“Jangan Ada Berita Dusta Diantara Kita.” begitulah pikir saya merespons atas terselenggaranya perhelatan Semarak Literasi Digital Jawa Barat, yang diadakan di GOR Mbah Muqoyyim, Jl KH Wahid Hasyim, Kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat pada hari Senin, 19 Juni 2023.
Untuk diketahui, rendahnya literasi digital atau kecakapan dalam menggunakan media digital menjadi salah satu penyebab utama maraknya penyebaran berita dusta (hoaks) di Indonesia.
Andil besar dari Pemprov Jabar beserta LSM, Relawan TIK Jabar dan komunitas-komunitas perlu lebih banyak upaya dalam membantu masyarakat, termasuk mereka yang tak tersentuh media digital, untuk dapat mengidentifikasi hoaks. Maraknya konten informasi di dunia maya, (sosial media) yang mengandung berita dusta itu dapat memerosotkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pendistribusian informasi dari internet.
Karena memang tingkat literasi (digital) masyarakat Indonesia masih mengkhawatirkan dengan masih banyaknya beredar hoaks di kanal-kanal platform media sosial sampai hari ini. Dari banyak insiden yang menunjukkan betapa marak penyebaran berita bohong di Indonesia. Tentu kita masih ingat pemberitaan soal
Termasuk Pemprov Jabar, Relawan TIK Jabar, JABAR Saber Hoaks dan santri Pesantren Buntet Cirebon terus berusaha meningkatkan literasi digital melalui berbagai program.
Ketua Jabar Saber Hoaks, Alfianto Yustinova dalam kesempatan tersebut, meminta masyarakat Cirebon mewaspadai berita hoaks yang tentu akan berantai menyebar baik melalui WhatsApp dan ruang media sosial. Menurut dia, tingkat literasi masyarakat harus diperkuat secara kolaboratif dan akseleratif untuk menangkal penyebaran berita hoaks.
Boleh jadi, acara “Semarak Literasi Digital Jawa Barat” ini merupakan salah satu upaya konkret yang fokus utamanya pada penguatan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam meningkatkan kompetensi literasi bagi masyarakat dan sudah pasti mengantisipasi berita dusta atau berita palsu (hoaks) di kalangan masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Semarak Literasi Digital Jawa Barat, dengan mengusung tema “Membangun Sinergi Ekosistem Digital Jawa Barat yang Cakap dan Berkelanjutan Dalam Memberantas Berita Palsu” tentu perlu ditindaklanjuti demi membangun ekosistem digital yang merata dan beretika. Acara menarik ini diadakan di GOR Mbah Muqoyyim, Jl KH Wahid Hasyim, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat.
Sebagaimana pesan yang disampaikan Pak Uu sewaktu membuka sambutan,
“pemberantas hoaks ini diandalkan untuk mendeteksi misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat melalui sosial media. Jangan sampai masyarakat di Cirebon apalagi para santri jadi korban atau pelaku penyebaran informasi hoaks”, hari Senin, 19 Juni 2023, di GOR Mbah Muqoyyim, Jl KH Wahid Hasyim, Kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat.
Mengetahui kondisi tersebut, dalam hemat penulis “terus nanti bagaimana santri-santri atau orang-orang itu mungkin tidak tersentuh akses informasi yang baik.? Mungkin mereka juga tidak tahu kemana harus konfirmasi. Tidak tahu, dan tidak tahu. Begitu seterusnya, hingga “mengklaim” bahwa informasi yang didapat sebagai kebenaran.
Mengingat pergaulan dewasa kini di era kemudahan digital, tentu pembaca yang berbahagia akan sangat mudah juga menerima berita dusta (hoaks) yang terlanjur tersebar dan membuat resah masyarakat.
Penulis juga bertanya-tanya kenapa berita palsu bisa cepat sekali menyebar di kalangan masyarakat. Bahkan dengan mudahnya masyarakat percaya dengan berita palsu tersebut. Di era media sosial ini, orang-orang semakin mudah mendapatkan informasi sekaligus mudah untuk menyebarkannya.
Bila penulis mengingat pengajaran di pesantren, tentu santri tahu yang namanya Tabayyun, itu dalam bahasa agama, sedangkan dalam Bahasa Indonesia, ya klarifikasi.
Saat menerima pesan dari internet, pahami betul dulu sebelum meneruskan. Jika kita ragu atau belum paham dengan pesannya maka sebaiknya cari tahu (tabayyun) lebih dahulu. Bahwa terjadinya persebaran hoaks dan ujaran kebencian itu juga meresahkan masyarakat pesantren. Tangkap saya sewaktu beliau memberi sambutan dihadapan para hadirin Semarak Literasi Digital Jawa Barat, KH Salman Al-Farisi, Ketua YLPI Buntet Pesantren Cirebon memberikan sambutan di Semarak Literasi Digital Jawa Barat, Senin, 19 Juni 2023.
Melansir dari website kemenag.go.id bahwa pengertian tabayyun dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian secara bahasa dan istilah, Marilah kita simak satu persatu. Secara bahasa tabayyun adalah mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya.
Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang biasa kita kenal KBBI diartikan sebagai pemahaman atau penjelasan. Sementara secara istilah tabayyun adalah meneliti dan menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu permasalahan.
Sebagai masyarakat yang sudah berdampingan menjalani keseharian dengan dunia maya, dunia sosial media dimana mesti ada solusinya. Salah satunya adalah dengan mau banyak membaca agar kita sebagai masyarakat (pengguna sosial media) tidak tertipu oleh berita hoaks.
Terlebih, dengan kehadiran artificial intelligence (AI) saat ini juga harus diwaspadai oleh semua lapisan masyarakat, karena berpotensi mempercepat penyebaran disinformasi. Keberadaan AI juga mengancam dan berpotensi menyebarkan hoaks. Penanganan berita-berita hoaks perlu dilakukan secara serius dan komprehensif antara pihak pemerintah provinsi bersama kabupaten atau kota di Jawa Barat.
Dengan membiasakan lagi membaca, para pengguna dunia maya, sosial media yang notabene-nya adalah anak-anak muda maka melalui aktivitas membaca wawasan menjadi luas dan mendalam. Membaca juga dapat membantu menganalisis berita yang tersebar sehingga tidak asal mempercayainya secara mentah-mentah dan tidak asal juga menyebarkan. []
Cirebon, 20 Juni 2023