Santri

Refleksi Santri; Peradaban untuk Negeri

@Okyarisandi

Bangsa yang besar terdiri dari beberapa unsur masyarakat yang bermartabat. Semua masyarakat hidup berdampingan seiring persaingan global yang semakin menekan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menjadikan masyarakat Indonesia agar memiliki daya saing dalam dunia Internasional. Indonesia salah satu negara yang multikulural, multietnis dan berbagai unsur masyarakat yang hidup dalam tatanan negara yang diatur oleh pemerintahan dalam rangka membangun masyarakat yang memiliki peradaban yang maju. Tidak hanya pemanfaatan Sumber Daya Alam yang optimal, kini pemerintah sangat peduli dengan keberadaan Sumber Daya Manusia, seperti dari kalangan santri. Salah satu upaya membangun peradaban ialah melalui Sumber Daya Manusia yang unggul. 

Manusia yang unggul akan membentuk negara yang unggul. Potret manusia yang seimbang secara moral, etika, intelektual salah satunya tercermin dari keberadaan santri. Berbagai kurikulum pendidikan yang ditekankan dalam pondok pesantren dapat mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang akan digunakan dalam lingkungan masyarakat. Pondok pesantren laksana tempat uji coba secara nyata yang nantinya akan dialami oleh santri ketika berada di tengah masyarakat. Berbagai permasalahan yang dihadapi nantinya di tengah masyarakat perlu adanya binaan mulai dari lingkungan pondok pesantren, seperti pembentukan karakter seperti; kesabaran, ketekunan, keikhlasan, gotong royong selalu dilatih dalam lingkungan pesantren. Selain pembentukan karakter, santri dibina untuk memiliki kematangan ilmu; pembelajaran kitab kuning yang menjadi sorotan dan kajian agama secara tuntas wajib dipelajari melalui para kyai yang ada di pondok pesantren.

Tidak heran, kematangan ilmu agama dan budi pekerti yang mulia tercermin dalam diri seorang santri. Selain itu, ilmu komunikasi seorang santri juga dilatih dalam kesehariannya di pondok pesantren, seperti adanya yaumul lughah atau hari bahasa, misalnya penggunaan bahasa asing dalam hari-hari tertentu, bahkan ada juga pesantren yang melarang penggunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Hal itu bertujuan untuk melatih komunikasi berbahasa asing para santri. Program ini menjadi salah satu program unggulan yang outputnya adalah santri mampu berbahasa asing secara lisan dan tulisan. Tidak heran, beberapa perwakilan Duta Besar dari Indonesia berasal dari kalangan santri.

Baca Juga:  Menjadi Santri Penulis Bersama Gus Hamid

Pembinaan program yang wajib diikuti santri sangat beragam. Saat ini, berbagai potret pondok pesantren di Indonesia yang multikultural dapat membangun pondok yang beragam; ada yang disebut boarding school (sekolah Islam modern) yang diterapkan sistem pembelajaran ala pondok pesantren dan ditambah pembelajaran modern. Dengan akulturasi kurikulum, maka santri mampu menghasilkan teknologi seperti membuat robot, menjuarai kompetisi sains, fisika bertaraf internasional, bahkan mampu mengolah informasi digital secara modern. Atas dasar itu, santri bukan lagi menjadi momok bagi masyarakat, justru kehadirannya menjadi tolak ukur peradaban bangsa.

Analogi dalam membangun peradaban bangsa dapat diadopsi dari proses keseharian di pondok pesantren. Membangun karakter sabar, budaya antri, sholat berjamaah dan kegiatan lainnya yang menjadi rutinitas para santri, termasuk dalam sikap toleransi.

Manusia akan melakukan kebaikan dan kebermanfaatan untuk umat, keluarga bangsa ataupun negara jika ia memiliki rasa cinta pada sesamanya. Mustahil seseorang yang memiliki rasa benci dapat membangun peradaban bangsa yang baik jika tidak dimulai mengerjakan kebaikan dari dirinya sendiri. Sewajarnya, ia akan menyemai benih kebaikan karena rasa cinta terhadap panggilan Tuhannya untuk senantiasa melakukan kebaikan dan keteraturan hidup.

Membangun peradaban dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga, lingkungan hingga memiliki sistem ataupun aturan yang akan membentuk suatu negara yang besar dan beradab.
Bukti nyata peran santri salah satunya ialah para pemimpin negeri yang merupakan output dari pondok pesantren. Sebut saja beberapa dekade lalu, Presiden Indonesia memiliki latar belakang seorang santri, yaitu KH. Abdurrahman Wahid, kemudian tahun ini Wakil Presiden Indonesia KH. Ma’ruf Amin adalah sosok santri yang mampu menjawab persoalan ekonomi bangsa.

Atas dasar itu, peran santri sangat ditunggu untuk membangun peradaban bangsa secara berkelanjutan. Semua aspek kehidupan dapat diperankan oleh santri; mulai dari menteri, ekonom, dokter, guru, dll.

Baca Juga:  Begini Adab Bersama Ulama dan Auliya'

Peradaban bangsa dimulai dari sudut kecil pondok pesantren hingga membangun dunia.
Tidak heran jika akhir-akhir ini peminat masyarakat yang ingin belajar di pondok pesantren sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa santri dapat menjawab tantangan zaman dan hidup berdampingan dengan kemajuan global. Negeri ini tidak dapat dibangun hanya dengan Sumber Daya melimpah, tapi perlunya Sumber Daya Manusia yang unggul yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa.

Membangun peradaban perlu pembelajaran bernilai tinggi. Bagaimana membentuk manusia agar kualitas jiwa dan raganya seimbang untuk terwujudnya sumber daya manusia yang berdaya saing. Konsep pembinaan yang ada di lingkungan pondok sangat variatif yang nantinya menjadi dasar dalam membangun lingkungan terkecil hingga membangun peradaban bangsa ini agar setara dengan negara adidaya dan adikuasa. Refleksi pembelajaran dan kegiatan santri di pondok pesantren merupakan salah satu upaya membangun peradaban negeri ini.

Suci Ramadhanti Febriani
Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Rekomendasi

Memilih Netral
Opini

Memilih Netral

Dulu, dulu sekali sebelum saya berangkat mondok, sekitar tahun 1998an, ketika musim kampanye ...

Tinggalkan Komentar

More in Santri