7 Agenda Strategis

Duet KH. Miftachul Akhyar dan KH. Yahya Chalil Tsaquf adalah duet fakih-intelektual. KH. Miftachul Akhyar adalah sosok ulama yang berpetualang dari pesantren ke pesantren. Beliau berkarir dari bawah. Rais Syuriyah PCNU Surabaya, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, Wakil Rais Am, Pejabat Sementara Rais Am, dan akhirnya menjadi Rais ‘Am PBNU.

KH. Yahya Chalil Tsaquf adalah kader penerus ayahnya, KH. Chalil Bisri dan pamannya, KH. A. Mustafa Bisri. Gus Yahya, panggilan akrabnya, digembleng ayahnya, meneruskan studi di Krapyak, mendalami ilmu agama di Makkah, dan bergumul dengan dunia pergerakan kebangsaan.

KH. Miftachul Akhyar dikenal dengan penguasaan mendalam terhadap turast (khazanah keilmuan yang menjadi peninggalan ulama terdahulu, kitab kuning), khususnya fiqh, tasawuf, dan sejarah Islam. Banyak sumber yang menyatakan bahwa KH. Miftachul Akhyar sangat teliti dalam mengkaji dan menelaah hasil bahtsul masail yang diadakan LBM-NU (Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama).

Gus Yahya dikenal sebagai intelektual yang produktif melahirkan karya yang memberikan kontribusi besar dalam membangun peradaban dunia yang berbasis humanitas substansial. Bukunya PBNU (Pekerjaan Besar Nahdlatul Ulama) menggambarkan peran yang seharusnya dimainkan Nahdlatul Ulama dalam membangun peradaban dunia. Misalnya dalam konteks perdamaian, persaudaraan, dan kesejahteraan umat manusia.

7 Agenda Strategis

Prestasi yang sudah ditorehkan KH. Said Aqil Siradj selama dua periode kepemimpinannya harus dilanjutkan dan dikembangkan Gus Yahya. Ada 7 agenda strategis yang layak menjadi prioritas.

1. Mengembangkan UNU

Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) sebagai lumbung kaderisasi harus dikembangkan, baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Meningkatkan Lazisnu

Kemajuan Lazisnu harus ditingkatkan supaya kehadiran NU benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga NU dan masyarakat secara keseluruhan.

3. Memberdayakan LP Ma’arif

Lembaga pendidikan ma’arif harus diberdayakan sumber daya guru, sarana prasarana, kekuatan finansial, dan networking relationship supaya mampu bersaing di level nasional dan global.

Baca Juga:  Katib Syuriah PWNU Aceh Resmikan Sekretariat PCNU Aceh Besar
4. Optimalisasi Aswaja Center

Aswaja center yang diinisiasi PWNU Jatim sudah saatnya dioptimalkan di seluruh cabang se-Indonesia. Aswaja center menjadi pusat edukasi, training, dan dinamisasi doktrin Aswaja supaya mampu merespons masalah-masalah kontemporer.

5. Dakwah Digital

Fenomena Gus Baha’ yang punya pengaruh luas tidak lepas dari keberhasilan teknologi informasi, baik facebook, twitter, youtube, dan lain-lain. Para kiai dan kader-kader NU yang berkualitas harus disupport dengan teknologi modern supaya dakwah digital NU mampu mencerahkan dan menggugah kesadaran publik secara luas menuju nilai yang diajarkan Nabi Muhammad dan ulama salafus shalih.

6. Menggali Manuskrip Ulama Nusantara

NU adalah jangkar Islam Nusantara. Salah satu kekayaan Islam Nusantara adalah karya-karya ulama nusantara, baik yang bermukim di nusantara atau di luar negeri, seperti Makkah, Madinah, Mesir, dan lain-lain. Masih banyak karya ulama nusantara yang belum diterbitkan dan dikonsumsi publik. Saatnya NU menjadi pioner dalam menggali khazanah keilmuan ulama nusantara.

7. Fungsionalisasi Program Kaderisasi

Kaderisasi mutlak dalam organisasi sebagai sarana efektif dalam melanjutkan dan mengembangkan potensi organisasi. PKPNU (Pendidikan Kader Nahdlatul Ulama) dan MKNU (Madrasah Kader Nahdlatul Ulama) harus disempurnakan kurikulum dan metodenya supaya menghasilkan kader penerus handal, militan, dan produktif dalam memajukan organisasi.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kekuatan, pertolongan, dan kesuksesan kepada pengurus PBNU Masa Khidmat 2021-2026 di bawah duet kepemimpinan KH. Miftachul Akhyar dan KH. Yahya Chalil Tsaquf, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. []

Dr. H. Jamal Makmur AS., M.A.
Penulis, Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pati, dan Peneliti di IPMAFA Pati

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini