RABI’AH AL-‘ADAWIYAH AL-BASHRIYYAH (w. 801 M)
Perempuan Ikon Cinta Tuhan

Rabi’ah al-‘Adawiyah adalah seorang perempuan ulama. Banyak orang menyebutnya Waliyullah, perempuan kekasih Allah. Namanya sering disebutkan sebagai Rabi’ah al-Qaisiyyah dari Basrah, Irak. Lahir tahun 180 H. Nama ini begitu populer dan melegenda. Ia diingat orang, terutama dalam dunia sufisme Falsafi, sebagai perempuan Ikon cinta Tuhan (al-Hubb al-Ilahi).

Hampir semua sufi besar menyebut nama Rabi’ah al- ‘Adawiyah ini, dalam karya sastra prosa maupun puisi, syair mistis mereka. Perempuan ini mungkin menjadi tokoh perempuan yang sejarah hidupnya paling banyak ditulis orang. Puisi-puisinya didendangkan di mana-mana sepanjang zaman. Para sastrawan terkenal dan para sufi besar menjadikan Rabi’ah sebagai idola. Beberapa tokoh yang menulis tentang Rabi’ah antara lain Abu Amr al-Jahizh, seorang sastrawan besar, dalam “Al-Bayan wa al-Tabyin” , Abu Thalib al-Makki, sufi besar, dalam “Qut al-Qulub” sebuah buku yang menginspirasi Imam Abu Hamid al-Ghazali. Kemudian Abu al-Qasim al-Qusyairi, sufi besar, dalam “al-Risalah al-Qusyairiyah”, yang masyhur itu. Abd al-Rahman al-Sullami, sufi masyhur, dalam “Dzikr al-Niswah al-Mut’abbidat al-Shufiyyat”, Ibn al-Jauzi, muhaddits besar, Farid al-Din al-Atthar, filsuf penyair dalam “Tadzkirah al-Awliya”, dan lain-lain. Belakangan filsuf Arab asal Mesir yang terkenal; Abd al-Rahman Badawi menulis buku berjudul : “Rabi’ah al-‘Adawiyah Syahidah al-‘Isyq al-Ilahy” (Rabi’ah Adawiyah sang Perempuan Mabuk Rindu Tuhan).

Kisah hidup Rabi’ah bukan hanya di dokumentasikan dalam narasi prosais, dan novel, tetapi juga di filmkan seorang sutradara Mesir. Rabi’ah dalam film ini diperankan dengan sangat mengesankan oleh Ummi Kultsum, penyanyi bersuara emas yang legendaris dan disebut sebagai “Kaukab al-Syarq” (Bintang dari Timur). Dua puisi Rabi’ah “Araftul Hawa” dan “Uhibbuka Hubbain“, dinyanyikannya dengan nada-nada melankoli yang mendayu-dayu dan sangat indah. Saat mendengar nyanyian ini saya selalu tenggelam dalam arus pilu dan gairah ekstatis. [HW]

Baca Juga:  Rekonstruksi Ilmu Hadis di Abad Pertama dan Kedua Hijriah

Bersambung

Husein Muhammad
Dr (HC) Kajian Tafsir Gender dari UIN Walisongo Semarang, Pengasuh PP Darut Tauhid Arjowinangun Cirebon, Pendiri Yayasan Fahmina Institute

Rekomendasi

Tinggalkan Komentar

More in Perempuan