Beberapa waktu lalu keluarga besar santri di seluruh seantero Nusantara telah merayakan pesta akbar tahunan yakni Hari Santri Nasional yang dikemas dalam bentuk refleksi seminar, workshop, lomba literasi, seremonial upacara, dan aneka kegiatan, dan lain – lain, dengan mengusung tema Nasional; Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.
Santri tidak hanya yang tinggal atau bermukim tetap di asrama Pondok Pesantren, tetapi ia yang telah menyemai benih – benih kebaikan dimana dan kapan saja. Dan yang tak kalah penting di era Revolusi Industri 4.0 sekaligus era Society 5.0 ini santri juga harus melek atau cakap tanggap dengan konteks zaman yakni dalam bentuk literasi digital sekaligus untuk menyongsong generasi emas 2045.
Menyongsong generasi emas 2045 yang akan datang, santri di seluruh seantero Nusantara paling tidak punya bekal modal referensi literasi untuk memasuki hutan belantara literasi digital tersebut. Salah satu yang di baca adalah buku Literasi Digital Santri Millenial Buku Pegangan Santri Di Era Banjir Informasi, penulis buku ini adalah Abdulloh Hamid adalah alumnus Doktoral Universitas Negeri Malang, Jawa Timur, sekaligus juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin, Jagalan, Kudus, Jawa Tengah.
Buku ini terdiri dari empat (4) tema besar, yakni; pertama, santri. Kedua, santri millineal. Ketiga, literasi digital, dan keempat, tradisi pesantren.
Founder Dunia Santri Community (DSC) Indonesia ini, menjelaskan, bahwa santri sering digunakan untuk orang yang sedang atau mendalami agama Islam di Pondok Pesantren. Santri mengalami perluasan makna, KH. Mustofa Bisri mendefenisikan bahwa santri bukanlah yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlaq seperti santri, dialah santri.
Bagi Pendiri Pondok Pesantren Maslakul Huda, Margoyoso, Kajen, Pati, Jawa Tengah, almarhum almaghfurlah, Dr (HC) KH. M. A. Sahal Mahfudz, ada tiga (3) karakteristik yang dimiliki santri, yaitu; pertama, teguh dalam aqidah. Aqidah merupakan fondasi seorang mukmin dan diwilayah ini tidak mengenal kompromi, lakum dinukum waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku).
Kedua, toleran dalam hal syariah yang berhubungan dengan tuntunan sosial. Dalam bidang ini, santri dituntut kreatif dan mampu beradaptasi dengan lingkungan, seperti halnya dakwah Walisongo yang mampu berinovasi secara lembut dan mengajak masyarakat tanpa tahu diajak.
Ketiga, memiliki dan dapat menerima sudut pandang yang beragam terhadap suatu permasalahan sosial. Sebab, orang yang mempunyai sudut pandang yang luas akan bijaksana dan tidak suka menyalahkan orang lain, halaman 4.
Bagi pengurus sekaligus peneliti PC Lakpesdam NU Pati, Jawa Tengah, masa khidmat 2010-2015 ini, Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki akar budaya yang kuat di masyarakat, di Pondok Pesantrenlah santri mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sekaligus ahli ilmu agama Islam (tafaqquh fiddiin).
Pondok Pesantren memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan, antaralain; peranan instrumental, peranan keagamaan, peranan memobilisasi masyarakat, perananan pembinaan mental dan keterampilan.
Abdulloh Hamid, mengklasifikasikan Pondok Pesantren di Indonesia ada lima (5) kategori, yakni; pertama, Pondok Pesantren Mu’adalah (penyeteraan). Kedua, Pondok Pesantren Modern. Ketiga, Pondok Pesantren Berma’had ‘Aly. Keempat, Pondok Pesantren yang Mempunyai Perguruan Tinggi. Kelima, Pondok Pesantren Tahfiz Al Quran, halaman 43.
Suami dari Santi Andriyani, M.Pd ini mengajak santri di seluruh seantero Nusantara agar segmen dakwah santri diperluas masuk ke ranah atau segmen ruang media sosial. Media sosial sekarang menjadi alat ampuh untuk kepentingan apa saja, tidak terkecuali untuk kepentingan dakwah. Siapa saja menguasai media sosial akan mempunyai banyak pengikut (followers) dan pengaruh (influence) yang bisa dimanfaatkan untuk semua hal, baik komersial maupun lainnya.
