Press ESC to close

Nyai Hj Durroh Nafisah: Ahli Al-Qur’an Yang Istiqomah, Grapyak dan Mandiri (2)

Nyai Hj Durroh Nafisah: Al-Qur’an Berjalan Yang Istiqomah Murajaah dan Mulang Ngaji

Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah adalah seorang hafidhoh sekaligus ulama’ Perempuan ahli Al-Qur’an. Hidup beliau diabdikan dan didedikasikan untuk untuk membimbing dan mengajar para santri penghafal Al-Qur’an di Komplek Hindun dan Komplek Beta (Bayt Tahfidz An-Nafisa). Komplek Hindun diperuntukkan untuk santriwati tahfidz yang kuliah diluar krapyak, sementara komplek BETA untuk santri takahsus tahfidz.

Beliau tidak pernah libur deres/murojaah, dimana pun dan dalam situasi apa pun, baik sambil nyetir mobil atau aktifitas lainnya, beliau senantiasa deres Al-Qur’an. Termasuk Ketika mengantarkan santri atau memberikan hadiah santri, beliau juga senantiasa deres. Setiap santri yang memperoleh hafalan dalam jumlah juz tertentu, beliau memberikan hadiah kepada para santri tersebut seperti makan di restoran, pergi ke Mall atau tempat wisata atau pun menginap di hotel.

Selama beliau Bersama santri tersebut, baik dijalan sambil nyetir, di hotel maupun ditempat wisata, maka beliau senantiasa istiqomah deres Al-Qur’an, sehingga sangat layak jika banyak orang yang menggelari beliau sebagai Al-Qur’an berjalan. Beliau adalah ahlul Qur’an wa Khoshotuhu serta hafal Al-Qur’an secara mutqin Lafdhon wa maknan wa ‘amalan. 

Di antara dawuh beliau, “jika diberikan anugerah di dalam dada berupa Al-Qur’an, maka wajib disyukuri dalam bentuk murojaah sepanjang masa sampai meninggal dunia”. 

Beliau sangat disiplin dalam mendidik para santrinya. Para santri tahfidz harus sudah bangun dan mandi serta bersiap di Musholla sebelum subuh. Mereka sudah tidak dibolehkan membawa Mushaf Al-Qur’an. Santri harus siap setoran “musyafahah” hafalannya dengan lancar tanpa melihat mushaf. Jika tidak lancar langsung disuruh mundur. Beliau mendidik santri untuk sungguh-sungguh persiapan deres supaya hafalannya mutqin

Salah satu pesan beliau “Jika dianugerahi hafalan Al-Qur’an berapa pun jumlah ayatnya, wajib mensyukuri, menjaga hafalannya dengan murajaah sepanjang hidupnya (Flayer JMQH).

Ketika beliau sakit, perhatian kepada para santri juga tidak berkurang. Beliau tetap mengecek presensi laporan perkembangan hafalan para santrinya. Dalam salah satu flayer yang tersebar, ada dawuh beliau “Anak-anakku, Alhamdulilah setiap hari aku terima absenmu, berarti sampeyan semua dalam keadaan sehat. Mumpung kalian semua dalam keadaan sehat, terus lah murajaah, murajaah, murajaah. Saat ini aku dalam keadaan sakit, sakit yang tidak sehari atau dua hari, tapi dalam hitungan bulan, kepingin poll murajaah setiap hari, sampai nelongso, menggebu-gebu kepingin murajaah tapi mulut dan lidah kelu tidak mampu mengeluarkan suara, rasanya besat sekali. Akhirnya, hanya mendengarkan dan mendengarkan (Al-Qur’an) sepanjang hari. Berkali-kali aku berusaha minta disima’ baru setengah juz, sudah terasa berat. Sampai sekarang aku masih menunggu-nunggun saat kapan entheng (ringan) murajaah”. Dalam kondisi sakit pun, yang dirindukan oleh beliau adalah murajaah atau deres Al-Qur’an. 

Beliau sangat hafal para santrinya serta memanggil santri dengan panggilan khusus untuk mengakrabkan. Hafal nama santri ini nampaknya menurun dari Abah beliau, KH. Ali Maksum. Mbah Ali, Walau pun santrinya ribuan, beliau hafal nama santri, orang tuanya dan asal-usulnya. Para santri wajib sorogan dengan kitab masing-masing yang berbeda-beda tingkatan kitabnya, tanpa presensi. Akan tetapi Mbah Ali hafal santri yang ngaji dan bolos. Kebiasaan ini nampaknya menurun ke Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah. Disamping setoran dengan beliau, para santri juga wajib setoran ke guru-guru pembimbing. Ketika ngajar di Mushola Beta, saya selalu melihat nama-nama guru pembimbing yang ditempel di tembok barat, dari ujung utara sampai Selatan.

Santri Beta juga mendapatkan dasar-dasar ilmu-ilmu keislaman atau ngaji kitab kuning. Diantara Guru kitab di Komplek Beta adalah Dr. KH. Hilmy Muhammad, KH. Zaki M. Hasbullah, Lc., Dr. KH. Abdul Jalil, Ibu Nyai Hj. Fauziyyah dan lainnya. Di Komplek Beta ini, saya didawuhi ngaji Fiqh, awalnya Matan Al-Ghayah Wat Taqrib Karya Syaikh Abu Syuja’ dan sekarang naik ke Kitab Fathul Mu’in karya Syaikh Zainudin Al-Malibari.

Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah: Tawadhu’, Grapyak dan Senang Nyuguh Tamu

Ibu Nyai Hj Durrah Nafisah terkenal sangat grapyak dan ramah dengan siapa pun. Walau pun beliau seorang Ibu Nyai dari Pesantren yang besar, beliau sangat tawadhu’, rendah hati dan menghormati semua orang. Semua orang disapa dengan baik, bahkan beliau masih sempat ikut nyambung silaturrahmi dengan teman-teman SD-nya.

Walau pun beliau seorang bu Nyai besar, beliau menghormati semua tamu. Setiap tamu yang sowan beliau, pasti disuguh. Dulu waktu di rumah Selatan, ruang makannya ada di barat ruang tamu, setelah ada renovasi, ruang makannya disebelah utara ruang tamu. Begitu juga di Beta, ada ruang makan di Tengah, samping ruang tamu.

Setiap tamu, disuguhi minum dan snack, setelah itu pasti didawuhi untuk makan. Tamu belum boleh pulang, jika belum makan. Bahkan yang luar biasa, setiap tamu yang pamit, sering beliau kasih oleh-oleh buat dibawa pulang.

Tradisi grapyak dan nyuguh tamu ini sudah dari dulu Ketika beliau masih bersama sang ibunda, Ibu Nyai Hasyimah. Waktu saya jadi santri krapyak, sowan Ibu Nyai Hasyimah termasuk yang favorit dikalangan santri, karena pasti disuguh dan didawuhi makan alias mayoran enak bagi para santri.

Waktu saya jadi Pengurus Pondok Krapyak maupun waktu jadi asisten Ndalem Mbah Kyai Zainal, waktu lebaran harus piket sementara warung-warung makan sekitar pondok tidak buka, maka Ketika santri sowan dibuat jam tertentu. Waktu Dhuha misalnya, sowan Ke Bu Nyai Hasyimah supaya dapat sarapan pagi. Kemudian setelah ashar sowan ke Kyai atau bu Nyai yang lain untuk dapat makan malam. Biasa lah, santri supaya dapat makan enak sekaligus ngalab barokah para kyai dan Ibu Nyai karena mendapatkan nasehat (mauidhoh) sekaligus doa dan makan enak.

Setiap beliau bepergian, baik untuk menghadiri haflah khotmil Qur’an di Pesantren lain, mantenan atau acara-acara lainnya, beliau selalu menyiapkan oleh-oleh untuk tuan rumah yang dikunjungi dan disilaturahimi. 

Beliau sangat entengan melakukan silaturrahmi kepada Alumni Krapyak, khususnya santri beliau, dan dalam perjalanan ini lah beliau senantiasa deres atau murajaah hafalan Al-Qur’annya.

Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah: Perempuan Harus Mandiri

Ibu Nyai Durroh Nafisah senantiasi mendorong dan menginspirasi bahwa Perempuan harus mandiri dalam hidupnya. Beliau membuktikan mampu mengasuh Pesantren Tahfidz putri dengan sangat disiplin. Beliau juga biasa nyetir (mensopiri) mobilnya sendiri, sekaligus ngajak santri untuk simaan selama diperjalanan. Beliau nyetir sekaligus deres Al-Qur’an disimak oleh para santrinya.

Pernah suatu hari, ada santri ke rumah saya, Ketika keluar pamit, saya tanya, “lho jalan kaki apa pakai motor? Santri tersebut menjawab, “diantar Ibu”. Ternyata beliau di mobil disebelah barat rumah saya. Saya sowan ke mobil, tapi beliau dawuh bahwa sengaja mengantarkan santri sekedar jalan-jalan sekaligus simaan Al-Qur’an di mobil.

