Malang – Bulan maulid yang terkenal dengan bulan kelahiran junjungan kita Nabi Muhammad Saw diperingati dengan berbagai acara di seluruh daerah. Kali ini di akhir bulan maulid (Rabi’ul awal) PP. Miftahul Huda Gading Malang mengadakan Ijazah Kubro, Kamis malam (21/11).
Dalail al-Khairat di karang oleh ulama’ sufi asal Maroko yang bernama Abi ‘Abdullah Muhammad Sulaiman al- Jazuli.
Dikisahkan beliau di tengah perjalanan padang pasir membutuhkan air untuk minum dan saat itu waktu shalat telah tiba. Beliau kesulitan untuk mengambil air yang berada di sumur karena hanya sedikit sumber dan sangat dalam. Tiba-tiba ada shabi berlari menemui Imam Jazuli.
“Anda siapa, mengapa anda berada di tempat sepi ini” tanya anak kecil tersebut. Syekh Jazuli menjawab dengan memperkenalkan nama beliau dan darimana beliau datang. “Anda orang besar wahai guru, namun anda sedang apa disini?” tanya kembali si shabi. “Saya sedang mencari alat untuk mengambil air didalam sumur itu wahai anakku” tutur Imam Jazuli.
Saat beliau meninggalkan anak tersebut untuk melanjutkan mencari alat. Si shabi mendekati sumur dengan menghadapkan wajahnya kearah sumur. Tiba-tiba air yang ada didalam dengan sendirinya keluar meluap ke atas. Sang Imam kagum, lantas setelah selesai wudhu dan minum secukupnya beliau bertanya kepada si anak, amalan apa yang bisa membuatmu sampai seperti ini.
Si shabi menjawab bahwa amalan yang dilakukan di desa kami yaitu selawat. Hajat-hajat sebagian besar dari kami terkabul berkat washilah selawat kepada nabi Muhammad Saw.
Akhirnya sang Imam bernadzar untk mengarang sebuah kitab sholawat yang akhirnya diberi nama Dalail al-Khairat.
Lain halnya dengan shalawat Burdah. Shalawat karangan Syarafiddin Abi Abdillah ash-Shanhaji al-Bushiri sudah familiar dikalangan masyarakat dengan jumlah 160 bait. Kisah beliau dalam mengarang ketika lumpuh kurang lebih 3 tahun. Dalam kondisi tersebut beliau mengarang shalawat. Ada satu riwayat beliau mengarang hanya satu malam. Langsung di datangi baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau datang dengan serban putih dan jubah putih. Imam Bushiri diselimuti dan disuruh berdiri lalu berjalan. Akhirnya beliau sembuh dari kelumpuhannya. (dari berbagai sumber)
Serangkaian acara di mulai setelah maghrib dengan tahlil mengziarahi makam masyayikh Gading di lanjut membaca sholawat Burdah yang bertempat di masjid Baiturrahman. Dilanjutkan sholat berjamaah isya’. Seterusnya pembacaan sholawat Burdah hingga selesai di tambah sholawat kesukaan Almaghfurlah KH. Maemun Zubair Sa’duna Fiddunya menambah suasana penuh khidmat. Tak sedikit yang buah air mata jatuh karena kerinduan kepada Sang Uswatun Hasanah.
Memasuki acara sakral pemberian ijazah dan sanad. Diijazahkan langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren KH. Ahmad Arif Yahya. Beliau membacakan mulai dari sejarah singkat muallif (pengarang), kaifiyah (tata cara) mengamalkan shalawat dalail, dan fadhilah-fadhilah. Secara umum jika mampu istiqomah mengamalkan akan berhasil apa yang dicita-citakan, bercahaya hati, pikiran, mendapat ilmu manfaat, mendapat jodoh sholih/sholihah, bisa ziaroh Makkah Madinah ziaroh Rasulullah Saw, insyaallah khusnul khotimah. Dengan syarat harus taqwallah.
Ahmad Arif Yahya mendapat ijazah Dalail al-Khoirot dari banyak guru-guru diantaranya : K.H. Ali Mas’adi Mojosari, K.H. Muslich Tangkir Tuban, K.H. Zamroji Kencong Pare Kediri, K.H. Muhsin Jampes Kediri, K.H. Idris Lirboyo Kediri, K.H. Mahrus Ali Lirboyo, K.H. Mas Imam Pasuruan, K.H. Bashir Kudus, K.H. Muslich Mranggen Semarang, dan terakhir langsung dari Ayah beliau Murabbi Ruhi KH. Muhammad Yahya.
“Semoga kita menjadi muhibbin, pecinta Rasulullah SAW. Namun kita masih muhibbin-muhibbin-muhibbin”, pesan KH. Ahmad Arif kepada hadirin.
“Qobiltu wa radzitu ‘ala dzalik” . . . menjadi tanda bahwa ijazah sanad dan amalan sudah benar-benar diterima oleh hadirin. Di akhiri dengan doa dan mushofahah (bersalaman) dengan sang Mujiz (pengijazah) menambah suasana penuh khidmat.
Semoga kita kelak menjadi ummat yang diakui dan mendapat pertolongan hari kiamat biqoulina Allohumma shalli wasallim ‘ala sayyidina Muhammad. (Madchan Jazuli)