Kenapa santri penting untuk ikut meramaikan dakwah dunia media sosial / dunia maya ? karena santri mempunyai sanand keilmuan yang tersambung (muttashil) sampai Rasulullah SAW, sehingga kualitas keilmuannya otoritatif (diakui kealimannya).
Jika dulu para Kiai berjihad mengorbankan darah dan air mata melawan penjajah, dan mempertahankan kemerdekaan menggunakan bambu runcing, maka sudah saatnya dizaman sekarang, santri berjihad meramaikan media sosial, yakni dengan konten – konten agama yang berkualitas, bermanfaat, santun dan menyejukkan.
Pesantren maupun santri sendiri perlu menyiapkan diri menghadapi dunia digital yang sudah berkembang demikian pesat. Salah satu cara yang kiranya bisa dipakai oleh Pesantren adalah pemanfaatan media. Media itu bisa berupa macam – macam seperti; website, podcast, YouTube, Facebook, intagram, dan lain sebagainya.
Secara sederhana, dapat dilakukan pemetaan (mapping) ringan tentang bagaimana membangun hingga mengelola literasi digital dalam dunia Pesantren. Pemetaan itu bisa dimulai dengan pertanyaan apakah Pesantren yang bersangkutan sudah mempunyai website ? diharapkan adanya website tersebut agar bisa digunakan sebagai media dakwah digital. Selain itu, website Pesantren bisa digunakan untuk menyebarluaskan pengumuman resmi Pesantren terkait tentang kegiatan Pesantren, hingga sarana edukasi kepada publik, halaman 132.
Persiapan yang matang, baik dari sisi konsep materi maupun teknis Pondok Pesantren masuk dalam dunia literasi digital media Pesantren antaralain; website Pesantren, sosial media ; instagram, facebook, twiter, channel Youtube, podcast, punya tim design media dan humas, dan telah terdaftar di Ayo Mondok.
Pada poin pentingnya literasi digital, transformasi literasi Pesantren yang progresif perlu disambut untuk perluasan pengetahuan santri, tetapi literasi ini juga perlu di antisipasi dan dibina. Hal ini memperhatikan bahwa tidak semua informasi dalam literasi digital sejalan dengan nilai – nilai keislaman Pesantren yang mengedepankan pandangan Islam moderat (tawasuth).
Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesi periode 2019-2024, Kabinet Indonesia Maju pada era Presiden Joko Widodo, Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si, dalam sekapur sirih / sambutannya pada buku ini menyampaikan, buku ini memperkaya khazanah literasi digital, sekaligus bermanfaat bagi para pembaca serta siapa saja yang peduli pada perbaikan kualitas produksi dan konsumsi informasi diberbagai media digital pada era “internet of things” dewasa ini. Sebab kalau diabaikan perkembangan ini bakal berpotensi mendegradasi sisi – sisi kebajikan umat manusia, sebagaimana diutarakan seorang ahli cyber crime, Marc Goodman, ia menyampaikan, “humanity is fully dependent on the internet”; kemanusiaan saat ini sepenuhnya tergantung pada internet.
Buku Literasi Digital Santri Millenial ini bisa dijadikan sebagai pegangan santri, pengamat / peneliti media, akademisi komunikasi media, praktisi literasi, mahasiswa, dan lain-lain, khususnya santri millennial untuk belajar bersama menerima, mengolah, hingga menyebarkan informasi dari dunia digital yang derasnya makin tak terbendung. Sudah saatnya santri, turut serta dan ambil peran demi terwujudnya Islam yang damai nan membawa rahmat diseluruh penjuru dunia (rahmatan lil ‘alamin) melalui dunia digital. Semoga. Selamat Membaca.
IDENTITAS BUKU :
Judul : Literasi Digital Santri Millenial Buku Pegangan Santri Di Era Banjir Informasi
Penulis : Abdulloh HamidPenerbit : PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia Building
Tahun Terbit : September, 2021
Nomor ISBN : 978-623-00-2602-7
Tebal : xxii + 195 Halaman
PERESENSI : Akhmad Syarief Kurniawan,
Peneliti LTN NU Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.