Di samping mengasuh pesantren, Beliau juga mempunyai bisnis. Dulu di depan rumah Selatan, ada toko “An-Nisa”, sebuah toko yang menyediakan kebutuhan Muslimah. Sekarang juga ada barang dagangan disamping Mushola Beta. Beliau juga sering jual beli berlian di komunitas ibu-ibu tertentu. Salah satu pesan yang diingat para santri dan alumni Hindun-Beta adalah jadilah Perempuan yang mandiri, cantuk fisik, sekaligus keilmuan dan prestasi. Perempuan tidak hanya “swargo nunut atau keramat gandul, tetapi perempuan harus membangun prestasi amal sholeh sendiri sebagimana Sayyidah Nafisah, Cucu Sayyida Hasan, yang menjadi Guru Imam Syafi’i dan seterusnya naik hingga seperti Sayyidah Khadijah, Istri Rasulullah.

Ketika pemberangkatan jenazah di depan utara Masjid Al-Munawwir, Ponakan, beliau Dr. KH. Hilmy Muhammad, menyampaikan pesan Bu Nyai Nafis bagi para Perempuan,”Dadio wong wedok sing mandiri, dadio sing ayu, ayu ojo gur penampilane, tetapi ayu batine, ayu prestasine”. 

Beliau sangat senang dan mendukung putrinya, Ibu Dr. Hj. Hindun Anisah, baik dalam bidang pendidikan, kegiatan sosial, maupun politik. Ning Dr. Hindun, disamping seorang hafidhoh dan ahli kitab kuning, juga mengenyam Pendidikan hingga S3. Ning Hindun Pernah Kuliah Di Fak. Syariah IAIN Sunan Kalijaga, Fisipol UGM dan Antropologi Kesehatan Amsterdam, dan barusan Promosi Doktoralnya. 

Ning Hindun juga seorang aktifis bidang pendidikan dan sosial, diantara aktfifitasnya adalah Sekretaris RMI Pusat, Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat, Anggota Kaukus Politik Perempuan, Sekreteris SC Konggres Ulama Perempuan Indonesia dan lainnya. 

Ning Dr. Hindun juga aktif dalam politik dan kebijakan, diantaranya pernah menjadi Staff Khusus Kementrian Tenaga Kerja (2020-2024) dan Anggota DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah yang meliputi Demak-Kudus dan Jepara (2024-2029).

Pengalaman saya pernah bekerja bareng Ning Dr. Hindun, bahwa walau pun beliau putri dan cucu seorang ulama’ besar, Ning Hindun tetap kerja professional dan pembelajar sejati yang tidak pernah puas. 

Prestasi Ning Hindun ini tentu atas dukungan ibundanya dan juga suaminya, Gus Nuruddin Amin.

Prestasi sang putri ini, juga menurun ke cucu-cucu beliau, dimana cucu-cucu beliau disamping tetap melanjutkan sebagai hafidz-hafidhoh, tetapi juga melanjutkan Pendidikan lintas benua. Cucu beliau ada yang sedang kuliah di Maroko, Tunisia dan Inggris.

Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah: Cinta Kebersihan, Kerapian dan Keindahan

Ibu Nyai Durroh Nafisah adalah sosok Ibu Nyai yang sangat cinta dengan kebersihan dan kerapian. Setiap santri mau setoran Al-Qur’an, sebelum subuh harus sudah mandi dan rapi pakainnya. Jika santri belum mandi, maka santri tersebut tidak diperbolehkan untuk setoran Al-Qur’an kepada beliau. Diantara rahasia santri harus mandi sebelum subuh adalah santri menjadi semangat ngajinya dan tidak ngantuk, serta kelihatan bersih dan rapi. Beliau tidak suka dengan santri yang umbrus-umbrus alias tidak rapi.

Setiap ngaji dan acara resmi Komplek Hindun-Beta seperti peringatan hari besar Islam atau Pelantikan Pengurus Komplek Hindun-Beta, para santri harus berseragam. Seragam ini, disamping untuk kerapian dan kekompakan para santri, juga terlihat indah. 

Setiap acara resmi, santri harus sudah siap di aula Mushola Beta atau pun di Aula SMA Ali Maksum dengan berseragam rapi dan sudah masuk ruangan sebelum acara dimulai alias tidak boleh terlambat. Salah satu tampilan tasliyah (hiburan) yang ditampilkan selain sholawatan dengan diiringi hadroh/rebana adalah angklung yang dimainkan oleh para santri Komplek Hindun-Beta dengan sangat kompak dan apik. 

