Maulana Syekh Muhanna, beliau pernah dawuh bahwasanya setiap ayat di dalam al Qur’an memiliki tingkatan.
Beliau berkata , “لكل آية مقام”
“Setiap ayat di dalam al Qur’an memiliki maqam“.
Diceritakan maulana Syekh Muhammad Abdhusshomad Muhanna dalam pengajian kitab Ihya Ulumuddin karya Hujjatul Islam al-Imam al- Ghazali di masjid al Azhar al-Syarif.
Beliau bercerita, “Suatu hari ada santri datang kepada gurunya dan mengadukan keberhasilanya dalam mengkhatamkan al-Qur’an setiap malam”.
Sang santri berkata, “Wahai guruku, Alhamdulillah saya setiap malam mengkhatamkan al Qur’an dengan sekali khatam pada setiap malam.”
Kemudian sang guru menjawab, “baik wahai muridku. Coba setelah ini kamu khatamkan al-Qur’an bagaikan kamu mengkhatamkannya di depanku.”
Setelah itu, santri itu pun mencoba perintah sang guru untuk mengkhatamkan al-Qur’an bagaikan mengkhatamkannya di depan sang guru. Setelah itu, sang guru pun tidak menemuinya di dalam majelis selama satu minggu.
Setelah satu Minggu dia tidak hadir, keesokan harinya sang santri pun datang kepada gurunya. Lalu gurunya berkata, “Kamu kemana saja wahai anakku, mengapa satu minggu aku tidak melihatmu,?”
Sang santri pun menjawab: “Wahai guruku, sungguh saya masih dalam proses mengkhatamkan al-Qur’an seperti apa yang Engkau perintahkan, dan saat ini masih di setengah pertama dari al-Qur’an .”
Lalu lanjut sang guru, “Baiklah, wahai anakku. Sekarang, saya ingin kamu mengkhatamkannya bagaikan kamu menghkhatamkannya di depan Baginda Nabi Muhammad Saw.”
Kemudian sang santri itu pun tidak hadir di majelis sang guru selama satu bulan. Lalu, sang guru menemuinya untuk melihat bagaimana kondisi santri tersebut. Ternyata, ketika ditanya akan keadaannya, dia hanya bisa selesai membaca surat al-Fatihah.
Setelah mengamalkan apa perintah dari gurunya, yaitu; mengkhatamkan al-Qur’an bagaikan mengkhatamkannya di depan Baginda Rasulullah Saw, lalu sang guru berkata, “Baiklah, wahai anakku, sekarang saya menginginkanmu untuk mengkhatamkan al- Qur’an bagaikan kamu membacanya di depan Sayyidina Jibril a.s.”
Dan setelah beberapa waktu lamanya, sang santri pun mengadu kepada gurunya bahwasanya dia hanya bisa selesai membaca Bismillah.
Dari kisah tersebut Syekh Muhanna menyampaikan, bahwa kita dapat memetik pelajaran tentang tingkatan orang dalam membaca al- Qur’an.
Begitu pun dengan kisah Sayyidna Umar RA, yang mana ketika beliau telah menghafalkan 10 ayat dari al-Qur’an, beliau menyembelih seekor unta. Beliau mempersembahkannya untuk para Ahlullah ketika itu.
Maka inilah bentuk dari tingkatan tadabur Sayyidina Umar dan tahaqquq akan tingkatan ayat yang telah beliau baca. Beliau tidak melanjutkan ke ayat lainya, kecuali setelah benar-benar tahaqquq akan tingkatan pada ayat tersebut. “karena setiap ayat dalam al Qur’an ada tingkatannya”.