Pramuka membangun karakter

Siapa yang tidak kenal Pramuka, rasanya hampir semua di antara kita mengenalnya, bahkan pernah mendapatkan pengalaman berharga menjadi Pramuka, baik sebagai anggota, ketua regu, dan atau pembina. Pramuka bisa menjadi mengesankan, karena aktivitasnya berlangsung secara terus menerus seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu. Pramuka terjadi di semua wilayah nusantara, tanpa mengenal tempat dan waktu. Karena itu kontribusi Pramuka terhadap pembentukan pribadi tidak bisa diabaikan.

Hari ini, tanggal 14 Agustus 2020, kita peringati Hari Pramuka. Secara historis, bahwa Pandu Rakyat Indonesia yang terbentuk pada Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia pada 27-29 Desember 1945 di Surakarta, diakui pemerintah sebagai satu-satunya organisasi kepanduan lewat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada 1 Februari 1947. Kemudian pada 1961, Gerakan Pramuka akhirnya terbentuk dengan latar belakang banyaknya organisasi kepanduan di Indonesia. Bahwa pada 14 Agustus 1961 dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional), Kwarnas (Kwartir Nasional) dan Kwarnari (Kwartir Nasional Harian) di Istana Negara di Jakarta, serta penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka. Saat itu Presiden Soekarno menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia yang diserahkan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sejarah Pramuka tentu tak lepas dengan peran Boden Powell yang diakui sebagai bapak Pandu sedunia. Dia dikenal sebagai pemrakarsa gerakan pramuka di abad ke-20. Saat ini Gerakan Pramuka Indonesia dipimpin oleh Budi Waseso yang pernah menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Gerakan Pramuka di Indonesia biasa diikuti oleh para siswa tingkat SD hingga perguruan tinggi. Kelompok dibagi menjadi 4: Kelompok umur 7-10 tahun disebut dengan Pramuka Siaga. Kelompok umur 11-15 tahun disebut dengan Pramuka Penggalang. Kelompok umur 16-20 tahun disebut dengan Pramuka Penegak. Kelompok umur 21 – 25 tahun disebut dengan Pramuka Pandega. Ada juga Kelompok Khusus, yaitu Kelompok yang ditujukan untuk orang yang memiliki kedudukan dalam kepramukaan. Misalnya Pramuka Pembina, adalah sebutan untuk orang dewasa yang memimpin Pramuka. Pramuka Andalan, adalah anggota Pramuka yang mengambil bagian dalam keanggotaan Kwartir dalam Pramuka. Contoh lainnya adalah Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan Majelis Pembimbing.

Baca Juga:  Direktur Diktis: Perkemahan Wirakarya Nasional Berharap diikuti Pramuka Luar Negeri

Dulu kegiatan Pramuka sangat menyenangkan, berkemah secara terbuka, mempelajari tali temali dan berbagai simpul, melakukan penjelajahan, acara api unggun, mencari jejak, acara renungan malam, dan aktivitas lainnya yang tidak kalah menariknya. Semuanya dilakukan sesuai dengan kelompoknya. Meski kelelahan secara fisik, karena aktivitas berkemah yang padat sejak permulaan hari, namun semua terbayar hanya dengan makan mie instan dicampur nasi yang dimasak sendiri, terasa nikmatnya. Yang sangat menarik bahwa untuk memantapkan kecakapan kepramukaan diadakan Jambore.

Sebagaimana agenda besar, Jambore Nasional untuk kelompok penggalang, yang dilakukan setiap 5 tahun yang pertama kali dilangsungkan di Situ Baru Jakarta. Jambore merupakan kegiatan rekreasi edukatif di alam terbuka dalam bentuk perkemahan besar Pramuka Penggalang sebagai sarana pembinaan Pramuka Penggalang yang menitikberatkan pada pengembangan diri peserta yang terdiri atas bidang mental, fisik, intelektual, spiritual dan sosial baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari ikut Gerakan Pramuka untuk anak di antaranya, (1) Membimbing anak untuk meningkatkan iman dan takwanya, (2) Melatih anak untuk mandiri, (3) Melatih untuk lebih disiplin, (4) Mengembangkan kreativitas, (5) Mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, (6) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi, (7) Membangun rasa kebersamaan, (8) Melatih terampilan kepemimpinan, (9) Meningkatkan rasa kepedulian. Semakin tertib dan teratur kegiatan pramuka yang ada, serta didukung dengan komitmen dan disiplin anggota Pramuka, maka semakin banyak manfaat yang dapat dipetik. Terlebih-lebih dalam membangun karakter anggota Pramuka.

Gerakan Pramuka menurut hemat saya dengan strategi konvensional telah berhasil membangun kepribadian peserta Pramuka sebagai pribadi yang baik. Beriman dan bertakwa, bertanggung jawab, disiplin, peduli dan cinta tanah air. Juga toleran dan menghargai perbedaan individu. Namun dengan kemajuan iptek, terutama di era Digital dan RI 4.0, dengan tantangan yang semakin kompleks, model pendidikan dan pelatihan pramuka perlu dilakukan modifikasi, sehingga tetap fungsional. Banyak aktivitas pramuka yang diadopsi oleh Outbound activities. Karena itu untuk menjadikan gerakan pramuka tetap menarik bagi anak-anak dan generasi muda, perlu modifikasi materi dan pendekatan yang di dalamnya termasuk bisa mengimplementasi prinsip-prinsip padagogis yang diintegrasikan dengan prinsip andragogis.

Baca Juga:  Sako Pramuka Ma'arif NU Cianjur Bagikan Masker dan Hand Sanitizer

Demikian juga dalam mensukseskan Hari Pramuka yang ke-59, tahun 2020, yang mengambil tema Peran Gerakan Pramuka Ikut Membantu dalam Penanggulangan Bencana COVID-19 dan Bela Negara perlu disambut dengan baik. Dengan landasan cinta tanah air, disiplin dan kepedulian, seluruh anggota Pramuka perlu tunjukkan partisipasi aktif dalam penanggulangan pandemi. Yang dimulai dari diri sendiri dengan mengikuti protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari dan ikut serta membantu penanganan pandemi sesuai dengan kemampuan dan kondisinya masing-masing.

Di era pandemi kegiatan pramuka baik indoor maupun outdoor, tidak bisa leluasa dijalankan. Kita harus utamakan keamanan, keselamatan dan kesehatan. Untuk sementara anggota harus tetap bersabar, tidak boleh memaksakan adakan kegiatan bersama-sama. Apalagi di daerah hitam, merah, orang dan kuning. Sekiranya menginginkan kegiatan latihan, setidak-tidaknya anak yang berada di daerah hijau. Itupun tetap harus diwasdai dengan ketat.

Akhirnya, bahwa gerakan Pramuka sebagai salah satu bentuk pendidikan non-formal sangatlah berarti bagi anak-anak. Jika pendidikan formal terasa lebih menekankan pada pendidikan akademik, tetapi gerakan Pramuka lebih berpotensi memberikan pendidikan dan pembelajaran kehidupan. Karena itu dampak yang dirasakan adalah pembentukan kepribadian (akhkak), kecakapan softskills, kecakapan kepemimpinan, kemandirian, tanggung jawab, dan kepedulian sosial serta cinta tanah air. Mengingat tantangan yang ada belakangan, perlu dikemas dan dimanaj kegiatan pramuka yang lebih menarik dan menyenangkan serta menaningful. Semoga Gerakan Pramuka ke depan tetap relevan dengan kebutuhan menghadapi tantangan zaman. [HW]

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini