Opini

Pendidikan Era Covid19

sumber: freepik.com

Covid-19 menciptakan problem baru pendidikan dan berpotensi mendorong inovasi pendidikan dan pembelajaran” – Rochmat Wahab

Kita sekarang sedang berada dalam kehidupan yang penuh ancaman terbesar dalam pendidikan global atau krisis pendidikan global. Akibat dari Covid-10 meledak, sebanyak 1,6 milyar anak harus keluar dari sekolah pindah ke rumah untuk aktivitas pendidikannya.

Mereka harus menggunakan layanan pendidikan secara masif berbeda dari biasanya. Kejadian yang mendadak ini menuntut perubahan layanan pendidikan yang sangat cepat.

Kita sangat mengkhawatirkam akan timbulnya dampak yang tidak bisa dihindari. Setidak-tidaknya menurut Jaime Saavedra (2020) bahwa krisis yang dahsyat ini dapat berdampak pada (1) hilangnya aktivitas belajar, (2) meningkatnya angka DO, dan (3) Anak-anak tidak mendapat jamuan makanan sebagaimana yang selalu diperoleh dari sekolah.

Yang ketiga ini berlaku di negara-negara maju yang selalu memberikan jamuan makanan di sekolah ketia ada kegiatan pembelajaran. Demikian juga di beberapa sekolah yang ada di negara-negara berkembang.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, perubahan layanan pendidikan yang masif terjadi akibat Covid-19 sangat mengganggu para siswa, orangtua dan guru. Mereka sangat dituntut untuk melakukan perubahan terhadap cara belajar, mengajar, dan membimbing dengan cepat dan tepat. Perubahan cara belajar dengan jarak jauh dan online learning sebagai substitusinya.

Padahal dari sisi hardware, belum semua sekolah dan siswa memiliki hardware yang memadai. Belum semua wilayah terjangkau dengan jaringan yang memadai. Belum semua guru terampil menggunakan teknik belajar jarak jauh. Belum semua orangtua mengetahui cara pemanfaatan fasilitas untuk belajar anaknya.

Masih banyak persoalan yang terkait dengan implementasi belajar dari rumah. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi mengawal belajar anaknya di tengah-tengah kesiapan yang telatif terbatas. Dalam kondisi seperti ini diharapkan anak-anak bisa belajar optimal.

Baca Juga:  RMI NU Jateng Persiapan Ramadan 2020

Yang menarik bahwa persoalan belajar dari rumah sebagai konsekuensi implementasi Social Distancing dan Physical Distancing, bukanlah semuanya bertumpu pada pemberiaan tugas kepada anak-anak saja. Namun untuk efektifnya, sekolah perlu sekali menyiapkan tips atau pedoman untuk orangtua berkenaan dengan kewajiban dan cara-cara pendampingan orangtua bagi anak-anaknya.

Baik untuk aktivitas akademik maupun non akademik, yang terdiri atas aspek emosional, sosial, dan moral. Terutama terkait dengan kecakapan hidup menghadapi Covid-29 dan sejenisnya. Membuat siswa tetap sibuk dengan kegiatan sekolah. Memelihara suasana dan kondisi seperti ini penting sekali bagi siswa sekolah menengah.

Dengan kesibukan yang terjaga dan terarah, berarti sekali untuk pencegahan terjadinya drop out (DO). Kita belum bisa menjamin bahwa semua sekolah bisa efektif mengendalikan kegiatan anak di rumah. Apalagi kegiatan yang diperbolehkan yang sifatnya peningkatan kecakapan hidup. Yang terkait dengan aktivitas pencegahan virus corona. Tidak boleh sama sekali kegiatannya untuk kurikuler.

Akibatnya semua siswa tidak tuntas menguasai isi Kurikulum pada semester genap untuk semua jenjang dan semua kelas. Akibat yang demikian sejumlah anak yang potensial DO menjadi rentan DO tahun ini. Sementara itu sebagian anak yang melanjutkan belajar semester depan ada yang berpotensi mengalami kesulitan akibat dari sejumlah materi yang mendasarinya tidak dikuasi. Dengan demikian, diduga akan terjadi angka DO meningkat. Untuk itu perlu diantisipasi dengan baik.

Di sejumlah negara maju, program pemberian makan bergizi berjalan dengan baik. Sementara itu di negara berkembang program makan bergizi belum sepenuhnya terjadi di semua sekolah. Akibat anak dipindahkan belajar di rumah, secara tidak langsung dapat berdampak kepada asupan anak. Terutama bagi anak yang berasal dari keluarga berekomomi menengah dan ke bawah.

Baca Juga:  Menghormati Jenazah

Padahal, makanan bergizi itu berpotensi dapat meningkatkan kualitas perkembangan kognitif anak, di samping kesehatan anak secara keseluruhan. Untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak perlu sekolah membantu suplai makanan bergizi ke anak-anak dari keluarga berekonomi menengah dan ke bawah.

Akibat dari Covid-19, secara langsung atau tidak langsung ada keuntungan yang bisa didapat. Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaan sistem pendukung instrastruktur untuk kelancaran aktivitas digital dan suplai hardware yang diperlukan. Para ahli mendedikasikan ilmu dan keahliannya untuk menghasilkan software dan aplikasi yang memperlancar kegiatan pendidikan lewat jasa teknologi digital.

Selanjutnya, para guru berkepentingan meningkatkan kecakapan dan keterampilan digital untuk memperlancar kegiatan pembelajaran berbasis online. Bagaimana menyiapkan bahan, mengendalikan proses pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran. Dengan tetap memperhatikan dan menerapkan pentingnya internalisasi nilai sehingga pembelajaran berbasis online tetap bisa melakukan transfer nilai.

Selain itu orangtua di saat ini semakin terlibat dalam proses pendidikan. Terjadi peningkatan keterlibatan baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Yang sebelumnya tidak terjadi pada semua orangtua. Tentu secara objektif sudah ada sejumlah orangtua yang selama ini memberi perhatian kepada anaknya dengan total.

Dengan keterlibatan orangtua yang lebih intens diduga bahwa orangtua semakin tahu kesenjangan yang terjadi, terutama daya dukung pemerintah dan masyarakat (dunia bisnis dan dunia usaha), sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan.

Demikianlah sedikit catatan terkait dengan tantangan pendidikan dan peluangnya di era Covid-19. Persoalan ini ada di hadapan kita. Kita tidak bisa menghindari. Kita harus ikut ambil bagian sehingga bisa berpartisipasi untuk berkontribusi memberikan solusi. Kita tidak hanya berfokus pada membangun pendidikan jangka pendek, melainkan juga kita perlu membuat rencana pembangunan pendidikan jangka menengah dan panjang.

Baca Juga:  Covid19 dan Dampak Sosial

Menyiapkan generasi mendatang yang memiliki kemampuan dan kualitas yang tidak hanya bertaraf nasional, melainkan juga bertaraf internasional. Sistem pendidikan yang mampu mengantarkan insan yang bahagia di dunia, melainkan juga bahagia di akhirat.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.
Beliau adalah Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Anak Berbakat pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ia menjabat Rektor Universitas Negeri Yogyakarta untuk periode 2009-2017, Ketua III Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) masa bakti 2014-2019, Ketua Umum Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) periode 2011-2016, dan Ketua Tanfidliyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY masa bakti 2011-2016

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini