Para murid Syah Naqsyaband atau Khawaja Muhammad Baha’udin an-Naqsyabandi al-Uwaisy al-Bukhari, yang paling terkenal ada tiga orang: Khawaja Ala’udin Athar, Khawaja Ya’qub al-Jarkhi, dan Khawaja Muhammad Parsa. Tiga guru tersebut menjadi rantai silsilah penting dalam beberapa silsilah Naqsyabandiyah di dunia Islam.
Tentang Khawaja Muhammad Ala’udin Athar, dalam beberapa sumber yang menyebut biogrfinya, seperti kitab ath-Thariqah an-Naqsyabandiyah wa A’lamuha (TNWA, 1987: 153) disebutkan nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad Ala’udin al-Bukhari al-Khawarizmi al-Athar. Dilahirkan di Bukhara, tetapi tidak disebutkan tahunnya. Ayahnya, wafat dengan meninggalkan beberapa anak dan warisan, dan Muhammad Ala’udin memberikan warisannya kepada saudaranya, kemudian menyibukkan diri dengan mencari ilmu di Bukhara. Di Bukhara, Muhammad Ala’udin menjadi murid Syah Naqsyaband, dan mengikuti tarekatnya, serta dinikahkan dengan putrinya. Oleh karena itu, Khawaja Muhammad Alaudin Athar sangat dekat dengan gurunya, bukan hanya sebagai murid, tetapi juga menantu. Beliaumengisi waktu-waktunya dengan muraqabah, mencapai shahwu, sesuatu yang lebih sempurna daripada al-ghaibah, menurut sebagian imam sufi.
Di antara beberapa nasehat Khawaja Muhammad Ala’udin Athar, seperti dikutip dalam at-Thariqah an-Naqsyabandiyah dan kitab Al-Hadaiq al-Wardiyah adalah:
“Yang dimaksud dari riyadhah adalah menafikan hubungan nafsaniyah dan melakukan tawajjuh sampai ke alam arwah dan hakikat”;
“Sebaiknya murid berpegangan pada yang zhahir melalaui tali Allah (syariat), dan di dalam bathin berpegangan kepada Allah, mengumpulkan keduanya adalah keharusan (lazim).”
Kepada murid-murid Naqsyabandiyah, Muhammad Ala’udin Athar memberi nasehat: “Aku menanggung setiap orang yang masuk ke tarekat ini, sebagai muqallid, supaya menjadi muhaqqiq, sebagai keharusan, karena sesungguhnya tuan kami (guru kami) Syah Naqsyabandi, memerintahkanku untuk mengikutinya, dan setiap apa yang telah aku kerjakan dan akan aku kerjakan, dengan mengikuti petunjuk Syah Naqsyaband aku menemukan hasilnya di dalam al-hal.”
Khawaja Muhammad Ala’udin Athar wafat pad tahun 802 H. (1399 M.), dimakamkan di Jafaniyan, yang juga masuk wilayah Bukhara. Beliau meninggalkan banyak murid, yang menjadi penggantinya, di antaranya dalam Al-Hadaiq al-Wardiyah (2002: 208-212), disebutkan: Syeh Hasan al-Athar (anaknya), Syeh Hisyamudin Yarisya al-Balkhi, Syeh Abu Said, Syeh Abdullah al-Imam asy-Syami, Syeh Umar al-Maturidi, Syeh Ahmad Miskam, dan Syeh Abul Mayamin Jamaluddin Darawisy Ahmad bin Jalaludin Muhamamd as-Samarqandi, Sayid Syarif al-Jurjani, dan Syeh Nizamudidn Khumusy. [HW]
[…] ini 45 Thariqah yang mu’tabarah dan berstandar di Lingkungan Nahdlatul Ulama […]