Suka Duka Kuliah di Ahgaff University

Dulu saat tahun 2008, nama Ahgaff masih terdengar asing khususnya bagi saya. Saat orangtua dan keluarga sedikit memaksa saya untuk kuliah di sana, saya pun agak berat untuk menerima. Kenapa tidak di universitas Islam lainnya yang namanya lebih akrab terdengar? Tapi bismillah niat birrul walidain saya mencoba menjalani segala proses mulai dari tes seleksi beasiswa yang sebenarnya materinya tidak terlalu sulit; seputar fikih dan nahwu, juga percakapan dalam bahasa Arab. Bahkan saat sudah sampai di Mukalla pun, pertamanya saya masih belum jatuh cinta dengan kota dan kampus saya ini. Meski jalanan pantai yang kami lewati selama perjalanan dari bandara ke sakan – ya, Mukalla adalah sebuah kota sederhana namun cantik yang terletak di pesisir pantai selatan Jazirah Arab – sangat menenangkan hati kami yang masih diselimuti rindu karena berpisah dengan keluarga.

Gedung kuliah di Foah Masakin, Mukalla.

Namun esoknya, saat memulai wawancara di kampus dengan para dosen yang luar biasa masya Allah dan suasana kampus yang di mana-mana mereka yang kami temui kalau tidak sedang berdiskusi ya sedang membaca kitab dengan serius. Satu dua orang mungkin sedang sibuk dengan laptop mereka, tapi kami sangat yakin mereka tidak sedang menonton film atau hiburan lain. Sepertinya kitab dari maktabah Syamilah dan pdf yang sedang mereka baca. Melihat orang asyik dengan handphone? Sama sekali tidak ada. Ya, karena memang peraturan di Jami’ah khususnya untuk mahasiswa putri sangatlah ketat. Tidak boleh bawa handphone, boleh membawa laptop asalkan tidak tersambung dengan jaringan internet sendiri. Wifi dari kampus pun dibatasi sekedar membuka website-website yang bermanfaat.

Dari situlah, akhirnya mulai muncul cinta, semangat, dan syukur yang mendalam Allah menakdirkan saya bisa belajar di universitas al-Ahgaff. Semua orang belajar dengan keras di sini memperdalam kitab-kitab kuning namun dengan metode perkuliahan yang modern. Tidak ada hari tanpa diskusi, seminar, membuat bahts (makalah). Semua menuntut kami untuk tidak bersantai-santai. Sebab itulah hakikat menuntut ilmu sesungguhnya; memanfaatkan seluruh waktunya untuk ilmu, ilmu, dan ilmu.

Baca Juga:  International Webinar Dunia Santri Community ”Menjelajah Dunia dengan Beasiswa”

Mungkin kalau di universitas negara lain, kami akan mudah untuk tergoda menghibur diri, melakukan me time sampai akhirnya kebablasan, dll. Tapi di sini, meski awalnya terpaksa, akhirnya kami bisa menikmati waktu kita untuk memperdalam ilmu agama dengan didampingi pengajar yang tidak diragukan lagi kapasitas keilmuan beliau dalam ilmu agama. Bahkan tidak hanya keilmuan para beliau yang membuat kami bersyukur menjadi thalibat (mahasiswi) yang pernah menuntut ilmu di Ahgaff, namun juga akhlak dan teladan para beliau benar-benar menambah kekaguman dan ta’dzim kami.

Selain itu, sosok rektor kami Abuyal Habib Abdullah Baharun, yang begitu besar perhatian beliau terhadap keilmuan khususnya pada kami mahasiswa yang merantau dari Indonesia. Kecintaan dan pengetahuan beliau terhadap Indonesia bahkan melebihi pengetahuan kami yang warga asli Indonesia. Beliau bahkan disebut sebagai permata tersembunyi di lembah Hadhramaut. Tak heran sampai saat ini Ahgaff terus berkembang pesat dan bahkan menjadi salah satu universitas yang diperhitungkan dan diperebutkan khususnya oleh pelajar dan santri dari Indonesia.

Beberapa dewan pengajar bersama rektor Ahgaff, Abuyal Habiib Abdullah Baharun

Hal terakhir yang juga menarik dari Ahgaff ini adalah letaknya yang berada di Hadhramaut, sebuah provinsi yang di dalamnya terdapat sebuah kota yang terkenal dengan julukan kota wali; Tarim al-Ghanna. Tak terhitung banyakan awliya’ dan ulama baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat di sana. Sebut saja Sayyidina al-Imam al-Faqih Muqoddam pendiri thariqah alawiyah, al-Imam al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad shohib ratib, Syeikh Abu Bakar bin Salim, dan banyak lagi. Di Tarim juga terdapat makam Nabiyullah Hud as. Salah satu keuntungan luar biasa yang kami dapatkan saat kuliah di Ahgaff, adalah kesempatan emas untuk menziarahi makam Nabi dan para awliya, serta bisa sowan kepada para ulama yang masih ada, memohon doa juga nasihat dari para beliau adalah satu kenangan berharga yang terus kami rindukan sampai saat ini. Dan itu semua kami yakini juga menjadi kunci penting bagi kami dalam mendapatkan futûh.

Salah satu dosen kami seorang mufti kota Mukalla, Syeikh Ali Madhij (alm)

Belajar di Hadhramaut kini benar-benar menjadi idaman. Padahal kalau kita cari di Google, tidak banyak hal menarik yang bisa kita jumpai di sana. Tidak ada mall, tidak ada taman hiburan, tidak ada situs-situs sejarah yang mendunia. Tapi mengutip salah satu kalam ulama, bahwa hakikatnya Tarim adalah surga dunia. Sebab di sana mungkin ribuan majlis Ilmu dan Dzikir tak berhenti diadakan. Masjid-masjid tidak hanya sekedar bangunan berhias kemegahan, tapi juga penuh dengan lautan manusia yang tak putus mengingat panggilan Tuhan mereka. Dan keluhuran akhlak para penduduknya, juga menjadi daya tarik tersendiri yang membuat banyak orang mendamba menuntut ilmu di sana.

Baca Juga:  Siapkan Kader di Abad Kedua, PWNU Jatim Kembali Buka Beasiswa S1

دركاة يا أهل المدينة يا تريم وأهلها

Ingin tau lebih lanjut tentang Ahgaff University dan Beasiswanya?. Yuk, buruan gabung bareng teman-teman yang lain, caranya daftar International Webinar di link berikut Seri 3: “Scholarship 4 Islamic Studies”. [HW]

Narahubung: Darwis (085646864222)

Atina Balqis Izzah Bcs, M.Ag
Penulis Buku Bias Cinta dari Mukalla, Tentang Muslimah, Alumnus PP Ashiddiqiyah Jakarta, PP Manbaul Ulum Banyuwangi, PPQ Nurul Huda Singosari, PP Al Asy'ariyah Wonosobo, Universitas Al-Ahgaff Yaman, PTIQ Jakarta dan Pengasuh PP Ashiddiqiyah Bogor

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini