Opini

Manusia: Antara Khalifah Pemakmur atau Penghancur

Dalam kehidupan yang serba maju dan canggih ini, pastinya tidak terlepas dari peran kita sebagai manusia. Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki akal, perasaan, dan fisik. Manusia juga memiliki kemampuan berpikir secara rasional, berkomunikasi, dan menciptakan budaya. Dalam perspektif Islam, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. yang bertujuan untuk beribadah kepada-Nya dan menjaga keseimbangan alam. Dalam hal ini Allah Swt.. berfirman dalam Q.S az-Zariyat (51): 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”

Pada ayat di atas, Allah Swt. menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Mengabdi di sini tidak hanya dapat diartikan hanya sebagai beribadah, tetapi juga melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Menurut Prof. Drs. M. Quraish Shihab, ibadah merupakan suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adannya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Pengertian ibadah bukan hanya terbatas pada pelaksanaan tuntutan ritual. Memang kita tidak mengetahui persis batas-batas aktivitas yang dibebankan kepada jin. Tetapi, kita dapat mengetahui kewajiban yang dibebankan kepada manusia, yaitu menjadi khalifah di bumi. Kekhalifahan juga menuntut upaya penegakan syariat Allah Swt. di muka bumi. Syariat yang dimaksud adalah mewujudkan sistem yang sejalan dengan hukum yang ditetapkan bagi alam raya ini. Dalam hal ini Allah Swt. berfirman dalam Q.S al-Baqarah (2): 30. Yang berbunyi:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat ini dimulai dengan penyampaian keputusan Allah Swt. kepada para malaikat tentang rencana-Nya, yaitu menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Penyampaian kepada mereka sangat penting karena malaikat akan dibebani sekian banyak tugas yang menyangkut tentang manusia; ada yang bertugas mencatat amal manusia, membimbing, memelihara, dan lain-lain. Dilanjut dengan pernyataan Allah yang berbunyi “Sesungguhnya aku akan menciptakan khalifah di muka bumi”.

Penyampaian ini bisa terjadi setelah proses penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk dihuni oleh umat manusia dengan nyaman. Mendengar pernyataan itu, para malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa khalifah ini akan selalu merusak dan menumpahkan darah. Dugaan ini mungkin berdasarkan pada pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia, dimana ada makhluk lain yang berlaku demikian atau hanya sekadar asumsi belaka bahwa yang ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat. Semua itu hanyalah dugaan semata, namun yang pasti mereka hanya bertanya kepada Allah Swt., bukan keberatan atas rencana-Nya.

Mendengar pertanyaan mereka, Allah menjawab singkat tanpa membenarkan maupun menyalahkan karena memang ada diantara manusia yang berbuat seperti yang diduga malaikat. Allah pun menjawab singkat dengan pernyataan-Nya “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Baca juga: Manusia, dari Gelap Menuju Terang

Mengapa manusia dikaitkan dengan kerusakan?

Dalam hal ini Allah Swt. berfirman dalam Q.S ar-Rum (30): 41 yang menegaskan bahwa kerusakan di bumi dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Ayat ini menyatakan bahwa “Telah tampak kerusakan di darat” seperti kekeringan, paceklik, tanah longsor, banjir, dll, “dan di laut” seperti kekurangan hasil laut dan pencemaran limbah di laut dan di sungai, “disebabkan karena perbuatan tangan manusia” yang durhaka, “sehingga akibatnya Allah mencicipkan” yakni merasakan sedikit “kepada mereka sebagian dari” akibat dari “perbuatan” dosa atau pelanggaran “mereka agar mereka kembali” ke jalan yang benar.

Berdasarkan ayat tersebut, Allah Swt. memaparkan akibat dari ulah tangan manusia yang membuat kerusakan di darat dan di laut, sehingga Allah Swt. menurunkan sebuah musibah atau bencana kepada mereka sebagai peringatan atau teguran kepada manusia.

Apa Penyebab dan Dampak Ulah Tangan Manusia yang Berbuat Kerusakan?

Kerusakan alam yang terjadi pada saat ini sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan. Aktivitas ini tidak hanya merusak lingkungan fisik, tetapi juga memiliki dampak negatif dalam jangka panjang yang merugikan semua makhluk. Kerusakan alam akibat ulah tangan manusia mempunyai dampak yang semakin terasa dengan meningkatnya bencana alam dan perubahan iklim yang tidak terkendali.

Dalam pandangan penulis, kerusakan alam tidak hanya merupakan masalah teknis, tetapi juga masalah moral. Alam bukanlah sumber daya yang dapat terus dieksploitasi, tetapi juga bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dijaga kelestariannya. Dalam hal ini, penulis  akan membahas penyebab utama kerusakan alam, dampaknya pada manusia, serta solusi yang dapat kita ambil untuk mencegah dan mengurangi kerusakan alam lebih lanjut.

Penyebab Kerusakan Alam

Pertama, yaitu deforestasi. Deforestasi merupakan penebangan hutan secara liar untuk perkebunan, pemukiman, dan lain-lain. Hal ini telah menghilangkan hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon dan habitat alami bagi flora dan fauna yang menjadi rumah bagi mereka.

Kedua, yaitu polusi. Polusi disini dapat mencakup polusi tanah, air, dan udara. Pembuangan limbah industri dan domestik yang tidak terkendali dengan baik dapat menyebabkan pencemaran air, tanah dan udara. Hingga pada akhirnya akan menyebabkan terancamnya sumber air bersih.

Ketiga, yaitu adanya aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran sampah, dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan gas rumah kaca ke atmosfer serta dapat menyebabkan bertambahnya suhu bumi dan perubahan siklus cuaca global. Fenomena seperti banjir, kekeringan, pemanasan global menjadi bukti nyata akibat perubahan iklim yang tidak terkendali.

Baca juga: Ketika Manusia Harus Memilih

Dampak Kerusakan Alam Terhadap Manusia

Pertama, yaitu pada kesehatan. Polusi udara dan air dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit pernafasan, kulit hingga keracunan akibat pencemaran air. Terutama bagi warga yang sulit mendapat akses air bersih sehingga terpaksa menggunakan air kotor dan tercemar yang menjadi satu-satunya jalan alternatif akibat dari tidak adanya sumber air bersih.

Kedua, yaitu masalah ekonomi. Kerusakan alam yang terjadi dapat mengurangi hasil pertanian dan laut yang dapat mempengaruhi stabilitas kebutuhan pangan. Penurunan produksi pangan dan kehancuran infrastruktur global akibat bencana alam dapat mempengaruhi situasi ekonomi global.

Solusi dan Upaya

Melihat  potensi bahaya yang sedemikian rupa, perlu adanya upaya konkret untuk mengantisipasi itu semua. Beberapa langkah antisipatif yang bisa dilakukan adalah; Pertama, yaitu pentingnya pendidikan dan kesadaran lingkungan. Meningkatnya kesadaran diri dan masyarakat tentang pentingnya menjaga alam adalah langkah pertama yang penting. Program edukasi lingkungan harus terus digalakkan dan dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan formal maupun informal.

Kedua, yaitu mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Hal ini sangat urgen untuk mendorong munculnya aneka inovasi teknologi yang ramah lingkungan, seperti masifnya penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah dan pertanian organik yang dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap alam.

Ketiga, yaitu adanya kebijakan dan regulasi dari pemerintah. Seharusnya pemerintah perlu membuat kebijakan yang lebih ketat terkait pengelolaan lingkungan, seperti adanya Undang-Undang tentang larangan penebangan hutan yang dilindungi dan adanya car free day (CFD). Sebenarnya kebijakan tersebut sudah dibuat pemerintah, hanya saja dampaknya belum terlalu massif lantaran rendahnya dalam pelaksanaan atau implementasi di lapangan. Di sinilah pentingnya ketegasan pemangku kebijakan dalam mengawal ditegakkannya aturan dengan sebenar-benarnya.

Upaya yang perlu dilakukan bukan hanya pemerintah maupun lembaga terkait, tetapi juga perlu kesadaran individu dan semua elemen masyarakat. Hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, memilih penggunaan energi terbarukan dan memilih produk ramah lingkungan merupakan hal kecil dan sepele yang dapat membawa dampak positif dalam jangka panjang.

Melestarikan alam adalah bagian dari tanggung jawab kita. Kita harus ingat bahwa tanpa alam yang sehat, kehidupan manusia akan sangat terancam. Alam sudah memberikan banyak manfaat bagi umat manusia, akan tetapi manusia yang selalu membuat kerusakan terhadap alam. Ini saatnya bagi kita untuk bertindak dengan aksi nyata, bukan hanya berbicara dan omong kosong belaka. [MFN]

 

 

 

Muhammad Syafi’I Zuhri
Santri Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang

    Rekomendasi

    Tinggalkan Komentar

    More in Opini