat waktu. Sebab, manakala kita terlambat bayar syahriyyah, maka makanan yang dimakan anak-anak kita dipondok, bisa masuk dalam kategori ghosob. Ini merupakan salah satu usaha supaya anak-anak kita memakan makanan yang halal. Karena makanan yang halal akan membawa berkah bagi anak-anak kita.
Ketiga, Suatu ibadah bisa terjaga dan diterima oleh Allah, manakala seorang hamba senantiasa menjaga segala yang masuk ke dalam mulutnya. Jika makanan yang dimakan adalah haram, Fan-Naru Aula Bihi, maka neraka lah yang lebih utama untuknya.
Keempat, Sebisa mungkin, kita mengamalkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلَالًا طَيِّبًا”
“Dan makanlah kalian dari apa yang sudah direzekikan oleh Allah perkara yang halal lagi yang baik.”
Kelima, Sebagai orang tua, kita harus menjaga sumber makanan untuk keluarga kita, apakah halal atau haram? Sebab, jika sumbernya adalah haram, maka makanan haram yang dimakan akan menjadi daging yang menyatu dalam tubuh kita, dan menjadi sebab ketidak berkahan keluarga kita, serta menjadi sebab pula yang menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang tidak sholeh, na’udzubillah min dzalik.
Keenam, Sebagai orang tua, jika kita memang sayang kepada anak-anak, maka kita harus selalu mendoakan mereka. Karena doa orang tua yang ditujukan kepada anak bagaikan doa nabi terhadap umatnya,
“دُعَاءُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ كَدُعَاءِ النَّبِيِّ لِأُمَّتِهِ”
Ketujuh, Al-Qur’an ini harus kita yakini merupakan sesuatu yang sangat agung dan merupakan mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam.
“وَمُعْجِزَاتُهُ كَثِيْرَةٌ غُرَرْ :: مِنْهَا كَلَامُ اللهِ مُعْجِزُ الْبَشَرْ”
“Mukjizat Nabi begitu banyak lagi bercahaya :: Diantaranya kalam Allah mukjizat untuk manusia”
Kedelapan, Selama ada al-Qur’an dan selama al-Qur’an selalu dibaca dan dikaji, insyaAllah tidak akan kiamat. Karena sebelum terjadinya kiamat, al-Qur’an akan diangkat oleh Allah terlebih dulu. Sehingga yang tersisa saat hari kiamat nanti adalah orang-orang buruk, yang lalai dan tidak bisa membaca al-Qur’an.
Kesembilan, Maka mumpung al-Qur’an ini masih bisa kita nikmati, mari kita nikmati, kita cintai, kita syukuri, dengan cara terus menerus membaca, mentadabburi, dan mengamalkannya.
Kesepuluh, Orang tua yang memondokkan anaknya untuk menghafalkan al-Qur’an, di rumah juga harus mau untuk belajar atau mengajarkan al-Qur’an. Jangan sampai anaknya di pondok istiqomah membaca al-Qur’an, sementara orang tuanya di rumah tidak. Harus ada keserasian dalam upaya menjaga al-Qur’an antara anak dan orang tua, supaya dapat melahirkan limpahan keberkahan al-Qur’an.
Kesebelas, Meskipun usia kita tidak lagi muda, kita jangan malu untuk belajar al-Qur’an, karena tidak ada batasan usia dalam belajar al-Qur’an. Tidak ada kata terlambat dalam belajar al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam saja menerima al-Qur’an saat beliau berusia 40 tahun. Jangan sampai kita punya pikiran, bahwa al-Qur’an itu hanya pantas dipelajari oleh anak-anak.
Keduabelas, Orang tua yang memondokkan anaknya hendaknya selalu mewiridkan bacaan al-Qur’an. Setiap hari harus punya waktu khusus untuk membaca al-Qur’an. Jangan malah WA-nya yang dijadikan wiridan.
Ketigabelas, WA-nya bapak ibu kepada Allah, ya dengan membaca al-Qur’an. Karena, barang siapa yang ingin berkomunikasi dengan Allah, maka hendaknya ia membaca al-Qur’an,
“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُّكَلِّمَ مَعَ اللهِ فَلْيَقْرَإِ الْقُرْأَنَ”
Keempatbelas, Kita sebagai orang tua, harus selalu berusaha untuk mengamalkan al-Qur’an. Diantara yang sangat penting untuk kita amalkan dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis, adalah perintah Allah untuk berkata kepada manusia dengan perkataan yang baik-baik,
“وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا”
“Dan berkatalah kalian kepada manusia dengan ucapan yang baik.”
