Suatu hari terdapat dua orang nelayan yang sedang mencari ikan di tengah-tengah laut. Mereka berdua, Si Alim dan Si Bahlul.

Suatu hari terdapat dua orang nelayan yang sedang mencari ikan di tengah-tengah laut. Mereka berdua, Si Alim dan Si Bahlul. Di tengah-tengah menjaring ikan, tiba-tiba gelombang air laut sangat besar. Mereka berdua mencoba menyelamatkan diri dengan perahu masing-masing.

Allahhu Akbar, Allahhu Akbar” (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar) teriak Si Alim yang mencoba menyelamatkan diri. Begitu pula dengan Si Bahlul.

Allahhu Himar, Allahhu Himar” (Allah itu Keledai, Allah itu Keledai) teriak Si Bahlul.

Akhirnya, Si Alim sampai tepi laut dengan selamat. Karena mendengar teriakan Si Bahlul, ia bergegas kembali ke tengah laut untuk menghampirinya.

‘’Wahai Fulan, yang kau lafazkan tadi itu salah, kau seolah-olah menghina Allah dengan ucapanmu tadi, menyamakan-Nya dengan keledai. Padahal, Allah itu Maha Besar bukan keledai”, tegas Si Alim.

‘’Lalu bagaimana lafaz yang benar ya Fulan ?’’, tanya Si Bahlul.

‘’Allahhu Akbar lah yang benar”, tegas Si Alim.

Kemudian, Si Alim kembali mendayung ke tepi laut dengan perasaan bahagia dan lega. Karena telah membenarkan ucapan Si Bahlul, ia merasa telah berbuat kebajikan dan mendapatkan pahala yang besar.

Setelah kejadian tersebut gelombang air laut mulai tenang.

‘’Wah, tiba-tiba gelombang air laut mulai tenang. Pasti semua ini karena aku telah membenarkan ucapan Si Bahlul tadi’’, gumam Si Alim.

Sembari mendayung, Si Bahlul mencoba mengucapkan lafaz Allahhu Akbar dengan benar. Tapi ia selalu lupa dan salah dalam mengucapkannya.

Gelombang air laut saat itu memang berubah-ubah dan sulit untuk diprediksi. Gelombang air laut mulai besar kembali. Si Alim yang belum sampai ke tepi laut mulai kesal.

“Ada apa ini, gelombang air laut mulai besar lagi. Padahal tadi sudah tenang-tenang saja”, gumam Si Alim.

Baca Juga:  Mimpi Tanah

Ia kemudian teringat Si Bahlul. Si Alim menyangka bahwa gelombang air laut mulai tinggi lagi karena ulah Si Bahlul yang salah melafalkan lafaz Allahhu Akbar. Si Alim hampir sampai ke tepi laut. Tapi, di tengah ia mendayung, terdengar suara yang memanggilnya.

“Wahai Fulan, berhentilah sebentar”, panggil Si Fulan.

Ia tercengang dan kagum, karena melihat Si Bahlul dapat berlarian di atas air laut untuk mengejarnya.

“Wahai Fulan, bolehkah kau ulangi lagi apa yang kau ucapkan tadi. Karena aku terlalu susah untuk mengucapkan lafaz tersebut dan aku telah terlalu lama mengucapkan lafal yang salah’’, terang Si Bahlul.

“Ya Fulan, ucapkanlah lafaz itu semampumu. Karena itu tidak akan mengurangi hakikat dari lafal tersebut”, jawab Si Alim dengan segala kerendahan hati.

Terkadang sangking tertibnya pada sebuah aturan, membuat ruh atau hakikat dari sesuatu itu justru hilang. Padahal, sebuah keyakinan dapat mengalahkan segala hal. [HW]

Robiah Al Adawiyah
Mahasiswa sekaligus santri di Sukoharjo.

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Kisah