Dalam hal kebersihan, beliau sangat perfect. Beliau memantau dan mengecek kebersihan dan kerapian rumah, pesantren dan mushola hindun-Beta.

Hal Ini bisa disaksikan, setiap saya ngajar di Mushola Beta, hampir tidak ada debu atau kotaran lainnya. Ini menunjukkan selalu disapu dan dipel secara rutin.

Ibu Nyai Durroh Nafisah sangat suka dengan keindahan. Dalam memenuhi perabot rumah tangga, beliau senantiasa memilih sendiri, yang biasanya sangat indak dan artistik. Diruang tamu beliau, ada banyak bunga-bunga yang indah menambah artistiknya ruang tamu. 

Beliau pernah bercerita, bahwa suatu hari ketika ke Mall di Jalan Solo, beliau diperintah kakak beliau, KH. Attabik Ali, untuk memilih barang-barang untuk perabot untuk rumah Komplek Beta. Ketika beliau sudah lihat-lihat barang keliling Mall tersebut ditemani santri, dilihat harganya sangat mahal, akhirnya beliau urung membelinya. Ternyata, besuknya, beliau di-surprise oleh kakak beliau, KH. Atabik Ali, karena semua barang yang beliau senangi sudah dikirim ke rumah Beta. 

Beliau bercerita, bahwa bangunan Beta ini juga dibangunkan oleh Kak Bik (KH. Attabik Ali), sebagai wujud tanggung jawab dan kasih sayang kakak kepada sang adik. 

Wafat Beliau

Pada sabtu pagi, 28 Juni 2025 terasa sekali rasa kehilangan bagi para santri, alumni dan masyarakat sekitar krapyak atas kepergian beliau, Ibu Nyai Hj. Durroh Nafisah. Pelataran Pesantren Ali Maksum dan Pesantren Al-Munawwir hingga jalan-jalan depan pondok penuh dengan para pentakziyah untuk memberikan penghormatan kepada beliau.

Setelah disholati di Mushola Komplek N berkali-kali, kemudian disholati terakhir di Masjid Al-Munawwir, Jenazah beliau diantarkan ke peristirahatan terakhir di Makam Dongkelan dengan cara dipikul oleh para santri, alumni dan Masyarakat. 

Wafatnya beliau laksana matinya lentera alam dan dicabutnya ilmu dari bumi karena mautul ‘alim mautul ‘alam (meninggalnya orang alim, sama dengan matinya ‘alam).

Sebagai ahli Al-Qur’an, Kita yakin beliau sudah bahagia di alam kubur, karena menjadi taman surga (raudhoh min riyadhil jinan) dan mendapatkan syafaat Al-Qur'an, serta berkumpul dengan Abah beliau, KH. Ali Maksum, Ibu beliau, Ibu Nyai Hasyimah dan kakek beliau, KH. Muhammad Moenawwir dan KH. Maksum Ahmad.

Akhirnya, semoga kita mampu meneladani uswah hasanah dan keteladanan beliau dalam hidup ke depan, menjadi santri yang senantiasa berkhidmah dan berjuang untuk membumikan Al-Qur’an dengan berbagai bentuk programnya. 

 

Wallahu a’lam bi showab.

Joglo Madaniya, 30 Juni 2025

Penulis: M. Ikhsanudin

(Alumni Ma’had Aly Al-Munawwir, Guru Fiqh di Komplek Hindun Beta)

 

Redaksi PSID

Official Akun Redaktur Pesantren ID.

[Pesantren ID]hadir untuk berbagi pengetahuan dan cerita seputar pesantren dan keislaman melalui artikel, video, dan infografis yang kami produksi secara rutin. Semua ini terwujud berkat kerja keras jaringan penulis dan editor yang berdedikasi, namun untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan karya ini, kami memerlukan dukunganmu. Dengan menyisihkan sedikit rezeki, kamu ikut membantu pengelolaan platform sehingga pengetahuan tentang pesantren dan nilai-nilai keislaman dapat terus tersebar luas dan memberi manfaat.

Donasi QR Code

(Klik pada gambar)

QR Code Besar

Related Posts

Ketika Dinding Pesantren Runtuh, Apa yang Sebenarnya Roboh?
Tepuk Sakinah ala KUA dari Kacamata Santri
Benarkah Ada Malaikat di Pundak Kita? Begini Kata Quraish Shihab
Mengenal Mbah Bolong: Dari Panggung Dakwah, Pengasuh Pesantren hingga Mendirikan SMK Berprestasi

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

@PesantrenID on Instagram
Pengalaman Anda di situs ini akan menjadi lebih baik dengan mengaktifkan cookies.