Kelimabelas, Contoh aplikasi dari ucapan yang baik terhadap manusia adalah membiasakan diri untuk berterima kasih dan memberikan pujian terhadap orang-orang di sekitar kita. Kepada suami atau istri, kita sering memberikan pujian. Kepada anak-anak, kita sering memberikan pujian. InsyaAllah, jika kita mau mengamalkan ini, maka dalam rumah tangga kita tidak akan ada pertengkaran. Karena ucapan-ucapan yang baik ini akan mewariskan kedamaian dan menjadikan rumah kita menjadi miniatur surga, sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam:
“بَيْتِيْ جَنَّتِيْ”
“Rumahku adalah surgaku”
Keenambelas, Sepulang dari sambangan ini, bapak-ibu harus ada perubahan. Mulai sekarang, niatnya diperbaiki kembali. Karena niat yang baik akan melahirkan perkara-perkara yang baik pula. Allah selalu mengikuti persangkaan hamba-hambanya. Jika prasangkanya baik, maka baik pula. Jika prasangkanya jelek, maka jelek pula.
“أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ”
Di antara nasihat Abah Ulil Albab untuk santri-santri yang sedang menghafalkan al-Qur’an adalah:
Pertama, Santri-santri yang sedang menghafalkan al-Qur’an harus punya semangat yang tinggi dalam membaca dan menghafalkan al-Qur’an.
Kedua, Tanamkan dalam diri kalian, bahwa ketika kalian menghafalkan al-Qur’an, sebenarnya kalian sedang berproses untuk menggayuh sebuah kemuliaan yang sangat tinggi.
Ketiga, Derajat kita di surga kelak, sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an yang selalu kita baca dan hafalkan. Semakin banyak kita membaca al-Qur’an, semakin tinggi derajat kita di surga kelak.
Keempat, Di akhirat kelak, akan diucapkan kepada orang-orang yang memiliki al-Qur’an: “Bacalah (al-Qur’an), dan tartillah, dan naiklah (ke derajat yang lebih tinggi)!”
“يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْأَنِ: إِقْرَأْ وَرَتِّلْ وَارْتَقِ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ أَيَةٍ كُنْتَ تَقْرَؤُهَا”
“Akan diucapkan kepada pemilik al-Qur’an: bacalah, tartillah, dan naiklah! Sebagaimana engkau membaca al-Qur’an secara tartil di dunia. Karena sesungguhnya tingkatanmu sesuai dengan akhir ayat yang kamu baca.”
Kelima, Menurut sebuah riwayat dikatakan, bahwa jumlah bilangan tingkatan di surga sesuai dengan jumlah bilangan ayat al-Qur’an, yaitu 6236 ayat. Jadi, ibaratnya, kenaikan tingkat di surga itu seperti kita naik lift, dimana ayat-ayat al-Qur’an adalah tombol-tombol angka yang bisa mengantarkan kita naik di tingkatan yang mana. Tingkatan kita di surga, sesuai dengan berapa banyak ayat terakhir yang kita baca di dunia.
Keenam, Santri-santri al-Qur’an harus menanamkan dalam diri, bahwa ketika kalian bisa menghafalkan al-Qur’an dan mengamalkannya, maka kelak di akhirat, orang tua kalian akan diberi mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari dunia. Ini kesempatan bagi kalian untuk berbakti kepada orang tua dunia akhirat, dengan senantiasa membaca dan mengamalkan al-Qur’an,
“مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيْهِ أَلْبَسَ اللهُ وَالِدَيْهِ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِيْ بُيُوْتِكُمُ الدُّنْيِا”
“Barang siapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka Allah akan memakaikan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota pada hari kiamat, yang sinarnya lebih indah dari sinar matahari di rumah-rumah kalian di dunia.”
Semoga kita semua diberikan Allah kemanfaatan dan kemampuan untuk sam’an wa tho’atan dalam mengamalkan dhawuh-dhawuh Abah Albab di atas. Aamiin ya Robbal ‘alamin.