Di era yang serba digital ini, akhlak menjadi isu yang semakin krusial. Kemajuan teknologi membawa manfaat besar, tetapi juga tantangan moral yang tidak sedikit. Perkembangan media sosial, kecerdasan buatan, dan arus informasi yang cepat sering kali mempengaruhi cara manusia berinteraksi, baik secara langsung maupun virtual.
Banyak orang terjebak dalam budaya instan, mengabaikan nilai-nilai kesabaran, kejujuran, dan etika komunikasi yang baik. Dalam menghadapi realitas ini, kitab al-akhlaqu lil banin karya Syaikh Umar bin Ahmad Baradja menawarkan pedoman berharga dalam membangun karakter yang luhur. Kitab ini ditulis dengan memiliki 4 jilid yang isinya mengajarkan nilai-nilai dasar akhlak Islami seperti sopan santun, rasa hormat kepada orang tua, guru, dan sesama manusia, serta pentingnya menjaga lisan dan perbuatan. Ajaran-ajarannya tetap relevan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern yang penuh tantangan ini.
Baca juga: Implementasi Akidah Akhlak dalam Menggunakan Media Sosial Bagi Remaja
Kitab al-Akhlaqu lil Banin Warisan Pendidikan Akhlak
Kitab al-akhlaqu lil banin adalah salah satu kitab akhlak yang ditulis pada yang diajarkan di pesantren dan madrasah, tentunya ini sudah tidak asing lagi bagi para santri karena ini kitab dasar yang diajarkan mengenai akhlak. Dengan bahasa yang sederhana, kitab ini menyampaikan pelajaran moral yang mudah dipahami oleh anak-anak maupun pemula. Isinya membahas berbagai aspek akhlak, seperti kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan penghormatan kepada orang tua dan guru.
Salah satu keunikan kitab ini adalah metode penyampaiannya yang sistematis dan berbasis kisah serta hikmah. Hal ini membuat lebih mudah memahami dan menerapkan ajaran yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kitab ini juga memberikan contoh-contoh nyata bagaimana seseorang bisa menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat.
Lebih dari sekadar teori, kitab ini menanamkan nilai-nilai moral dengan cara yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam hal berbicara, kitab ini menekankan pentingnya berkata baik dan menghindari ucapan yang dapat menyakiti orang lain. Dalam pergaulan, kitab ini mengajarkan agar selalu menjaga etika dan menghormati orang lain, baik yang lebih tua maupun sebaya.
Relevansi Akhlak dalam Era Digital
Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang ramah dan terkenal memiliki nilai-nilai sosial yang tinggi. Namun, dalam era digital tantangan dalam menjaga etika berkomunikasi semakin besar. Laporan Digital Civility Index (DCI) yang dirilis oleh Microsoft pada tahun 2020 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-29 dari 32 negara dalam hal kesopanan digital, sekaligus menjadi yang terendah di Asia Tenggara. Hal ini mencerminkan adanya masalah dalam cara masyarakat berinteraksi di dunia maya.
Kemajuan teknologi telah mengubah pola komunikasi manusia secara drastis. Media sosial, yang seharusnya menjadi ruang berbagi ilmu dan mempererat silaturahmi, justru sering digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, dan budaya pamer. Dalam kondisi ini, ajaran al-akhlaqu lil banin tentang kejujuran (shidq), menjaga lisan (hifzhul lisan), serta sopan santun (adab) menjadi semakin relevan.
Menjaga akhlak di dunia digital berarti menghindari komentar negatif, ujaran kebencian, dan penyebaran informasi yang belum jelas kebenarannya. Etika komunikasi harus tetap diperhatikan, termasuk menggunakan bahasa yang sopan serta bertanggung jawab atas setiap unggahan dan komentar. Dengan menerapkan prinsip-prinsip akhlak yang diajarkan dalam kitab ini, media sosial dapat menjadi ruang yang lebih positif dan penuh keberkahan.
Oleh karena itu, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat. Dengan mengedepankan nilai-nilai akhlak, kita dapat mengubah media sosial menjadi sarana kebaikan yang mencerminkan karakter bangsa yang santun dan beradab.
Baca juga: Ta’limul Muta’allim; Kitab Panduan Akhlak dalam Belajar
Menanamkan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari
Meneladani Rasulullah Saw. sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari menjadi langkah utama dalam membentuk akhlak mulia. Ajaran al-akhlaqu lil banin menekankan pentingnya kejujuran (shidq), amanah, serta menjaga lisan (hifzhul lisan). Dalam dunia digital, hal ini dapat diterapkan dengan berhati-hati dalam berbicara, menghindari ujaran kebencian, serta tidak menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Mengontrol penggunaan teknologi juga menjadi bagian penting, yaitu dengan lebih selektif dalam mengonsumsi informasi dan memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat. Selain itu, disiplin dalam menggunakan waktu juga perlu diperhatikan agar teknologi tidak mengalihkan seseorang dari kewajiban ibadah dan tanggung jawab lainnya.
Selain itu, menjaga etika komunikasi baik dalam interaksi langsung maupun di media digital sangat ditekankan dalam kitab ini. Menggunakan bahasa yang sopan dan penuh hikmah akan menciptakan suasana yang lebih harmonis. Dalam Islam, setiap kata yang diucapkan akan dipertanggungjawabkan, sehingga menjaga lisan menjadi bagian dari akhlak yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kepedulian sosial juga harus ditingkatkan dengan menumbuhkan empati terhadap sesama, sebagaimana ajaran tentang pentingnya sikap kasih sayang dan tolong-menolong. Saling membantu dalam kebaikan serta tidak menjelekkan atau merendahkan orang lain adalah bentuk implementasi nilai-nilai akhlak dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seseorang dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik, baik di dunia nyata maupun di dunia digital, sehingga terwujud kehidupan yang penuh keberkahan dan kedamaian.
“Ilmu meninggikan derajat, tetapi akhlak menentukan kemuliaan.”
Penerapan nilai-nilai akhlak bukan hanya tentang membentuk individu yang baik, tetapi juga menciptakan lingkungan sosial yang harmonis. Setiap tindakan dan perkataan mencerminkan kualitas diri seseorang, sehingga penting untuk selalu berperilaku dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Dengan terus menanamkan dan mengamalkan akhlak yang baik, diharapkan lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga unggul dalam moral dan etik.