“Mempercepat pendaftaran, melangsungkan pendaftaran secara standar, atau melambatkan pendaftaran anak untuk belajar merupakan keputusan penting, sehingga tidak terjadi misedukasi” – Rochmat Wahab

Pada dasarnya setiap tahun orangtua selalu menghadapi momentum yang sangat penting bagi anaknya. Waktu awal untuk mengirimkan anak belajar ke Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Jika tepat waktunya, maka anak dapat belajar dengan baik dan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun jika salah, maka terjadi misedukasi yang tidak menguntungkan anak untuk studi ke jenjang-jenjang selanjutnya. Jika tidak ada koreksi akan berdampak juga terhadap karier dan hidupnya.

Pada prakteknya, tidak sedikit orangtua yang kurang peduli dan kurang mengetahui tumbuh dan kembang anak. Di samping ada juga cukup banyak yang mengetahui dan “sok”mengetahui. Ragam latar belakang orangtua sangat menentukan keputusan waktu anak memulai sekolah. Ada anak yang lebih awal usia memasuki sekolah, memasuki usia sekolah yang normal, dan ada juga yang memasukkan sekolah lewat usia.

Pilihan waktu memulai dengan usia yang tepat sesuai kondisi dan kemampuan anak, dengan asumsi anak berkemampuan normal, cenderung bisa menfasilitasi anak belajar dengan baik dan tanpa beban sepanjang waktu belajar atau sekolah, bahkan hingga kuliah. Namun anak yang dikirim ke sekolah lebih awal dari usia standar, sementara diasumsikan anak berkemampuan normal dan di bawahnya, maka anak cenderung akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Sedangkan anak yang berpotensi tinggi dikirim ke sekolah di usia standar, maka diduga anak akan berpotensi menghadapi masalah. Anak cenderung menyepelekan karena materi belajarnya terlalu mudah dan habis selesaikan tugas lebih awal bisa mengganggu temannya. Akibatnya anak menjadi nakal. Bisa-bisa gagal sekolahnya.

Baca Juga:  Menag: Seleksi Mahasiswa Sarana Peningkatan Mutu PTKIN

Untuk menyelamatkan anak sehingga bisa berhasil studi dan karirnya, orangtua seharusnya mengetahui potensi, kondisi dan kesiapan anak di usia dini. Bagaimana kondisi dan pertumbuhan fisik, perkembangan dan kematangan sosial, bahasa, emosi dan kognitif? Untuk mengetahui persoalan ini, idealnya orangtua bisa konsultasi dengan para ahli, psikologi anak dan psikolog yang menguasai tes psikologis. Dengan begitu dapat diketahui sejumlah informasi psikologis anak. Namun mengingat masyarakat belum familiar dengan tes psikologis, orangtua bisa konsultasi atau bertanya kepada konselor atau guru BK atau orang lain yang dipandang bisa memberi informasi tentang anak. Semuanya itu diupayakan untuk menghindari terjadinya misedukasi.

Jika kita memasukkan anak ke PAUD atau TK lebih awal dan anak merasa baik-baik saja, maka proses pendidikan selanjutnya ikuti alurnya. Jika anak mengalami kemudahan pada semua aspek bahkan memiliki kesiapan yang prima maka anak bisa memasuki SD setahun lebih awal. Jika anak mengalami kemajuan yang lambat, bahkan mengalami kesulitan sangat berarti, maka anak bisa ditahan dulu untuk tidak dimasukkan ke SD. Semuanya itu diharapkan bahwa belajar itu selalu menyenangkan. Bukan sesuatu yang berat, menakutkan dan membebani.

Jika selama belajar di SD, anak mengalami belajar secara lancar, tidak ada kesulitan yang berarti dan juga tidak menunjukkan prestasi yang cemerlang, maka anak seharusnya mengikuti proses belajar secara normal. Jika anak selama belajar di SD menunjukkan prestasi yang gemilang, maka anak bisa diakselerasikan, yang normalnya 6 tahun bisa menjadi 5 tahun jika sekolahnya bisa menfasilitasi. Jika tidak bisa menfasilitasi, anak perlu diberi pengayaan sendiri dengan tetap terkontrol. Jangan sampai overload. Jika anak selalu mengalami hambatan dan kesulitan belajar dari kelas awal hingga kelas akhir, maka anak perlu diberi masa transisi dengan melakukan remedial, sehingga memiliki kesiapan untuk belajar pada kelas atau tingkatannya. Di sini orangtua seharusnya selalu memantau dan mendampingi belajar atau proses pendidikan anak untuk terhindar dari kegagalan belajar atau misedukasi.

Baca Juga:  Strategi Penanggulangan Covid-19 Indonesia

Demikianlah bahwa pemahaman dan penguasaan profil anak menjadi informasi penting yang harus dimiliki oleh orangtua dan guru atau sekolah. Bertitik tolak dari informasi yang lengkap tentang anak, orangtua perlu memilihkan sekolah yang tepat dan pembuatan program pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan potensi anak. Demikian pula model dan gaya pembelajaran serta alat bantu atau sumber belajar yang diperlukan secara tepat. Akhirnya di momentum yang penting akhir-akhir ini menjelang pendaftaran sekolah bahwa mempercepat pendaftaran, melangsungkan pendaftaran secara standar, atau melambatkan pendaftaran anak untuk belajar merupakan keputusan penting yang seharusnya dilakukan oleh orangtua, sehingga tidak terjadi misedukasi. Semuanya itu harus difahami secara sistemik, tidak parsial, sehingga keputusan yang dibuat, benar-benar mantap. Di samping itu untuk menjamin kesuksesan pendidikan sangat diperlukan fondasi bangunan karakter. Bangunan karakter ini sangat penting untuk menuju insan dewasa yang bermartabat. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Hikmah